NIGHT OF DEATH

75 14 8
                                    

Di malam yang gelap, udara terasa kian menusuk. Membuat kebanyakan siswa memilih untuk menarik selimut tebal mereka tinggi- tinggi.

Saat semua tengah tertidur lelap, Esme tiba-tiba terbangun. tenggorokannya berteriak meminta air, diapun segera turun dari ranjang dan mengambil botol air minum di atas meja. Tetapi, air didalam botol ternyata sudah habis dan tidak tersisa. Dengan terpaksa Esme memilih untuk pergi ke dapur sekolah, walaupun letaknya lumayan jauh dari asrama. Itu lebih baik daripada mati dehidrasi btw( itu sama sekali bukan kematian yng keren).

dengan malas, Esme berjalan melewati lorong yang gelap sendirian. Dia memutuskan untuk tidak membangunkan Angel dan Eleanor karena tampaknya mereka sedang tertidur dengan pulas. 

Di tengah jalan, Terdengar suara langkah kaki mengikuti dirinya. 

" hah.. apa ini? de ja vu ??." Esme dengan kaget mengingat- ingat situasi ini seperti pernah dia alami sebelumnya.

Dengan hati dag dig dug, Esme  mempercepat langkahnya menuju dapur, sesampainya di dapur Esme langsung mengisi air ke dalam botol minumnya. Belum sempat terisi penuh, Esme sudah dikejutkan lagi dengan suara benda yang terjatuh

PRANG...

hampir saja Esme berteriak kaget sebelum sebuah tangan asing membekap mulutnya dengan paksa.

" kghttttt..ngh..", Esme meronta berusaha melepaskan tangan dingin yang membekapnya dengan erat itu. 'sial' tangan itu terlalu kuat. Botol air miliknya terlepas dari jemarinya, membentur lantai yang kemudian dipenuhi oleh genangan air. Dia tidak bisa bernafas dengan benar, dadanya sesak. Pandangannya mulai kabur dan menjadi gelap, Esme pingsan tanpa tahu siapa pemilik tangan dingin itu.

,...

Burung- burung gereja beterbangan dengan anggun, melewati cahaya matahari yang mulai muncul dari sela- sela dedaunan pohon. Jam raksasa yang berada di depan bangunan utama sekolah berdenting, menunjukan telah tibanya waktu untuk bangun. Semua murid terbangun dengan wajah cerah, satu dua tersenyum bahagia saat menyadari bahwa mereka masih terbangun di ranjang yang hangat. Mereka telah melewati malam kematian. Sesekali dalam hati bertanya siapa gerangan murid tidak beruntung yang terpilih.

berbeda dengan kamar no 77, Angel dan Eleanor berteriak histeris saat mendapati temannya tak berada di ranjangnya. Sudah sedari tadi saat pertama kali bangun mereka tak melihat Esme, bahkan sudah mencarinya ke seluruh ruangan kamar berharap kalau Esme sedang berada di kamar mandi. Namun tak ada, bahkan Eleanor sudah melapor ke kepala sekolah untuk memberi tahu bahwa Esme menghilang. Tak lama kemudian semua guru pengawas melakukan pencarian terhadap Esme, namun hasilnya nihil. mereka tak menemukan keberadaan Esme, yang mereka temukan hanyalah sebuah botol air yang tergeletak di lantai dapur dengan bekas air yang mengering. membuktikan bahwa Esme terakhir kali berada di dapur.

Edward dan siswa lain tampak menenangkan Eleanor dan Angel yang masih menangis, mereka benar- benar tidak menyangka Esme lah yang menjadi murid terpilih. Padahal dia baru saja masuk dan beradaptasi dengan siswa lain, kasihan gadis itu  terlalu polos untuk berurusan dengan mereka.

" Dasar sialan!, beraninya mereka memilihnya. arghhhh, ". teriak Eleanor marah, dia tidak terima jika sahabatnya Esme yang terpilih. 

" hiks... sudahlah Eleanor. lebih baik kita doakan saja Esme agar bisa kembali dengan selamat." Angel berkata dengan suara bergetar, sesekali menyeka air mata yang mengalir deras dari mata lentiknya.

" Ke...kembali dengan selamat katamu? Angel, bukankah menurut catatan di St. LUCIENT anak- anak terpilih yang menghilang tak pernah kembali..? maaf, aku pernah membaca catatan tentang anak- anak yang hilang di perpustakaan." Sanggah seorang gadis berkacamata

" Liz, aku menghargai informasi yang telah kau sampaikan lagi, tapi tolonglah.. itu hanya akan membuat Angel lebih sedih." Eleanor berkata sambil menatap pelan wajah Angel yang muram, matanya tampak berkaca- kaca.

" Begini saja, lebih baik kita cari informasi mengenai sejarah sekolah ini. siapa tahu kita bisa mendapat informasi tentang misteri anak- anak yang hilang, kutukan sekolah ini dan yang di sebut ' MEREKA. jangan bersedih lagi, ayo sekarang kita harus menemukan cara untuk menyelamatkan teman kalian Esme." Edward memberi semangat kepada adiknya

'baiklah..' jawab Eleanor dan Angel perlahan namun serentak

𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗧𝗢𝗠𝗢𝗥𝗥𝗢𝗪 | 𝗖𝗛𝗔𝗣𝗧𝗘𝗥 𝗜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang