Hujan

2.6K 303 157
                                    

Jika didrama - drama, hujan adalah scene yang identik dengan nuansa yang sedih. Entah si pemeran utama yang ditinggalkan, tengah menangis, atau patah hati. Kupikir itu hanya akan terjadi disebuah drama saja. Namun, sialnya sekarang aku berada diposisi itu. Posisi dimana aku menjadi pemeran utama yang hanya mampu terdiam melihat sang pujaan hatinya beranjak pergi dengan dayang kesayangannya.

Tunggu. Jangan berpikir aku juga akan menangis sesegukan. Ew! Aku tak selemah itu, hanya saja hatiku yang terlalu lemah. Rasa nyeri itu tiba lagi menggerogoti relung hatiku. Beberapa kali ku hela nafas ringan untuk menenangkan hati ini kulakukan. Setidaknya disaat seperti ini aku bisa menghibur diriku sendiri. Bukankah aku sudah terlalu biasa mengobati luka ku sendiri. Aku sudah terlalu paham dimana letak luka itu dan seperti apa luka itu. Aku sudah paham betul. Karena bertahun-tahun lamanya aku berada diposisi ini.

"Aku baik-baik saja. Baik -baik saja" kata-kata ajaib itu keluar dari bibirku berusaha untuk semakin menenangkan diri ini. Apalagi saat melihat keduanya tengah bercanda ria dibawah guyuran hujan yang dilindungi oleh payung merah. Romantis sekali.

"Cih kayak didrama picisan aja! Alay!" tak lama setelahnya aku tersadar tingkahku seperti anak gadis ababil saja. Itu hak nya untuk bersama siapa. Aku tak memiliki hak atas segala tingkah lakunya.

"Kalo kayak drama picisan, kenapa harus dilihat terus? Bukankah malah jadi semakin menyakitkan nanti?" suara itu seketika mengagetkan diriku. Sontak saja kualihkan pandanganku. Dan si pria eboni dengan senyuman malaikatnya yang menyambutku.

"Tsk! Ngagetin aja lu! Tumben baru balik, abis rapat BEM?" tanyaku saat ini menatap tepat learah bolah matanya. Untuk beberapa alasan. Bolah mata obsidian itu terlihat sangat indah dan menentramkan.

"He'um, tadinya mau langsung balik tapi nggak jadi pas liat kamu. Apalagi ekspresimu tadi sedih gitu, nggak tega ninggalin anak perawan sendirian" mendengar ucapan pria bersurai eboni itu sungguh membuatku sangat kesal setengah mati. Apa katanya tadi anak perawan?  Heol! Dia lupa gender ku apa ?!

"Lu ngajak ribut ini? Ayok, mumpung deket sama lapangan ini" kutatap tajam pria itu dan ia hanya merespon dengan senyuman angelic nya dan entah mengapa rasa berdesir menghinggapi dadaku.

"Ayok ribut, diranjang mau? Biar sekalian nyari yang anget -anget, ehee🌚" dan tanpa berdosanya pria bermarga Cha itu berkata demikian. Hey! Cha Eunwoo itu yang paling waras diantara kami, sejak kapan dia berubah jadi bobrok kayak gini! Ini pasti ulah June sama Yugyeom! Manusia laknat itu pasti udah ngerusak malaikat ini, sialan. Awas aja nanti kalo ketemu, habis mereka sama gue.

"EUNWOO IHH, KOK JADI MESUM SIHH! SIAPA NGAJARIN, JUNE KAN, KANNN?!!" teriakku sambil mengguncang- guncangkan tubuhnya. Pria itu hanya menanggapi dengan tawa kerasnya. Tsk! Apaan sih yang lucu emangnya, ngeselin ada ini!

"Nah ngegas gini kan bagus. Kamu sedih itu nggak cocok Gyu. Sering -sering tunjukin ekspresi yang kayak gini didepanku ya. Indah soalnya..." tanpa perlu dikomando pria yang menjabat sebagai ketua BEM itu menepuk-nepuk pelan pucuk kepalaku. Dan sialannya dadaku juga terasa ikut berdesir karena perlakuannya.

"Ish! Apaan sihh. Jangan sok kayak didrama -drama deh, geli Woo!"sungutku sambil mengalihkan pandanganku kearah manapun asal jangan melihat kewajah Eunwoo.

"Geli tapi mukanya sampe merah tuh. Gimana ceritanya coba hahaha..." lihatlah Eunwoo malah semakin menjadi mengusak-usakkan rambutku serta kini ia tengah mencubit pelan pipi kananku.

"Gemes banget asli, yang kayak gini kok dianggurin sih. Heran deh... Oiya, kamu laper nggak? Beli makan yuk di cafe depan" gimana , gimana tadi maksud si Eunwoo? Gue gemesin? Sakit asli ini orang. Dari segi mana nya coba gue gemes. Bodo ah, laper gue nggak mau mikir macem- macem. Anggep aja tadi si Eunwoo lagi mabok pas bilang gue gemes.






















[✔️]Nano - Nano 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang