GONE

52 15 0
                                    

DRAP!! DRAPP!

Edward membuka matanya saat mendengar seseorang berlari
Baru saja Edward berniat turun dari kasurnya, Angel muncul dibalik pintu

"hhhh..hh..dimana..Eleanor?" Tanya Angel pada Edward terengah - engah

"Eleanor? Dia ada dis-" Perkataan Edward terhenti saat menyadari kalau adiknya tidak berada dikasur dimana dia seharusnya terlelap

"Edward! Dimana Eleanor??!" Tanya Angel sedikit berteriak

"Hah, aku yakin baru melihatnya tidur disini beberapa menit yg lalu" kata Edward sambil mengecek sekitar kasur dimana Eleanor tidur

"Dengar Edward, Esme juga tidak ada pada kasurnya" Kata Angel pada Edward yang sedang mengacak acak rambutnya

"Esme juga?! Apa kau yakin Eleanor tidak ke kamarnya? Dan, apa mungkin dia pergi dengan Esme? atau apapun!" Kata Edward yang kebingungan

"Tidak, Aku yakin Eleanor tidak kembali ke kamar malam ini" Kata Angel

Nafas Edward tidak teratur, emosinya bercampur aduk
Rasa takut, cemas, khawatir, dan marah dirasakan Edward sekaligus

 Angel memijit pelipisnya sambil berusaha berpikir

"Tidak mungkin ini ulah Victoria bukan? Jika memang ulahnya, harusnya kau terbangun karena ada tidak mungkin Victoria berhasil membawa Eleanor sendirian dan tanpa perlawanan dari Eleanor. Eh, tetapi bukankah Victoria sedang dihukum." Kata Angel berusaha mengeluarkan pemikirannya

Edward tidak menjawab
Tangannya mengepal sejak tadi
Kemudian matanya teralihkan oleh sesuatu, kalung milik adiknya yang berkilau nampak di samping bantal. Edward memungutnya.

 "bukan?" Tanya Angel dan lagi- lagi Edward tidak menjawab

"Kita tidak bisa diam disini saja" kata Edward dan beranjak dari tempat dia berdiri sambil memegang kalung adiknya ditangannya

Angel mengikuti tanpa sepatah katah apapun
Dia ingin bertanya, tapi mungkin lebih baik dia diam dan lihat sendiri kemana Edward pergi

Betapa terkejutnya Angel saat menyadari bahwa ini jalan menuju pintu keluar dari asrama.

" Edward, kita mau kemana !?. " Tanya Angel yang penasaran sekaligus panik karena peraturan asrama yang melarang para siswa untuk keluar lewat jam tengah malam.

Namun Edward hanya diam, langkahnya semakin cepat memasuki pelosok hutan di samping pekarangan sekolah. Sinar bulan yang bersinar terang, menerobos ranting - ranting pepohonan. Cukup membantu pencahayaan, sehingga Angel tak terlalu kesulitan mengikuti langkah kaki Edward.

Setelah beberapa lama berjalan, mereka mulai melihat   sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu. Sejenak, Edward memandangi rumah itu dengan tatapan yang tak bisa Angel mengerti.

" Kau nanti diam saja, tidak perlu ikut campur. Apapun yang terjadi. " Raut wajah Edward kaku

Mereka memasuki pintu rumah yang tidak terkunci, ruang depan rumah kayu itu terlihat berantakan. Debu   mengendap di perabotan, Angel sampai harus menutupi hidungnya karena sejak memasuki rumah dia terus bersin.
 
Edward menaiki anak tangga menuju sebuah kamar yang sangat diketahuinya, itu adalah kamar ayahnya. Dia masuk tanpa mengetuk pintu dan meminta ijin terlebih dahulu karena dia sudah tahu si tuan rumah sudah pasti akan menghiraukannya.

" Eleanor hilang " kata Edward pada seorang lelaki paruh baya yang nampak lusuh.

Lelaki itu nampak tidak peduli dan seakan tidak mendengarkannya, tangannya terus saja sibuk memilah foto - foto usang dari sebuah kotak berukiran huruf E.

" Percuma saja aku mengatakannya kepadamu, kupikir  kau masih punya naluri seorang ayah. Tapi ternyata aku salah. Cih!. " Edward berpaling marah, bagaimana tidak. Ayahnya saja bahkan tidak memperdulikannya dan terus sibuk dengan dunianya sendiri. Sekarang satu - satunya yang Edward punya hanyalah adik semata wayangnya saja Eleanor.

Sejenak, lelaki tua yang tengah sibuk sendirian itu nampak berbicara lirih.

" Sudah waktunya, mereka telah kembali dan mereka akan memulai rencana busuk mereka "

Edward tertegun, dia masih berusaha mencerna perkataan lirih ayahnya

"mereka..? Siapa mereka? Apa mungkin..." batin Edward

Rasanya Edward masih ragu dengan pikirannya sendiri
Tidak mungkin Eleanor menghilang sebagai yang terpilih
Malam kematian itu sudah lewat!

"Dengar, aku tidak tau dengan apa yang kau bicarakan, tapi kalau kau tau dimana Eleanor berada, tolong beritahu aku" Edward berkata pada ayahnya

"Percuma Edward, kau tidak akan menemukannya"

Edward mengepal tangannya setelah mendengar perkataan ayahnya sendiri
Apa ayahnya sungguh menginginkan Eleanor untuk menghilang? Apa kesalahan Eleanor?

"Ayah.."

Seketika tangan itu berhenti mengotak atik sesuatu
Perlahan ia membalikkan tubuhnya
Sudah lama sekali ia tidak mendengar putranya memanggilnya dengan sebutan ayah

"dimana Eleanor..?"

𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗧𝗢𝗠𝗢𝗥𝗥𝗢𝗪 | 𝗖𝗛𝗔𝗣𝗧𝗘𝗥 𝗜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang