Part 45

153K 3.6K 46
                                    

El tertidur pulas di kamarnya, mata bocah itu bengkak akibat banyak menangis, El rindu bundanya yang dulu, yang selalu ada untuk El dan akan melakukan apapun untuk El, bahkan dulu bundanya tidak pernah meninggalkan El sekejap saja.

Sejak siang tadi El demam, dan bi Sur khawatir dengan keadaan El yang menangis dalam tidurnya, kadang El juga menyebut nama bundanya lalu menangis lagi, bi Sur bingung karena pasti Lio sedang sibuk mengurus Aletta di rumah sakit.

Bi Sur tidak pernah beranjak dari kamar El, karena bi Sur tidak tega melihat keadaan El saat ini yang mulai menggigil, El menangis lagi sambil memukuli dadanya dengan keras.

"Aden! Aden kenapa." Panik bi Sur saat melihat tubuh El kejang-kejang, mau tidak mau bi Sur membawa El ke rumah sakit.

~~~

"Ibu dan janinnya tidak apa-apa, tapi tolong anda harus lebih menjaga istri anda dengan baik, karena kandungannya masih sedikit lemah." Jelas dokter.

"Terimakasih dok."

Lio keluar dari ruangan dokter itu lalu pergi menuju tempat Aletta berada, Aletta sudah sadar setelah beberapa menit sampai di rumah sakit, dan itu membuat Lio lega.

Ditengah jalan, Lio melihat bi Sur yang sedang berlari kearahnya dengan wajah khawatir, Lio bingung apa yang dilakukan bi Sur disini, seharusnya bi Sur di rumah menjaga El.

"Tuan!" Seru bi Sur.

"Loh kok bibi di sini? El di rumah siapa yang jagain?"

"Anu tuan, den El kejang-kejang jadi.."

"Dimana El!"

"Di ruang ICU tuan."

Lio berlari menuju ruang ICU, Lio berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada El, dulu saat El masih menderita sakit jantung juga sering kejang-kejang, dan sekarang Lio tidak ingin itu terjadi lagi.

Lio sadar beberapa hari ini Aletta dan Lio kurang memperhatikan El, Lio sibuk bekerja karena memang sedang ada masalah di kantornya, dan Aletta tidak mungkin terus mengurus El dengan perut yang mulai membesar dan kandungan yang lemah.

Rasanya sangat lama sekali berlari menuju ruang ICU, membuat Lio kesal, saat sampai di tujuan Lio melihat dokter yang keluar dari ruang ICU itu.

"Dok gimana anak saya?!" Panik Lio.

"Anda orang tuanya?"

"Iya dok."

"Maaf pak, anak bapak belum sadar sejak tadi, jadi kita tunggu proses selanjutnya untuk melakukan tindakan."

"Tindakan? Maksud dokter apa?"

"Sepertinya jantung anak anda melemah pak, apa anak anda pernah ada masalah dengan jantungnya?"

Ini yang tidak ingin Lio inginkan, sungguh Lio tidak ingin ini terjadi lagi, cukup dulu saja Lio hampir kehilangan El, Lio merasa menjadi ayah yang paling buruk, ayah yang tidak becus menjaga putra satu-satunya itu.

"Iya dok."

"Mari bicara diruangan saya saja pak" ujar sang dokter, Lio berjalan mengikuti dokter itu menuju ruangannya, apa lagi ini? Lio sungguh merasa gila dengan masalah yang menghampirinya secara bersamaan ini.

~~~

"Sayaaaaang." Teriak Vera dari dalam kamarnya.

"Apa sih, jangan teriak-teriak dong." Kevin berlari memasuki kamar, dan melihat Vera yang sedang menangis sambil menatap ponselnya.

"Loh kamu kenapa?!" Panik Kevin, sedangkan Vera langsung memeluk Kevin dengan erat masih dengan isakannya.

"Tadi Lio kirim pesan, katanya Aletta masuk rumah sakit, terus jantung El melemah lagi."

"Astaga." Kevin tidak menyangka dengan apa yang terjadi dalam keluarga adiknya itu.

"Ya udah nanti kita jenguk mereka ya, sekarang kamu tidur lagi aja kamu kan masih kurang enak badan." Ucap Kevin.

"Aku mau kasih Ravin ASI dulu." Vera memangku Ravin lalu menyusuinya, Kevin kasihan melihat Vera yang kurang enak badan, ditambah lagi keluarga Lio yang terkena musibah.

"Gimana kalo aku aja yang kesana, kamu di rumah aja ya sama Ravin." Ujar Kevin.

"Aku mau liat Aletta sayang, pasti dia sedih banget."

"Ya udah terserah kamu, aku ke bawah dulu ya nanti kalo udah siap tinggal panggil aja."

"Iya."

Vera menatap wajah Ravin dengan senyuman, putranya ini sangat tampan seperti ayahnya, membuat Vera semakin jatuh cinta pada ayah dan anak itu.

"Sekarang kita ganti baju ya sayang, buat jenguk kakak El sama Tante Aletta."

Sedangkan di rumah sakit Aletta sedang menangis, setelah mengetahui El masuk rumah sakit, ini memang salahnya Karena tidak memperhatikan El beberapa hari ini, sungguh Aletta tidak bermaksud untuk melupakan El.

"Maafin bunda sayang." Isak Aletta dipelukan Lio.

"Udah kamu jangan nangis sayang, kasian dede bayinya nanti ikut nangis, sekarang kita berdoa untuk kesembuhan El ya." Lio coba menenangkan Aletta agar tidak drop lagi.

"Ini salah aku kak, selama ini aku gak merhatiin El, aku terlalu sibuk mikirin calon anak kita.”

"Itu gak salah sayang, kamu kan udah berusaha menjaga El."

"Kamu gak tau kak! El terlalu peka, dia paling gak suka kalo gak diperhatiin."

Lio langsung diam, Lio memang belum tahu betul sifat putranya itu, apa ini akibat Lio yang kurang dekat dengan El?

"Maaf ya, aku belum tau betul sifat El, mungkin aku belum bisa menjadi ayah yang baik buat El." Ucap Lio.

"Jangan ngomong kayak gitu." Aletta memeluk Lio dengan erat, mungkin ini adalah cobaan yang harus Aletta terima dan jalani, jika sudah seperti ini Aletta akan pasrah dan menunggu apa akhir dari semua ini.

Dan yang Aletta yakini El pasti hanya kelelahan, bukan karena jantungnya, Aletta sudah memastikan kalau El sudah sembuh total dari penyakit jantungnya.

"Sekarang kamu istirahat ya, sebentar lagi pasti kak Vera sama kak Kevin dateng, kasian dede bayinya capek."

"Kalo El udah sadar, kamu bangunin aku ya." Ucap Aletta.

"Iya sayang." Lio mengecup kening Aletta lalu menemani Aletta sampai tertidur pulas, setelah Aletta tidur Lio pergi menuju ruangan El, dan Lio masih melihat El yang belum sadarkan diri.

***

I'm Leaving (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang