LUCIENT

139 25 2
                                    

Author POV

" Hufttt...," keluh gadis dengan model rambut pendek berwarna hitam yang sedang berdiri memandangi arsitektur bangunan ber-asrama didepannya itu. 

" Esme!!, cepat bergegas masuk ke sekolah barumu, Ibu sedang ada janji dengan pelanggan ibu.!. " Teriak wanita paruh baya dibelakang Esmeralda dengan tangan terlipat,sesekali melirik arloji yang berada di pergelangan tangan. sepertinya dia sedang terburu- buru.

Esmeralda cemberut sambil melangkah gontai, diamatinya gedung sekolah yang akan dia tempati selama 3 tahun kedepan. Sebelumnya, dia harus bersitegang dulu dengan ibunya soal pendapatnya untuk mau atau tidaknya dia pindah ke sekolah yang terkenal akan kehororan dan keanehannya itu. Dan sekarang disinilah dia akan menghabiskan waktu untuk bersekolah. 

" hm..., apa ibu tak salah? aku akan menghabiskan 3 tahun di sekolah tua ini?, tak bisa dipercaya..." 

Bukan tanpa alasan ibu Esmeralda memindahkannya ke sekolah asrama 'LUCIENT', sekolah asrama 'LUCIENT' merupakan satu- satunya sekolah yang paling besar dengan fasilitas yang lengkap, sehingga tak aneh bila sebagian orang tua mau menyekolahkan anaknya di sini. Termasuk ibu Esmeralda?.

Esme masuk ke pintu utama sekolah, pintu besar dengan ukiran huruf 'L' yang rumit membuatnya terkagum. di dalam gedung terdapat banyak lorong besar untuk menghubungkan kelas- kelas serta ruangan yang sudah pasti tak dapat dihitung dengan jari.

suasananya terlihat sepi, entah karena hari sudah agak petang atau apalah penyebabnya yang pasti sekarang Esme tengah berusaha mencari guru atau siswa lain untuk ditanyai.

Orang pertama yang dilihatnya adalah seorang gadis seumurannya yang sedang bersandar di dinding sekolah. Esme berjalan mendekati gadis itu, semakin dekat jarak antara mereka semakin jelas pula rupanya. Gadis itu berambut ice blonde, mata abu- abunya yang dingin tampak indah namun menatap tajam bak elang yang mengintai mangsa. 

( ha, memang boleh mewarnai rambut apa disekolah ini?) Esmeralda bertanya dalam hati

" Hi, mm.. bisa kau antarkan aku ke ruang kepsek? aku anak baru... Please?. " kata Esmeralda memohon. Sedangkan si gadis berambut ice blonde itu hanya menatap dia dingin seperti menatap orang aneh.

Baru saja gadis itu mau membuka mulut.
Mereka dikejutkan oleh pintu kecil disamping pintu utama yang terbuka.
Terlihat seorang pria tinggi keluar dari sana dan menghampiri si gadis berambut ice blonde

"Siapa dia?" Tanya pria berambut coklat emas itu

"Anak baru" kata gadis berambut ice blonde itu

"Oh, butuh bantuan?" Tanya pria itu

"Emm.. bisa tolong antarkan aku ke ruang kepala sekolah?" kata Esme gugup

" Tentu saja dengan senang hati. Sebelumnya perkenalkan namaku Edward Fox, dan ini adikku, Eleanor Fox" jelas pria yang bernama Edward itu sambil tersenyum.

"Iya..namaku Esme" kata Esme tersenyum tipis

"Kalau mau mengantarnya sebaiknya cepat, langit mulai gelap" kata gadis berambut ice blonde yang bernama Eleanor itu

"Baiklah, ayo kearah sini" kata Edward memimpin jalan. Diikuti oleh Eleanor dan Esme.

Di perjalanan menuju ruang kepsek, Esmeralda sempat merasakan hawa yang berbeda. Lorong sekolah yang sepi dan temaram pasti membuat sebagian orang tak betah untuk berlama- lama berjalan. Dan untuk itu Esme bersyukur karena ada yang mau mengantarkannya. Butuh lebih dari 7 menit untuk sampai ke tempat yang mereka tuju.

RUANG KEPALA SEKOLAH

Papan tulisan yang tertempel di atas pintu meyakinkan Esme bahwa dia sudah berada di depan ruang kepsek. 

" Sudah sampai, masuklah Esme. Eleanor akan menemanimu, aku harus pergi ada urusan yang yang harus kukerjakan." kata Edward memberi tahu

" Eh, oke. Terimakasih banyak. " setelah Edward pergi, mereka segera masuk ke dalam ruangan. 

"Esmeralda Eugini ?. " tanya kepala sekolah yang Esme yakini umurnya kurang dari 30 an.

" Iya, sir. " jawab Esme sambil tak berhenti memandangi kepala sekolahnya yang rupawan itu. 

" Sir bisa aku kembali kekamar duluan?. " Eleanor yang sedari tadi sudah terlihat bosan sengaja meminta ijin untuk pergi.

" Tunggu sebentar, sepertinya di kamar nomor 77 masih terdapat 1 ranjang kosong. Itu kamarmu bukan nona Fox?. " Cegah kepsek sambil melihat data- data asrama

" aku mengerti maksudmu sir, ayo Esme. " ajak Eleanor sambil tersenyum

" eh,.. o..oke." Sambil melangkah keluar ruang kepsek, Esme masih terpana oleh sang kepala sekolah mata mereka bertemu, dan Esme dapat melihat mata yang berwarna hazel indah. Sekilas dia ingat pernah melihatnya. Tapi dimana?.

𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗧𝗢𝗠𝗢𝗥𝗥𝗢𝗪 | 𝗖𝗛𝗔𝗣𝗧𝗘𝗥 𝗜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang