Closer

5.8K 749 22
                                    

Seulgi POV

Senyumku tak luntur meskipun cuaca panas hari ini membuat sebagian penduduk bumi mengeluh. Bingung juga dengan manusia, diberi hujan mengeluh pun panas tak membuat orang menjadi bersyukur. Moonbyul mendekat pada keberadaanku, senang melihatku di kampusnya.

“Bro, kangen banget bro.” Dia memelukku hangat lalu tos persahabatan ala-ala antara kami. Aku tertawa melihat tingkahnya yang sebulan ini jarang kutemui.

“Pas banget nih, jalan yuk?”

“Astaga, kita kan sama-sama seme, ingat dong Seul. Jangan frustasi gitu.”

“Yaa salah paham nih anak, maksudku ya jalan aja. Main gitu. Bukan jalan kencan yaa.. Mau curhat-curhat nih, sekalian traktir deh.”

“Asyik nih, gass!”

Aku dan Moonbyul mendarat di kafe langganan kami biasanya. Masih dengan pesanan sama dan meja yang sama. Memulai perbincangan dengan sedikit bertanya kabar dan saling mencela.

“Gimana nasib LDR mu?”

“Sejauh ini aman sih, besok Solar mau kesini dong! Duh bingung banget, pertama kali ketemu nih. Harus gimana ya Seul biar nggak canggung?”

“Rileks-in aja Byul, ajakin minum kopi atau jalan-jalan sekitaran sini. Ngobrolin hal yang umum-umum aja, jangan ngomongin soal perasaan.”

“Kalau dia nggak suka aku gimana ya Seul? Kalau ternyata aku nggak sesuai ekspektasi dia.”

“Ya udah nggak bisa diatur, kalau itu mah haknya dia dong. Kamu bisanya kan cuma mengusahakan Byul, santai aja. Yang penting jangan tengil sama jangan lupa mandi biar wangi."

“Hadeh, pastilah kalau itu. Bahkan malamnya mandi kembang dulu kali, ritual buat ayang beb Solar.”

“Astaga alay banget, curiga nih jangan-jangan Solar kena pelet online.”

“Ish jahat banget sih. Kamu kira, cuma kamu yang bisa dapat cewek? Kita kan dulu sempat masa-masa jadi seme terkeren.”

“Hahaha becanda Byul, malah lebih player kamu kan daripada aku. Dulu kamu sukanya menjaring adik kelas. Sekarang jujur deh, selain Solar ada berapa adik tingkat?”

“Diungkit mulu sih, itu kan dulu sebelum kenal Solar di tinder. Sekarang ya hanya Solar seorang lah. Ya kali, emangnya aku Seulgi yang siang sama Krystal, malam sama Irene.”

Tawaku pecah, “Hahaha nggak pernah ya. Tadinya aku part time Krystal, sekarang aku full-time Irene haha.”

“Waduh, aromanya udah ada kemajuan nih sama Irene?”

“Nah ini yang mau kuceritain, Byul. Semalam Irene cium aku, gila nggak tuh? Tapi ya langsung dipatahin lagi sama dianya.”

Aku memanggil ingatanku tentang kejadian semalam. Momentum yang nyaris membuat jantungku berhenti saking degdegannya. Irene dengan kesadaran utuh menciumku, meskipun hanya beberapa detik saja.

Rene?”

Dia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk di kedua tangannya. Masih menghindari tatapan mataku, Irene memilih menghadap keluar jendela yang terbuka. Rintik hujan masih setia berjatuhan di tanah.

“Rene,” panggilku lagi.

Irene menoleh, mendapatiku yang sepertinya masih memerah. Otak lemotku sulit sekali mencerna semua ini.

“Jadi bikinin indomi?” Dia mengalihkan topik pembicaraan.

“Nggak usah deh Rene, aku cuma mau tanya. Tadi maksudnya apa?”

BreathtakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang