Rintik Ketujuh

146 15 0
                                    

Author P.o.V

Gawai milik Abi menyala beberapa kali. Menderingkan sebuah lagu yang ia jadikan sebagai penanda adanya panggilan. Pada deringan kelima, Abi terbangun. Mengucek matanya dan memperlihatkan raut waah kesal karena seseorang telah mengganggu tidurnya. Abi meraih gawai itu, tanpa melihat ke layar ia langsung mengangkat telfonnya.

"Halo" Abi menyapa dengan kesal.

"Bulan bersinar terang di ujung bumantara. Menyinari sang puteri yang sedang indah terlelap. Dawai krama kala mengalun indah. Menyajikan sebuah simfoni untuk sang puteri. Tidurlah dengan nyenyak. Semoga esok pagi sang baskara ikut terbangun bersamamu untuk menyambut hari yang indah." Lalu seorang gadis di sebrang sambungan telfon itu tertawa manis setelah membacakan puisi itu.

Abi langsung terbelalak, melihat nomor ponsel Shanum di layarnya.

"Num, aku kira siapa."

"Ya emangnya kamu lagi nunggu telfon dari siapa euh?"

"Enggak ada sih. Selamat pagi Num."

"Pagi juga hey si tukang tidur. Semalam kamu pulang langsung ya?"

"Iya, abisnya ditinggal tidur sih."

"Hahaha.. maaf ya Bi. Terima kasih juga."

"Untuk?"

"Puisinya Bi, gak pernah aku bangun langsung dikasih puisi kaya gini. You are totally sweet."

Abi tersenyum malu mendengar pujian itu.

Mereka berdua kembali larut dalam sebuah perbincangan. Shanum memberi tahu bahwa hari ini ia akan bekerja setengah hari. Ia akan pergi ke kantor untuk menyerahkan berkas pada temannya. Setelah itu ia akan menemani Abi untuk menikmati hari ini. Shanum mengajak Abi untuk datang ke toko parfum miliknya. Ia juga sudah menyiapkan sebuah parfum untuk Abi. Parfum yang pastinya akan menjadi terfavorit untuknya. Setelah Shanum mengakhiri telfon, Abi bergegas mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah rapi, ia turun ke bawah untuk sarapan.

Saat berjalan menuruni tangga, Abi baru menyadari bahwa di dinding-dinding tangga terdapat beberapa bingkai foto. Di awali dengan foto dua anak kecil laki-laki yang tersenyum manis dengan gigi ompongnya. Lalu foto-foto itu berubah menjadi foto dua anak remaja yang cukup tampan. Semakin kebawah, foto itu menunjukan sebuah kedewasaan mereka berdua. Hingga Abi sampai di bingkai foto terakhir. Dalam foto itu ada tiga orang. Masih dengan dua orang pria yang sama, namun kali ini mereka dipisahkan dengan seorang perempuan yang berfoto diantara mereka. Perempuan itu berambut kecoklatan. Sangan cantik dengan senyumannya.

"Hey bung!" Jullien memanggilnya sambil melambaikan tangan.

Abi meninggalkan bingkai-bingkai foto itu. Setelah memberi high five pada Jullien, Abi duduk bersama Tuan Victor yang sedang menikmati sarapannya.

"Selamat pagi tuan Victor."

"Selamat pagi anak muda." Kali ini Tuan Victor memberikan sebuah senyuman.

Jullien datang menghampiri meja mereka. Menyajikan secangkir teh hangat dengan wafle ala belanda bertoping whip cream dan blue berry di atasnya. Jullien lalu ikut duduk di sana bersama mereka.

"Hey Abi, bagaimana dengan kencan pertamamu?"

"Parfait!" jawab Abi dengan bahasa Perancisnya.

"Jadi jepit itu disukainya?" kali ini Tuan Victor yang penasaran.

"Ya, ia menyukainya. Bahkan gadisku memakainya saat ia tidur."

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang