Irene POV
Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat ya? Atau katakan, ini hanya perasaanku saja? Sekarang aku sudah lulus SMA dan menjadi mahasiswa baru. Rasanya baru kemarin malam Seulgi mengajariku matematika untuk Ujian Nasional, tapi nyatanya bulan-bulan berlalu dengan lekas.
Oh iya, apa kabar ya Seulgi? Terakhir kali dia masih menjadi pacar Krystal sebelum akhirnya undur diri dari kehidupanku. Aku curi dengar dari Moonbyul, katanya dia diterima di kampus luar kota. Tapi aku tidak meng-klarifikasi apapun darinya, aku belum berani kembali mengenalnya. Meskipun sejujurnya keputusanku berbuntut penyesalan panjang.
"Rene," panggilan itu membuatku menoleh.
"Seulgi?"
Kenapa dia tiba-tiba saja hadir tepat aku memikirkannya. Seakan momen yang disengaja ditulis, skenario apik.. atau ini takdir? Apa sih pikiranku, ngaco!
Dia tersenyum, membuat matanya menghilang, "Mau mengenalku lagi?"
Dahiku berkerut, mencoba mengolah pertanyaannya. "Memang kita udah nggak kenal?"
"Aku udah bukan Seulgi yang dulu, kalau boleh mengenalmu lagi pasti bagus."
"Maksudnya?"
"Maksudnya, kamu nggak perlu khawatir. Aku udah nggak akan membebani kamu dengan apapun, termasuk perasaanku."
Aku menghela nafas pelan, "Ah, jadi.. rasa itu udah hilang?" entah kenapa kalimat menyedihkan itu meluncur miris begitu saja.
Seulgi POV
Hm, kiranya lima bulan berlalu. Irene tidak rinci menceritakannya, dia lupa kapan terakhir kali 'selamat malam'ku di depan rumahnya. Dia memang pelupa, pengingat yang buruk. Kini kita tidak lagi berseragam, aku menjadi mahasiswa DKV sedangkan Irene mengambil Ilmu Perpustakaan. Percayalah, kalau sampai dia menjadi penjaga perpustakaan, maka aku akan menjadi ilmuwan karena menjadikan perpustakaan sebagai rumahku.
Irene curi dengar kalau aku kuliah di luar kota? Dia buruk dalam pendengarannya. Makanya degup jantungku saat bersamanya saja tak disadarinya. Moonbyul bilang aku akan solo trip ke luar kota sejenak sebelum kuliah, dia pasti tidak mendengar dengan seksama.
Dan lagi, aku masih pacar Krystal? Hayo, masih tidak ya? Nyatanya aku hanya berkencan satu bulan dengan Krystal. Aku tidak tega menduakannya dengan bayangan Irene. Aku memang penyuka gadis cantik, tapi aku spesialis pecinta Joohyun. Masih saja aku ini seorang sweet talker.
"Ah, jadi.. rasa itu udah hilang?" suaranya samar beradu dengan suara angin.
"Iya, aku sekarang percaya kalau ungkapan mencintai selamanya hanya omong kosong."
"Seul, bukan karena kamu mudah hilang rasa cintanya kamu bisa menyamakan semua orang sama kaya kamu.." Dia beropini.
Aku terkekeh geli; mudah hilang rasa cintanya?
"Kamu kira mudah? Aku menghabisi diri sendiri berbulan-bulan, berharap ingatan tentang kamu hilang. Nyatanya badanku yang habis, aku kurus tanpa harus diet. Mungkin cara terbaik dalam mengurangi berat badan adalah berusaha lari dari cengkraman cinta? Mungkin?"
Dia terdiam sejenak, mungkin merasa bersalah. Karena kalimatku seolah membuatnya sebagai penjahat dalam kisah ini.
"Maaf."
Lihat? Dia meminta maaf.
"Apa yang harus dimaafkan?"
Suasana berubah canggung. Kami saling memandang ke depan, sesekali aku meliriknya. Rambutnya bergerak pelan ditiup angin sore ini.
"Sungguh, rasa itu nggak ada lagi?"
Suaranya dengan nada terendah kembali membuatku goyah. Sungguh?
—tbc?
Ada yang masih menunggu kelanjutan cerita ini? Kalian hebat! Terima kasih.
Ada yang lupa dan hapus dari library? Kalian hebat, tapi levelnya dibawah golongan pertama hehe
Maaf ya, aku kaya youtuber yang udah pamit tapi kembali :(