Di ruang rawat Aletta kini banyak sekali keluarga Aletta dan Julio, saat pagi menjelang tadi Lio langsung memberi tahu semua keluarganya kalo Aletta masuk rumah sakit.
Pernyataan dokter semalam, membuat Lio bahagia sekaligus marah pada Aletta, Aletta dinyatakan hamil tapi Aletta tidak menyadari kehamilannya selama ini, sampai usia kehamilannya sudah memasuki dua bulan.
"Mending kita keluar yuk, kasian Aletta butuh istirahat." Ucap Raka, dan semua keluarga besar itu keluar dari kamar rawat Aletta, kecuali Lio yang masih setia duduk di sofa dengan wajah datarnya.
Aletta tau kalo Lio kecewa padanya, tapi mau bagaimana lagi, karena Aletta tidak merasakan hal-hal yang aneh pada tubuhnya sebelum ini. Aletta paling tidak suka jika Lio marah seperti sekarang ini.
Aletta juga merasakan ada yang tidak beres dengan sikap Lila, dari awal sampai keluar dari ruangan Aletta, Lila terus saja menatap Lio dengan tatapan berbeda. Aletta curiga kalo Lila tidak tulus meminta maaf waktu itu.
"Aaah!" Tiba-tiba perut Aletta merasakan sakit lagi, dan ini sungguh luar biasa sakitnya, Lio langsung panik dan mendekati Aletta.
"Kamu gak papa?" Aletta bisa melihat kekhawatiran dimata Lio, sebegitu paniknya kah Lio saat Aletta merasakan sakit?
"Perut aku sakit banget kak." Lirih Aletta.
"Aku panggil dokter ya." Lio berlari keluar dari ruangan Aletta untuk memanggil dokter, sedangkan Aletta tidak kuat rasanya menahan sakit di bagian perutnya.
"Bunda mohon bertahan, demi bunda dan ayah sayang." Ucap Aletta membelai perutnya yang masih datar itu, Aletta mencoba menarik nafasnya pelan-pelan agar sakitnya berkurang.
Aletta menangis tertahan, karena merasa sakit yang tidak hilang-hilang dari perutnya, Aletta sedih karena telah merepotkan banyak orang, hanya gara-gara rahim dan janinnya lemah. Aletta juga tidak tega melihat Lio yang tidak tidur semalaman untuk menjaganya, ditambah El yang terlantarkan karena dirinya sakit.
Lio masuk dengan dokter wanita yang menangani Aletta sejak semalam, Lio langsung menggenggam tangan dingin milik Aletta dan menciumnya berkali-kali.
"Sakit banget ya? Jangan nangis ya aku takut." Bisik Lio.
Aletta hanya tersenyum menunjukkan bahwa dirinya kuat, Aletta tidak menyangka akan terjadi seperti ini pada dirinya. sudah bertahun-tahun Aletta menderita bersama El, tapi Aletta tetap kuat, dan seharusnya saat mengalami hal seperti ini Aletta juga bisa kuat.
"Ibunya tidak apa-apa pak, hanya saja sudah saya sampaikan jika kandungan ibu Aletta lemah, seharusnya ibu Aletta tidak stress dan banyak pikiran. Jika hal itu terjadi akan berdampak buruk pada janinnya." Ucap dokter setelah memeriksa keadaan Aletta.
"Tapi dok, kenapa istri saya sering merasa sakit pada bagian perutnya?" Tanya Lio mengenai hal yang sering terjadi pada Aletta, dokter itu diam, lalu menatap Aletta yang menggelengkan kepalanya pelan.
"Itu hanya kontraksi biasa pak, tolong jaga istrinya, jangan lupa selalu mengingatkan nya untuk makan, dan minum vitamin yang sudah saya berikan, saya permisi." Pamit dokter itu lalu keluar dari ruangan Aletta.
Lio menatap wajah pucat istrinya, wanita yang selalu membuat Lio jatuh cinta, dan yang selalu mencintai Lio itu kembali mengeluarkan air mata. Saat Lio melihat air mata itu mengalir, hatinya ikut merasakan apa yang Aletta rasakan dan Lio tidak suka itu.
Perlahan Lio mengusap air mata itu, lalu mencium kedua mata Aletta.
"Kamu kenapa? Jangan mikirin macem-macem ya, gak ada yang perlu kamu pikirin, gak ada juga yang perlu kamu tangisin. Cukup kamu menjaga anak kita supaya dia sehat terus." Ucap Lio.
"Aku mau El" ucap Aletta.
"Ini rumah sakit sayang, El gak baik di bawa ke rumah sakit, dia masih kecil."
"Tapi aku mau El Lio." Ucap Aletta keras kepala.
Lio mengerti jika Aletta merindukan El, karena sejak semalam Aletta tidak bertemu El, akhirnya Lio mengalah dan menelpon Kevin, untuk membawa El ke rumah sakit tempat Aletta di rawat.
"Sekarang kamu istirahat ya, nanti kalo El udah nyampe aku bangunin kamu."
"Aku mau minum." Ucap Aletta yang langsung ditanggapi Lio dengan cepat, Aletta tersenyum karena melihat tingkah laku Lio yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Aku mau cubit kamu." Lio melongo mendengar apa yang baru saja Aletta katakan, sesaat kemudian wajah Lio sudah berubah menjadi cerah kembali, dan menuruti kemauan Aletta.
"Sssh." Ringis Lio saat Aletta mencubit perut Lio dengan jurus cubitan mautnya.
"Hahaha maaf sayang." Aletta tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Lio yang kesakitan, dan Lio ikut senang melihat ketawa Aletta yang begitu lepas.
Terus begini sayang_batin Lio.
"Kok aku jadi laper ya kak." Ucap Aletta memberi kode pada Lio.
"Mau apa?"
"Mmm, aku mau bakso."
"Oke." Lio langsung mengeluarkan ponselnya, dan meminta asistennya untuk membeli bakso terenak yang pernah ada.
Baru saja Lio ingin berbicara dengan Aletta sebentar, tapi ternyata Aletta sudah terlebih dahulu memejamkan matanya, Lio tertawa melihat wajah Aletta yang sedikit menggemuk pada bagian pipinya, dan itu membuat Lio gemas dengan wajah istrinya itu.
"Ayaaaah." Teriak El yang berada di gendongan Kevin.
"Halo sayang." Lio mengambil El dari gendongan kakaknya, ke gendongannya sendiri.
"Makasih kak, oh iya gimana kabar kak Vera sama Ravin." Ucap Lio menanyakan kabar kakak ipar dan juga keponakannya.
"Baik, gimana keadaan Aletta Yo?"
"Ya begitulah kak, perutnya sering sakit, tapi dokter bilang itu cuma kontraksi biasa doang. Aku takut terjadi sesuatu sama Aletta kak, aku khawatir."
Kevin terkekeh mendengar penjelasan adiknya itu, sekarang Kevin bisa melihat bahwa adiknya ini sudah menjadi ayah sekaligus suami yang bertanggung jawab. Kevin bangga melihat Lio yang sekarang.
"Kakak paham Yo, kamu harus yang sabar ya."
"Pasti kak."
"Kakak balik ya. Daaah."
Kevin pergi dan sekarang hanya ada Lio dan El saja, yang sedang menunggu makanan untuk makan siang.
"Yah, kok bunda bobo mulu sih."
"Bunda lagi sakit sayang, sebentar lagi El bakal punya adik, jadi El harus nurut sama bunda dan ayah, El juga gak boleh nakal lagi ya sayang."
"Holeeee El punya adik bayi." El bertepuk tangan dengan gembira, saat mengetahui dia akan segera punya adik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Leaving (SELESAI)
RomanceGadis yang berdiri di depan pintu rooftop itu diam membeku, dia tau suara itu, bahkan sangat tau, tapi kenapa kenyataan ini sangat menyayat hatinya? Laki-laki yang dicintainya ternyata mencintai sahabatnya, setitik air jatuh di pipinya, niat hati in...