Part 9

227K 11.7K 77
                                    

Seorang pria terbaring dengan alat-alat medis menempel pada tubuhnya.

Perlahan matanya bergerak, sudah dua bulan lamanya Lio koma sejak kejadian naas itu, kejadian yang merenggut kehangatan seorang Julio Dev Abraham.

"Lio!" wanita berumur 40 itu kaget melihat pergerakan dari putranya.

"Paaa! Lio sadar pa!" teriak vina- mama Lio.

Sedangkan Lio hanya diam tak berkutik, dari dirinya menghantam pembatas jalan, lalu gelap menjemputnya, hingga bangun dari kegelapan yang ada di pikirannya hanya Aletta.

Air mata meluncur begitu saja saat mengingat wanitanya pergi meninggalkannya, dan barulah Lio sadar bahwa dirinya sudah mati tanpa adanya Aletta.

"Sayang kamu kenapa?" Nada cemas terdengar sangat jelas saat melihat putra bungsunya mengeluarkan air mata.

Hati seorang ibu mana yang tahan saat melihat anaknya menangis?

"A-let-ta," ucap Lio terbata sangat lirih hingga hampir tak terdengar, Lio merasakan dadanya sangat sesak saat mengingat Aletta dan calon buah hatinya tidak bersamanya.

"Al-aletta?, siapa Aletta sayang?" Vina yang melihat anaknya tidak berhenti mengeluarkan air mata pun ikut menangis.

Lio hanya menggeleng, tatapan matanya kosong dan matanya selalu mengeluarkan air mata.

"Jagoan papa harus kuat" ucap Hasbi- papa Lio, sambil mengusap air mata anaknya,"papa tau semua ini sangat berat, jujur papa kecewa sama kamu yang tidak bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan, tapi papa tidak menyalahkan kamu karena ini sudah menjadi takdir, ah biar nanti kita bicarakan lagi, cepat sembuh son."

Hasbi meletakkan amplop berwarna coklat yang agak kotor diatas nakas.

~~~

"Bun." Raka menghampiri bundanya yang sedang duduk di kursi taman belakang rumahnya.

"Apa kamu menemukan Aletta? Dimana Aletta Raka, bunda sangat merindukannya." Gina-bunda Aletta mengguncang tubuh Raka.

"Maaf Bun," setelah itu tubuh Gina merosot ke bawah dan menangis, sudah dua bulan putrinya meninggalkan rumah, dan Gina sekeluarga tau apa alasan Aletta pergi dari rumah.

Flashback on

"Bun kayanya besok Raka harus pulang deh soalnya ada masalah di kantor," ucap Raka pada bundanya saat acara makan malam.

"Ya udah kita pulang bareng aja sama ayah, lagian bunda sama ayah juga sudah selesai urusannya, iya kan yah," tanya bunda pada ayah.

"Iya Bun."

Keesokan harinya mereka bertiga pulang.

"Aduh bunda udah kangen banget kayaknya sama Aletta," ujar bunda.

"Ih bunda, kayak gak biasanya aja," ejek ayah.

"Biarin dong yah, Raka juga kangen banget sama Aletta, apalagi dia suka jail sama Raka kan Raka jadi rindu," Raka pun tidak mau kalah.

"Iya iya terserah kalian berdua saja ayah pasti kalah"

Saat perjalanan menuju rumah mereka bertiga masih terus becanda gurau.

"Assalamualaikum," ucap mereka bertiga, saat ini jam menunjukan pukul 16.30 dan mereka pikir Aletta sudah pulang sekolah.

"Waalaikumsalam," muncullah bi Nana dari balik pintu utama.

Mereka memasuki rumah dengan senyum yang mengembang.

"Bi Aletta lagi ngapain?" Tanya gina.

Bi Nana yang ditanya pun bingung harus jawab apa, pasalnya Aletta tidak pulang sejak kemarin.

"A-anu Bu, anu, non Aletta tidak pulang sejak kemarin," bi Nana mengucapkannya sambil menunduk takut.

"Loh Aletta nginep dirumah Ara ya bi?"

"Saya tidak tau Bu, biasanya non Aletta selalu ijin jika ingin menginap, tapi pagi kemarin sebelum berangkat sekolah non Aletta menitipkan ini Bu," bi Nana memberikan amplop berwarna putih kepada gina.

"Oh makasih bi," bi Nana pergi meninggalkan Gina sendiri diruang keluarga sedangkan Gio-ayah Aletta, dan Raka sedang membersihkan diri di kamar masing-masing.

Gina membuka surat yang katanya dari anaknya itu, perlahan tapi pasti gina membacanya dengan teliti.

Setelah selesai air mata Gina tidak dapat dibendung lagi, didalam surat tersebut Aletta mengatakan bahwa dirinya hamil dan Aletta memutuskan untuk pergi dari rumah, karena tidak ingin membuat malu keluarganya.

"Aletta," dan selanjutnya tubuh gina limbung dan pingsan.

Flashback off

***

I'm Leaving (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang