FOX & CHRISTOPHER

49 13 0
                                    

Lelaki tua itu membalikkan badannya perlahan
Menatap putranya dengan penuh makna
Haru. Itu yang sedang dirasakan lelaki itu setelah mendengar kata yang sudah lama tidak dia dengar.

"Kumohon, Eleanor membutuhkanku" Setelah bertatap wajah beberapa detik, Edward kembali berbicara

"Ed, biarkan saja Eleanor" Jawaban yg diberikan lelaki itu membuat Edward menatapnya tidak percaya

"Dia harus berada di dunianya. Lupakan dia Ed, dia hanya akan menyeretmu ke neraka" Lanjut lelaki itu

"BISAKAH KAU HENTIKAN OMONG KOSONGMU!? KAU SELALU BERKATA HAL YANG TIDAK MASUK AKAL!"

"ELEANOR HRUS BERADA DI DUNIANYA!? PIKIRMU DIMANA DUNIANYA? JAWAB AKU AYAH!!"

Teriakan Edward menggema diseluruh rumah. Wajahnya memerah, entah karena marah atau karena sedang bersusah payah menahan airmatanya

"Edward, marah tidak akan menyelesaikan masalah, ayo pergi dan pikirkan cara lain" Angel yg sedari tadi diam, melangkahkan kakinya mendekati Edward

"Tidak! Aku tidak akan pergi sampai aku mendapat penjelasan dri dia"

"Ibumu tidak ingin kau tau Ed, ibumu tidak ingin kau mengerti soal ini" kata lelaki itu

"Apa kau sungguh membenci Eleanor? Dia juga anakmu! Dia darah dagingmu!" Edward sungguh kehabisan kata-kata terhadap ayahnya sendiri

"Sudahlah Ed, aku tidak tau kenapa kau berpikir kalau aku bisa membantumu. Aku memang menyayangimu Ed, tapi kau lebih menyayangi adikmu" Kata lelaki itu seraya membalikkan badannya dan mengambil sesuatu

"Benar yang dikatakan ibumu, kau memang kakak yang baik Ed, kau tidak akan pernah meninggalkan Adikmu tidak peduli apapun" Lanjut lelaki itu sembari kembali menatap putranya dan memberinya sesuatu

"Apa ini?" Edward menatap benda yang diberikan ayahnya padanya

"Kau akan menemukan Eleanor, Edward. Tapi bukan dengan bantuanku"

"Begitu kau menemukannya, perlahan kau akan mengerti, sekarang pergilah.." jawab lelaki itu sambil menuntun putranya dan Angel keluar dari kamarnya

=

Edward menatap benda yang sedang berada di tangannya itu

Sebuah kalung emas, dan bentuk yang serupa dengan milik adiknya Eleanor, tapi, huruf yang terukir disana berbeda. Disana, terukir huruf 'L'

"Apa itu milik Eleanor?" Angel bertanya setelah melihat kalung ditangan Edward itu

"Bukan, milik Eleanor terukir huruf E, tetapi disini terukir huruf L" jawab Edward

"Tapi, kalungnya benar benar sama dengan milik Eleanor, seperti kalung yang dibuat untuk 2 orang" kata Angel dan diikuti dengan anggukan kepala Edward

"Tapi milik siapa? Eleanor tidak punya teman yang cukup akrab sampai sampai mempunyai kalung yang sama" kata Edward

"Apa mungkin kalau Eleanor bukan adik kandungmu, Edward?" Kata Angel hati2, takut Edward akan marah atau semacamnya

"Entahlah Angel, aku benar benar tidak mengerti dengan semua ini" Edward menjambak rambutnya sendiri, memaksa otaknya untuk mengerti semua ini

"Kenapa kau datang kemari Edward? Jika tau ayahmu akan seperti itu?" Tanya Angel

"Karena aku tahu, ibu dan ayahku mengetahui sesuatu yang tidak aku ketahui tentang Eleanor" Jawab Edward yang masih menjambak rambutnya sendiri

"Aku tidak bisa kehilangan Eleanor, Angel" Sambung Edward

"Aku juga tidak bisa kehilangan Sahabatku, Edward. Eleanor dan Esme membutuhkan kita, sebaiknya kita segera pergi untuk mencari petunjuk" kata Angel

Edward mengangguk, dia melangkah keluar dari rumahnya dan memimpin jalan

"Kita mulai saja dari sekolah" Angel memberi usul

- Disekolah -

"Darimana kalian?"

Mendengar suara itu, Edward dan Angel membeku disaat yang bersamaan

Tentu saja, mereka menyelinap keluar padahal tidak diperbolehkan keluar sekolah tanpa izin

"Apa suara saya kurang keras?" Suara itu kembali terdengar. Sangat tenang tetapi menyeramkan tentunya

"Maaf sir, kami ada urusan mendadak diluar sekolah, jadi kami terburu buru" Edward akhirnya membuka suara

"Urusan mendadak apa? Jangan berbohong" guru itu kembali bertanya

"Ayah saya sakit sir, dia membutuhkan obat jadi saya membawakan obatnya" Jawab Edward berusaha tenang agar tidak ketahuan sedang berbohong

"Dia berbohong pak, dia tidak akur dengan ayahnya, bagaimana mungkin dia mau repot repot membawakan obat"

Edward dan Angel menoleh, Tangan Edward mengepal

Sungguh, detik itu juga dia ingin mengumpat dan melemparkan segala macam hinaan pada teman kelasnya itu, Samuel

"Berhenti mengarang Edward, aku tau kau sangat membenci ayahmu, kenapa berbohong pada guru?" Lanjut samuel

"Edward, katakan yang sejujurnya" kata guru itu setelah mendengar perkataan Samuel

Angel berdecih

"Bagaimana pun, Ayahnya adalah ayahnya, walaupun benci atau tidak akur, Edward tetap menjalankan tugasnya sebagai anak!" Kata Angel kesal

Edward tersenyum miring

"Dan bagaimana pun, aku tidak akan pernah menjebak ayahku untuk pembunuhan" Kata Edward menyindir Samuel

"KAU! LANCANG SEKALI KAU!" Samuel berteriak marah pada Angel

"Samuel! Jaga bicaramu!" Guru itu mengingatkan Samuel sambil menunjuk kearahnya

"Sudahlah, bapak tidak ada waktu untuk mengurus candaan aneh kalian"

"Edward, kali ini bapak biarkan, jangan diulangi, dan semoga Ayahmu segera sembuh" Lanjutnya kemudian berbalik pergi

Edward tersenyum dan kembali menatap Samuel penuh kemenangan

"Ayo Angel, kita tidak punya waktu untuk mengurus seorang pembunuh" kata Edward dan meraih pergelangan tangan Angel kemudian menariknya pergi

-
-
-
Tbc
-
-
-

𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗧𝗢𝗠𝗢𝗥𝗥𝗢𝗪 | 𝗖𝗛𝗔𝗣𝗧𝗘𝗥 𝗜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang