15. Leo and Revan

12.5K 1K 74
                                    

Suara langkah menapaki anak tangga. Kaki mulus meski si pemilik telah berusia lanjut nyatanya tak melunturkan kecantikan alaminya. Dengan dress rumahan, wanita yang kerap kali di panggil Bunda oleh anaknya ini sesegera mungkin menuju ke arah kamar putranya. Niat hati ingin membangunkan putra satu-satunya yang pemalas luar biasa itu.

"Van, ayo bangun atuh nak, ini udah sia------astaga ini apa putih-putih berceceran di lantai?".

Suara nyaring memenuhi kamar acakadul dengan noda putih di lantai juga di tempat tidur anaknya.

"Revan bangun".

Bunda menarik selimut berwarna biru tua polos dengan gemas.

Dua anak laki-laki yang berada di atas ranjang terusik akibat dinginnya AC yang menusuk kulit mereka. Mau tak mau mereka bangun juga.

"Bunda kok udah bangunin aku aja sih? Masih ngantuk Bun, kemarin habis begadang".

Revan mengeluh dengan suara khas bangun tidur. Sementara Leo yang ada di sampingnya justru mengigau.

"Dek, jangan ganggu kakak. Sana bantuin Mamih di dapur aja. Suara adek bikin telinga kak Leo berdengung saking berisiknya".

Bunda dengan tenaga janda beranak satu memukul kepala Leo dengan bantal Kumamon milik Revan yang ia dapat dari hasil undian berhadiah di Swalayan.

Leo mengaduh pelan dan bangun dengan tiba-tiba. Inginnya memaki namun urung begitu ia mendapati Bunda sudah melotot garang.

" Udah siang. Jangan pada tidur aja. Ini pula apa putih-putih berceceran di lantai? Sampai ke tempat tidur pada tumpah. Kalian habis ngapain tadi malem hah? Ayo ngaku!".

Revan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia pusing tapi tangannya malah garuk kepala dengan tak nyambungnya.

"Gak habis ngapa-ngapain Bun".

" Apanya gak habis ngapa-ngapain? Ini kenapa putih-putih sampek berceceran di mana-mana kalo bukan karena ulah kalian".

Leo jengah juga. "Tante, kemarin kita habis main. Main kartu dan yang kalah mukanya di cemongin pakek tepung terigu. Kemarin malem juga Revan gak sengaja numpahin mangkuk tempat terigu nya makanya sampek ceceran di lantai. Gak sempet bersihin karena udah ngantuk".

Revan mengangguk membenarkan. Toh emang bener dan gak sepenuhnya ngeles.

"Pokoknya ini kamar harus beres. Habis itu mandi dan kalian sarapan. Jangan tidur lagi ini udah siang. Bunda mau pergi arisan dulu".

Revan dan Leo mengangguk kompak.

Bunda keluar dari kamar berantakan bekas tepung itu dan menutup pintunya.

Revan kembali merebahkan diri namun bukan untuk tidur. Sementara Leo hanya menatapnya sambil duduk.
"Bunda klop banget sama Fio. Sama-sama berisik. Gak tenang banget sih hari libur kalo kayak gini terus".

Leo ikut merebahkan diri. Namun bukan pada tempat tidur namun di atas tubuh Revan. Menindihinya dengan lembut.

"Kamu juga berisik. Kalo lagi 'olahraga' bareng aku".

Revan menoyor kening Leo akibat ucapan frontal pria di atasnya.

" Jangan bahas itu pagi-pagi. Lagian dulu siapa juga yang nafsuan padahal aku belum bilang setuju untuk jadi pacar kamu?".

Revan menggerutu namun Leo malah tertawa. Revan hanya mendengus. Kemudian mereka saling bertatapan dengan intens.

Tangan Leo mengelus paha Revan kemudian memisahkan kedua kakinya dan Leo berada di antara kaki-kaki Revan.

Gio Itu Punya Fio TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang