4. Hari kedua, Chakra !

20 5 0
                                    

Hari ini Ghea dan Chakra akan bantuin Pakde Sur, calon mertuanya Mas Danu.
Tapi Chakra masih merem-mejem di sepanjang jalan.
Ia ga terbiasa bekerja sepagi ini.
Bahkan Chakra ga nyadar kalau sepatunya beda sebelah.

Begitu sampai di perkebunan kopi, mereka langsung di sambut oleh Pakde Sur.
Tugas menunggu, tumpukan-tumpukan karung berisi biji kopi menunggu untuk di pindahkan ke gudang.

"Nduk, itu karung-karungnya tolong di pindahin ke gudang ya, kalo bisa selesai sebelum jam 1 saya kasih uang jajan lho," pria Madura itu mengusap kumis tebalnya.

Chakra langsung berbinar mendengar kata "uang jajan".
"Ok om, mulai dari mana ?"

Pakde Sur geleng-geleng kepala,
"Saran pakde sih, mulai aja dari yang sedeng. Sama 1 lagi nduk, jangan terlalu semangat kayak yang terakhir kali,"

Ghea meringis,
Ia ingat minggu lalu, ia membantu Pakde mengangkut karung. Saking semangatnya, Ghea memangkul karung sambil berlari.
Pulang ke rumah, Ghea ga bisa sholat. Soalnya punggung dan lututnya kaku, ga bisa di gerakin.

Pakde Sur lalu meninggalkan Ghea dan Chakra untuk mengecek bagian kebunnya yang lain.
"Ghe, lo angkat aja yang sedeng, gue yang besar. Gue 'kan cowok."

"Kalo Wiro Sableng bisa ketemu sama Ratu Kidul, gue pasti bisa,"
Ucap Ghea optimis.
Tapi,
apa hubungannya ngangkat karung sama Wiro Sableng ketemu sama Ratu Kidul ?

"Kalo lo pegel linu gimana ? Udah gue aja yang angkat."

"Kok malah lo yang kalut kalo gue yang ngangkat ? Gue juga bisa kali..."

"Ghe, gua 'kan cowok, udah pasti juga lo K.O. duluan."

"Serah lo ah, lagian gue juga tahu kalo lo cowok, gue bisa, tenang wae."

"Ghe, gue ini 'kan orang Jakarta, orang kota. Orang kota bisa lakuin apa aja,"
Entah kenapa Chakra ribut amat kalo Ghea ikut menggangkut karung.

Chakra bersiap mengangkat sekarung biji kopi. Tapi....
Karung itu jauh lebih berat dari dugaan Chakra.
Ia mencoba berdiri, karung itu seolah menggilas punggungnya.

Ghea bersiap menggangkat sebuah karung lain yang hampir lebih besar dari karung Chakra.

Chakra ternganga,
Ghea mengangkat karung itu dengan sangat mudah. Ia berjalan cepat menuju gudang. Kayak sama sekali ga ada apa-apa di punggungnya.

Begitu Ghea kembali,
"Chak, kok lo belom gerak ?"
"Gue pemanasan dulu bentar,"

********

Chakra mengusap punggungnya,
Rasanya punggungnya retak, seperti keramik yang di ketok dengan palu besi.
Sesekali ia menatap Ghea yang berjalan dengan santai dan ceria, seperti biasa.
Chakra malu,
Ia cuma bisa memindahkan beberapa karung.
"Ghe, lo tiap hari kayak gini ?"
"Ga tiap hari sih, tiap seminggu sekali aja," ia cenengesan.

"Jalannya cepetan dikit. Mas Danu pulang awal lho,"

"Ghe, gue udah ga kuat.."

"Ga kuat apa ?"

Chakra terduduk di jalan,
"Ga kuat jaaalaan..."

Ghea menghela nafas,
Ia berjalan mendekat ke arah Chakra,
Ia membungkuk, lalu menggendong Chakra di punggung.

Chakra tersentak,
"Ghe, turunin gue ! Gue berat !"
Wajahnya memerah.

"Biar cepet nyampe, gue laper ni.." Ghea ngeles.

"Kalo lo laper, ngapa LO GENDONG GUE ?!!"

"Biarin, gue punya batere cadangan,"

"Batere candangan ? Kalo batere cadangan lo abis ?"

"Gue cas pake aki,"

"Kalo ga ada aki ?"

"Gue nelpon bapak, minta bawain batere baru,"

"Lo punya hape ?"

"Ngak sih, udah intinya pegangan aja yang kuat, nanti gue cemplungin lo ke sungai,"

Jantung Chakra berdegub kencang,
"Ghe, lo beneran ga capek gendong gue ?"

"Halaah, lebih capek gue kalo denger ocehan lo. "

"Ghe, gue beraaat ni."

"Iya gue tempe."

"Kok tempe ?"

"Kalo tahu udah sering 'kan ? Sekali-kali tempe dong. Gantian,"

"Tapi, gue cowok, Ghe. Ga gent.."

"Iy, gue tempe. Lo ga bencong 'kan ? Biasa aja kali. Cewek gendong cowok itu hal biasa,"

"Hah ? Biasa ?"

"Yo, tuh tempo hari ibu gendong si Deo. Ibu biasa aja tuh,"

"Itukan beda,"

"Podo wae kok. Deo cowok, ibu cewek,"

Chakra tertegun, jawaban Ghea terlalu simple untuk gadis remaja usia 17 tahun yang biasanya ribet bin ruwet.

"Ghe"

"Hmm, "

"Kok lo bisa simple ?"

"Ga tau, gue udah simple dari lahir. "

"Maksudnya ?"

"Hidup itu udah simple dari sono nya, jalanin aja. Asal ga ngerepotin orang aja. "

"Kok gue ga bisa sesimple itu ?"

"Mana gue tempe, "

"Tempe lagi, tempe lagi"

********

Ghea berjalan masuk ke rumah,
Lalu menurunkan Chakra di kursi.

Deo melongo,
"Mas Caka ngopo to ?" tanyanya.
"Chak, lo kenapa ?" kali ini mas Danu yang dari tadi sibuk menyapu jadi sibuk ngeliatin Chakra.

"Encok, mas" Ghea meringis jahil.

"Oooo.. Mau di urut ?"

"Eeh, ga usah mas, nanti ngerepotin, " jawab Chakra cepat. Ia ga mau di urut. Takut sakit.

"Ha..Ha..ha..ha.. Mas Caka takut diurut ya ?" anak kecil kelas 1 SD itu menertawai Chakra.

"Untung besok lo ga perlu ngangkat yang berat-berat."

Emang, ada apa besok ?



Hujan [emang ada ?] Di Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang