(Belum) Benar-Benar Selesai

510 15 0
                                    

Temanku bilang bahwa kita belum benar-benar selesai. Entahlah, mungkin itu benar. Mengingat satu tahun yang lalu kau pergi hanya dengan meninggalkan pesan lewat layar, menorehkan luka dengan kata-kata tajam, serta memutuskannya dengan sepihak. Kau tahu, hubungan yang berakhir dengan cara yang tidak baik-baik tak akan memberikan kesan yang baik.

Kini, genap sudah tiga ratus enam puluh lima hari setelah perpisahan itu. Kau kembali datang mengusik kehidupanku yang telah susah payah ku bangun kembali setelah kepergianmu. Aku geram. Sungguh. Dengan sikapmu yang nampak tiada bersalah, dan sapaanmu yang jujur saja menghangatkan. Itu semua membuka luka lama yang telah susah payah ku tutup rapat-rapat.

Temanku bilang kita harus bertemu. Untuk menyelesaikan sesuatu yang belum benar-benar selesai. Agar tak ada lagi sesak dan dendam yang meluap-luap di relung hati terdalam. Namun, ku pikir sudah terlambat. Untuk apa aku mendengarkan penjelasan yang sudah tidak perlu lagi dijelaskan. Untuk apa aku mengetahui kebenaran yang membuatku kembali sesak. Jadi kupikir, cukup seperti ini saja. Menganggap semuanya sudah benar-benar selesai. Mengedepankan ego masing-masing agar tak lagi saling menyakiti satu sama lain.

Dariku UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang