"Seul, inget nggak pertama kali kita ketemu sampe akhirnya temenan deket kaya sekarang?"
"Inget dong, itu epic moment banget."
Meski terbilang 'bego' sebab daya pikirnya sedikit lama mencerna alur pembicaraan, tapi Seulgi cukup pandai dalam urusan akademik. Kali ini dia tengah tersenyum setelah menyelesaikan empat puluh soal matematika pilihan ganda.
Waktu yang tersisa masih sedikit lama, tapi Seulgi memilih bersabar untuk tidak tergesa-gesa mengumpulkan. Sebab kalau dia mengumpulkan lebih dulu, murid lain akan terintimadasi karena dia sangat cepat mengerjakan soal.
Bel berbunyi menandakan waktu ujian kurang lima menit, Seulgi sumringah akan mengumpul lembar jawab di tangannya. Tapi lebih dulu dari arah yang tidak Seulgi ketahui, sebuah tangan menahan Seulgi untuk tidak pergi. Gadis itu merampas lembar jawab Seulgi lalu dengan cepat menyalin jawabannya ke lembar jawabnya.
Seulgi tidak bisa mencerna peristiwa itu, dia hanya melongo melihat gadis dengan nama 'Bae Joohyun' pada lembar jawabnya sangat tangkas menulis D pada nomor terakhir.
"Terima kasih," ucapnya sambil memberi bolpoin sebagai ucapan terimakasihnya. Selebihnya dia sudah lebih dulu menuju meja pengawas.
Hanya Seulgi yang tahu, semalaman dia menggenggam bolpoin itu. Dia merasa tertawan dan jatuh pada perasaan tidak sewajarnya.
--Hari berikutnya, Seulgi mencari seorang yang bernama 'Bae Joohyun'. Niatnya menemuinya lagi dengan dalih mengembalikan bolpoin.
"Hai, Joohyun. Namaku Seulgi," katanya polos dengan mengulurkan tangannya.
Irene yang dingin hanya menatap tangan itu sekilas, lalu menjabatnya tanpa mengucap apapun. Dan itu membuat Seulgi tersenyum, baginya gadis di depannya ini sangat imut.
"Kemarin bolpoinmu ketinggalan saat nyalin lembar jawabku," masih ucap Seulgi dengan senyum seperti orang bodoh.
"Makasih, tapi itu buat kamu." Kali ini dia menjawab singkat, masih dengan tatapan dingin tidak bersahabat.
"Oh gitu? Kalo besok boleh nyalin lagi, mungkin nggak hadiahnya lebih besar? Misalnya payung cantik gitu?"
"Nggak usah ngledek!"
Seulgi tertawa, makhluk di depannya ini sangat menggemaskan baginya.
"Murid baru ya? Nggak pernah liat sebelumnya."
"Iya makanya ketinggalan materi. Oh iya, panggil aku Irene jangan Joohyun."
"Kok gitu? Kalo panggil sayang aja boleh nggak?"
Dan berakhir Irene pergi meninggalkan Seulgi yang salah tingkah dengan guraunnya sendiri.
--Entah bagaimana, Seulgi dan Irene akhirnya bisa dekat walaupun dengan perkenalan yang ganjil. Rumah Irene yang ternyata hanya berjarak lima rumah dari tempat Seulgi bisa jadi penyebab keduanya dekat. Mereka semakin dekat ketika memutuskan masuk SMA yang sama, kemudian satu kelas bersama.
Hubungan pertemanan mereka memang sempat renggang ketika kelas sepuluh Seulgi secara terang-terangan mengakui orientasi seksualnya dengan memacari kakak kelas yang juga wanita bernama Sunmi. Seulgi dan Sunmi satu klub dance, memutuskan untuk menjalin hubungan meski hanya bertahan empat bulan.
"Rene, maaf kalo aku buat salah sama kamu. Tapi emang kita nggak ada kemungkinan buat dekat lagi?"
"Maaf Seul, tapi setelah aku tahu kamu 'beda' dari aku, rasanya aku belum bisa nerima. Maafin aku Seulgi."
Tapi itu tidak lama, seminggu kemudian, Irene menghubungi Seulgi.
"Sekarang tahu kan kelebihanmu apa? Gampang dikangenin," katanya di ujung telepon.
"Makanya jangan jauh-jauh, susah kalo jauh dari makhluk kaya Seulgi."
"Nyesel deh ngomong begitu, jadi sombong kan."
"Kalo masih kangen, Seulgi bisa kok ke rumah sekarang. Mau martabak?"
"Kok mendadak ngomongnya 'Seulgi' gitu sih? Geli tahu, Seul."
"Eh iya? Aku nggak sadar loh ngomongnya kaya gitu. Tapi seriusan nih, mau nggak aku bawain martabak?"
"Nggak usah deh Seul, besok aja ketemunya di sekolah. Lagian nanti ada yang marah lagi kamu ke rumahku jam segini."
"Astaga Rene, lucu banget sih kamu. Aku berangkat sekarang ya, jangan tidur dulu."
Waktu terus bergulir, jalinan Seulgi Sunmi sudah berakhir. Pun Irene mengakhiri bersama Sehun dan memasuki fase kritis dengan Bogum. Dan yang tersisa hanya Seulgi yang diam-diam mengasihi Irene, sedangkan Irene masih bersembunyi dalam predikat 'straight' kebanggaannya.
--"Seulgi, kamu ada sesuatu yang mau diungkapin ke aku nggak? Misalnya apa yang kamu nggak suka dari aku, atau apapun deh."
"Semuanya dari kamu, aku suka kok," katanya tampak seperti gurauan dengan mimik serius.
"Serius ish." Irene tidak percaya meskipun Seulgi memasang tampang serius.
"Ini serius banget, Rene. Semuanya yang ada di kamu, aku beneran suka. Kalo ada hal yang harus diungkapin itu bukan sekarang, masih belum waktunya."
Irene diam, jarang-jarang Seulgi kelihatan serius seperti ini. Tapi dia tidak tahu, di tengah diamnya dia mencerna kalimat Seulgi, alamiah pipinya memerah serta jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.
"Jangan diam nggak bisa berkata-kata gitu dong, aku tahu kamu terharu tapi nggak usah tersipu gitu. Masih straight, kan?"
Irene salah tingkah, rasanya dia tidak ingin melihat Seulgi saat ini. Dia tidak habis pikir, kenapa Seulgi seringan itu, menyerangnya dengan ucapan.
--tbc
—terinspirasi novel "Ayah" Andrea Hirata