Tahap 6

862 148 27
                                    

Obrolan antara Daehwi dan Jinyoung terus berlanjut sampai mama Daehwi menyuruh putranya itu pulang.

"Pulang naik apa, hwi ?" Tanya Jinyoung ketika mereka sama-sama beberes alat-alat yang dibawa, padahal mereka hanya membawa ponsel.

"Naik sepeda kak, rumahku tak jauh dari sini kok."

Jinyoung mengangguk. Dirinya ikut bangkit ketika Daehwi juga bangkit.

Daehwi menuju kasir untuk membayar pesanannya dan Jinyoung. Jinyoung sempat menolak dan malah menawari membayari Daehwi tapi pemuda yang lebih pendek darinya itu menentang lalu berucap, "Sebagai imbalan karena kakak telah menemaniku."

Mau tak mau Jinyoung menyetujui untuk ditraktir.

"Terima kasih kak." Daehwi melambaikan tangan ke arah kakak kelasnya itu dan berjalan ke kanan, ke arah sepedanya sedangkan Jinyoung masih berdiri di depan pintu kafe, memastikan sang pujaan hati pergi terlebih dahulu. Dia mainkan ponselnya untuk menghalau kecurigaan jika sedang menunggu Daehwi.

"Yah!! kok kempes!!" pekikan Daehwi menunjukkan kekesalan, kakinya menendang ban belakang sepedanya.

Terlihat lucu apalagi dengan bibirnya yang mengerucut itu.

Jinyoung langsung menggeleng bodoh karena pikirannya. Bak pahlawan dia segera menghampiri Daehwi yang masih terus menggerutu.

"Ada apa, hwi ?" Basa basi sedikit.

"Ini kak! Kempes sepedaku, padahal tadi baik-baik saja."

"Aduh gimana ya ? Kakak anterin pulang saja mau ?" Sebisa mungkin Jinyoung mendatarkan ajakannya, deg-degan luar biasa tanpa sebab.

"Tak merepotkan kak?"

"Ya ampun seperti sama siapa hwi. Ayo motor kakak di sana." Jinyoung menunjuk sebuah motor matic hitam tak jauh dari mereka berdiri.

"Pamit kak Chan dulu ya kak, mau titip sepeda, nanti biar diambil kak Hyunjin pakai mobil."

Seandainya tadi dia pakai mobil sekalian, pasti sudah seperti pahlawan betulan.

Jinyoung mengiyakan lalu mengambil motornya selagi Daehwi bilang ke Chan.

Jinyoung mengiyakan lalu mengambil motornya selagi Daehwi bilang ke Chan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak ada perbincangan yang menarik saat perjalanan ke rumah Daehwi. Mereka sudah sampai di rumah Daehwi, seperti perkataan pemuda berambut hitam itu bahwa rumahnya memang tak jauh dari kafe.

"Terima kasih ya kak." Daehwi berucap terima kasih setelah turun dari boncengan Jinyoung.

"Loh hwi ? Tadi perasaan pakai sepeda deh," mama Daehwi keluar dengan masih memakai celemek biru dongkernya, mungkin keluar karena mendengar suara motor asing berhenti di depan rumah.

"Bannya kempes," jawab Daehwi dengan ekspresi sedihnya.

"Ngomong-ngomong siapa ini hwi?" Mama Lee yang heran dengan seseorang yang asing pun bertanya.

"Oh, ini kakak kelas Daehwi di sekolah, namanya kak Jinyoung."

"Jinyoung tante." Jinyoung membungkuk hormat.

Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang telah dewasa itu tersenyum manis.

Pantas Daehwi juga manis, mamanya saja seperti ini. Jinyoung dalam hati.

"Terima kasih telah mengantar Daehwi ya nak Jinyoung. Mau mampir dulu ? Kebetulan tante baru saja memasak kue, coba kamu cicipi."

Kesempatan.

Tapi Daehwi memandang mamanya kemudian jatuh pada Jinyoung dengan tatapan meminta maaf.

"Kasihan sudah sore ma, nanti kak Jinyoung sampai rumah kemalaman."

Jinyoung menggeleng, "Tak apa hwi, hanya sebentar. Penasaran rasa kue buatan wanita secantik mamamu ini."

Sepertinya guru Guanlin sungguh berhasil mengajari seorang Bae Jinyoung karena mulutnya sudah bisa berucap semanis ini.

"Aduh nak Jinyoung bisa saja. Ayo masuk."

Mama Lee menggiring putra dan teman putranya itu menuju ruang tamu. Mama Lee meninggalkan mereka untuk mengambil kuenya di dapur kemudian menyuguhkan kue yang sudah ada di dalam toples kepada Jinyoung.

"Sungguh enak sekali kue ini tante!" Seru Jinyoung. Bukan pencitraan, namun kue buatan nyonya Lee ini memang sangat enak dari segi tekstur, rasa, kemanisan, pokoknya semuanya.

Jinyoung kapan-kapan ingin meminta les memasak kue ini saja pada mamanya Daehwi, kalau boleh.

"Syukurlah, itu percobaan kali pertama tante membuat kue jenis ini. Kalau enak tante akan membuatnya lebih banyak nanti."

"Kapan-kapan kalau boleh, saya ingin berguru pada tante."

"Kamu suka masak?"

"Lumayan tante, mama di rumah sering mengajari masak karena saya anak tunggal."

Bukan pencitraan (lagi), itu memang sebuah fakta. Syukur jika fakta ini bisa membuat Daehwi kagum. Jinyoung mencoba melirik Daehwi yang berada di sampingnya, lelaki itu berekspresi kagum ㅡwalau hanya sedikit membuat Jinyoung tak mampu menyembunyikan senyumnya.

"Kamu mau membawanya pulang ? Lumayan untuk teman belajar."

"Boleh tante ?"

"Boleh dong, imbalan telah mengantarkan Daehwi pulang."

Oh, imbal-mengimbal ini diturunkan dari mama Lee.

Jinyoung mendapat banyak sekali hari ini. Dia jadi senang.

"Ngomong-ngomong kalau kamu kakak kelas Daehwi berarti sekarang ada di tingkat akhir ya ?"

"Iya tante."

"Sukses ya untuk ujiannya!" Mama Lee menyemangati.

"Tenang saja ma, kak Jinyoung ini ahli dalam semua mata pelajaran." Daehwi menimpali.

"Benarkah ? Bisa menjadi teman belajar Daehwi dong ? Daehwi ini hanya bagus di pelajaran bahasa nak Jinyoung, yang lain tepat di nilai rata-rata."

Ungkapan mama Lee membuat Daehwi mau tidak mau memukul mamanya itu ringan.

"Kapan-kapan ajari Daehwi belajar ya ? Nanti imbalannya tante akan mengajarimu memasak kue tadi."

"Boleh tante."

Senyum mengembang sempurna dari seorang Bae Jinyoung.

Terima kasih ya kawan semua karena telah membantu Jinyoung dalam tahap mendekati pujaan hatinya ♡♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih ya kawan semua karena telah membantu Jinyoung dalam tahap mendekati pujaan hatinya ♡♡

Tikungan Tajam | Jinhwi✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang