Chakra mengeluarkan mobilnya dari parkiran sekolah.
Sepanjang hari ini hujan terus, jadi Chakra merasa beruntung ia ke sekolah naik mobil bukan motor seperti yang lain.Tok....tok..
Ada yang mengetuk jendela mobilnya yang hampir ke luar dari parkiran.
Chakra menurunkan sedikit kaca mobilnya dengan malas. Maklum, lagi banyak pikiran."Mau apa lo ?" Tanya Chakra di kasar-kasarkan.
Tebak siapa yang mengetuk jendela mobilnya....."Chak, anterin gue pulang ya, please." Pinta Cecil.
"Kalo sopir bokap lo nyariin lo gimana ? Udah tungguin aja !"
"Chakra gimana sih ? Masa' cewek secantik gue di tinggalin sendirian di sekolah,"Chakra menghela nafas,
"Ya udah, sa.."
"Ya udah apa ? Udah boleh masuk ke mobil lo ?" Cecil berbinar, ia bersiap membuka pintu mobil.
"Bukan, maksud gue, lo jalan kaki aja pulangnya. Hujan-hujan..""Chakra...calon pacarku, gue benci sama hujan, soalnya air hujan itu 'kan dari laut. Laut itukan tempetnya ikan. Ikan itukan amis. Jadi gue jijik.." cerocos Cecil panjang kali lebar
"Ah, lebay. Lo aja kali yang amis.." sergah Chakra sambil buru-buru meninggalkan Cecil sendirian di parkiran.
Sepanjang perjalanan Chakra memikirkan ajakan papanya kemaren.
Chakra pingin menolak,
Tapi, pengalaman baru ga boleh di tolak.******
Udh hampir 2 jam Chakra duduk di mobil papanya.
"Udah mau sampe ni, nak" celoteh papanya dari tadi.Chakra melirik ponselnya, 37 panggilan tidak terjawab, 109 pesan dan 8 videocall dari Cecil.
Entah kenapa gadis fanatik itu bisa mendapat nomer telponnya.Mobil papa Chakra berhenti di depan sebuah pabrik susu.
"Ayo turun, jagoan, udah sampe"
"Mau ngapain pa ?"Di depan pabrik seorang pria jawa berdiri sambil tersenyum.
"Juragan, selamat datang." Sambutnya ramah.
Papa Chakra terkekeh, kebiasaan kalo bertemu teman lama.
"Omong-omong Ghea-nya mana ya ?"
Tanyanya setelah kekehannya habis."Lagi motong rumput di taman belakang, juragan."
Panjang umur,
tiba-tiba seorang gadis cantik berambut kepang satu berlari tergopoh-gopoh sambil membawa gunting rumput."Eeh, Pakde-om-Bos Dahlan, selamat siang. Tumben mampir kesini," sapanya ceria.
"Eeh, Ghea ! Makin cantik aja, tos dulu dong !" Papa Chakra langsung mengangkat tangan, ngajak Ghea untuk tos."Ghea, ini anaknya om namanya Chakra. Chakra ini Ghea, Ghea ini Chakra,"
"Hai, Chak, Pakde-om-Bos bilang lo mau keliling. Keliling sekarang aja biar nyampe rumah ga ke-maleman,"
Chakra menyernit,
"Keliling ? Sekarang ? Naik apa ?"Ghea cengengesan,
********
Ghea mengajak Chakra naik sepeda ontel.
Ha ?!!! Sepeda onthel ?
Chakra cemberut sambil duduk menyamping di goncengan sepeda."Chak, itu matahari," ucap Ghea basa-basi.
Chakra mendongak,
"Itu sungai,"
"Itu sawahnya keluarganya Ghea, yg ujung punya pakde Pur, yg itu punya pak...""Ghea, lo ga capek apa goncengin gue ? Gue ni berat tahu," potong Chakra.
Masa' cowok di gocengin cewek ?
Ga gentle dong, gitu pikir Chakra.
"Idih, kalo kerbau-e pakde aja bisa narik bajak, gue pasti bisa goncengi lo," kilah Ghea.Tin...tin..
Bunyi klakson seorang penjual cilok datang menghampiri.
"Chak, lo mau cilok ?"
"Cilok ? Emang di sini ada yang jual ?"
"Tuh... mang Tuti lewat, di kampung ini ciloknya paling endes lho,"
"Mang Tuti ? Kok namanya aneh, sih ?"
Chakra heran, emang ada ya cowok di bumi ini yang namanya Tuti ?
"Kan di gerobaknya ada tulisan CILOK BU TUTI."Chakra geleng-geleng kepala,
"Kalo lo ga mau cilok, beli pentolnya Teteh Arman aja ya" ajak Ghea sambil mengayuh sepedanya.
Entah karena sepeda itu memang sudah tua dan berkarat atau karena pedalnya kurang di kasih oli, setiap di gowes, sepeda itu berderit. Membuat gigi Chakra ngilu."Kok namanya aneh, sih ? Kali ini ada tulisan PENTOL BAKAR PAK ARMAN ?"
"Ngak sih, gue asal ngasih nama aja,"
Ghea terkekeh,Ghea mengajak Chakra keliling kampung hingga magrib.
Ia menghentikan sepedanya di depan sebuah rumah yang bersosok mirip dengan rumah joglo."Besok gue harus bantuin pakde nanem padi, lo ikut ga ?" Tawarnya.
Chakra mengganguk sebenarnya bingung harus mengiyakan atau menolak. Tapi pengalaman baru ga boleh di tolak.
"Assalamualaikum, bu. Ghea wes nang ngomah ! Teriak Ghea.
"Waalaikumsalam, nduk." Seorang wanita jawa cantik keluar dari rumah. Itu Bude Yani, bunda nya Ghea.
Pandangan wanita itu beralih ke Chakra.
"Nduk, calon mantu yo ?" Bisiknya.Ghea menyalami tangan ibunya lalu mengecup pipinya.
"Mboten bu, iki anak lanangnya Pakde-oom-Bos. Mau nginep di rumah kita. Iki lho sing bapak ceritake kemaren."Ibu Ghea mengangguk,
"Kopernya mana, nduk ?"
Ghea menepuk jidatnya."Alaaamak ! Ketinggalan, bu ! Ghea ngambil bentar ya, bu Assalamuaikum..." Ghea langsung mengayuh sepedanya secepat yang ia bisa.
"Maaf ya nang. Ghea emang suka lupa."Chara tersenyum,
Tak sampai 10 menit, Ghea pulang yang di ikuti oleh bapak yang menyusulnya menggunakan sepeda motor.
"Assamulaikum, bu."
Salam Ghea sambil menggaruk rambutnya yang di penuhi daun dan rumput kering.
"Lo kenapa Ghea ?" Tanya Chakra,"Gue abis nabrak pohon," jawab Ghea seloow.
"Ga sakit ?"
Ghea melepas ikat rambutnya, seolah tidak mendengar pertanyaan Chakra barusan.
"Kalo cewek-cewek di sekolah gue jatuh dari sepeda aja udah nangis..." celoteh Chakra."Alah, si Ghea mah jatuh dari pohon abis itu nyemplung ke sungai aja masih bisa nyengir." Tiba-tiba seorang pemuda keluar dari kamar sambil membawa sapu ijuk.
"Chakra 'kan ? Tuh, kamarnya wes tak beresin. Anggep aja rumah sendiri," katanya. Itu mas Danu.
Pemuda tampan berumur 24 tahun itu lalu mengajak Chakra makan malam dengan seblak buatannya.Sehabis makan, Chakra berbaring di atas tempat tidurnya. Hanya terdengar suara jangkrik dan suara tv sayup-sayup.
Di sisi lain, Chakra merasa penasaran apakah ia bisa bertahan dengan semua guyonan Ghea.Tidak sabar untuk besok...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan [emang ada ?] Di Bulan Juni
Teen FictionCover by @bellaraa_ Itu Chakra, Kata orang Chakra cowok paling ganteng di sekolah Kaya ? Genius ? Jago gambar ? Jago olahraga ? Baik ? Ga usah ditanya, itu sih Chakra banget. Tapi gimana kalo si Mr. Perfect bertemu sama Ghea, gadis ndeso yg pekerja...