Rintik Kesepuluh

121 14 1
                                    

Halo readers!

Maaf ya, Galih lama menghilang. Mohon dimaklumi karena Galih saat ini sedang menyusun proposal penelitian untuk skripsi. Semester ini jadi semester paling padat di kampus dan kerjaan Galih cuma analisis novel dan baca buku materi untuk skripsi. Jadi mohon dimaklumi dan dimaafkan. Kali ini Galih akan melanjutkan ceritanya. Tapi sebelum itu, Galih ingin memberikan sesuatu kepada kalian. Untuk beberapa saat Galih akan hiatus dari wattpad untuk menyelesaikan urusan kuliah. Galih akan kembali memposting cerita setelah semuanya selesai. Kira-kira akhir bulan depan. Semoga kalian memakluminya ya. Tapi bisa jadi sesekali galih akan memposting ceritanya jika memang memiliki waktu luang dan ada kesempatan untuk update. Sekali lagi galih mohon maaf.

Ya sudah, ini ada chapter baru dari ceritanya. semoga kalian suka. Love you..

Note: maaf kalau banyak typo haha..

*****

Hujan telah lama berlalu. Malam ini langit terlihat begitu indah. Bintang saling menyapa satu sama lain dan bulanpun hadir dengan anggunnya. Aku menatap semuanya dengan jelas dari atas balkon kamarku. Aku sedang merasakan setiap udara dingin yang menelusuri kulitku. Kejadian hari ini membuatku sadar bahwa manusia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan jika mereka sabar dan mau menunggu. Hal ini membuatku kembali bersemangat. Aku tidak akan menunggu dan bersabar untuk Shanum tapi aku akan bersabar dan menunggu untuk mendapakan orang yang bisa mencintaiku seperti aku mencintainya kelak. Malam ini aku sudah memutuskan untuk melupakan Shanum. Ya, ia harus pergi dengan orang yang ia cintai dan aku harus menemukan orang lain untuk kucintai.

Besok adalah hari keenam aku berkelana di Paris dan Diandra sudah menyiapkan sesuatu untukku. Katanya dia ingin memberikan sebuah hadiah karena telah membantu dirinya untuk sadar dan memberanikan diri hengkang dari pekerjaannya. Aku menerima ajakannya tadi sore dengan cepat. Ia orang baik dan aku harus menghargai apa yang ia lakukan.

Tuan Roussell dan Tuan Victor sepertinya masih berbincang di bawah. Mengingat kembali momen manis mereka dari masa lalu untuk menyegarkan hubungan mereka yang kini hendak mereka jalani kembali. Aku senang melihatnya, Apalagi melihat tuan Roussell. Baru kali ini aku melihatnya tertawa dan tersenyum lebar. Kekecutan di wajahnya menghilang dan digantikan dengan senyum manis yang membuat semua orang pasti akan ikut tersnyum juga jika melihatnya. Entah mengapa, aku iri.

Merasa hawa semakin dingin, aku kembali masuk ke dalam kamar. Mengunci pintu balkon rapat-rapat agar aku bisa menikmati hangatnya kamarku. Payung merah di sudut ruangan menarik perhatianku. Aku berjalan ke arahnya dan mengambil payung merah milik Gabriel. Payung ini telah menyelamatkan orang-orang yang hendak mendapatkan cintanya. Berawal dari pria yang kutemui kemarin di dekat Museum Louvre dan hari ini, Tuan Victor dan Tuan Roussell pun bisa bersatu akibat adanya sedikit bantuan dari payung ini. Sungguh ajaib, sama seperti pemiliknya.

Akhirnya aku merebahkan diriku di kasur, ingin beristirahat dan mengakhiri hari dengan cepat.

Author P.o.V

Baru saja Abi merebakan tubuhnya, seseorang mengetuk pintu. Abi yang memang belum terlelap dengan benar segera membukakannya. Sesuatu hal membuatnya terkejut. Shanum tiba-tiba saja berdiri di depan kamarnya. Mengenakan baju yang rapi dengan rambut yang ia tali seperti ekor kuda. Shanum meminta izin pada abi untuk masuk ke dalam dan si pemilik kamarpun mempersilakan dengan kecanggungan yang sangat jelas terlihat.

Shanum duduk di kursi dekat meja, Abi juga mengikutinya dan duduk di tepian Ranjang. Shanum menghela nafas sambil melihat kesekeliling. Senyum tak terlepas dari wajahnya.

"Hai, bagaimana kabarmu hari ini?" Shanum memluai pembicaraannya dengan ekspresi canggung.

Abi menjawabnya dengan singkat, memberi ekspresi wajah yang amat sangat berhati-hati. Ia tak ingin melukai perasaan sahabatnya.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang