Haba
Lagi-lagi aku harus bertaruh dengan alam, cuaca malam begitu dingin sampai ke tulangku yang terdalam membuatku merenggut tubuhku dengan ke dua tanganku elus secara bersilang dilenganku.
Sudah derita yang harus ku emban aktivis organisasi buatku harus berkorban demi kelangsungan komunikasi.Disebrang jalan ada seorang gadis berteriak tak mau ikut dengan pria itu, yang ku yakini mereka seumuran. Makinku perhatikan pria tampak begitu maduk. Hingga satu kalimat yang ku dengar menyayat hati. Laki-itu menginginkan tubuh gadis itu,gadis itu jelas memberontak tak mau.
Aku tak sanggup lagi tuk menahan tak membantu gadis itu segeraku hampiri mereka ku cari sesuatu yang bisa ku jadikan senjata pertahanan diriku. Dan untungnya aku menemukan balok kayu panjang, langsung saja aku menghampiri mereka.
Niat mau memukul pria itu terhenti, tiba-tiba pria itu lari sejadi-jadinya. Entah mengapa...
Ku perhatikan tubuhku dari bawah sampai atas tak ada apa-apa hingga ku menoleh kebelakangpun juga tak ada sesuatu yang menakutkan.
Lalu apa yang membuat pria itu berlari begitu terdesaknya?
Aku berusaha memikir ulang apa yang terjadi sebenarnya.Sesaat aku berpikir, aku mengingat sesuatu kalau aku memakai pakaian serba hitam serta niqabku di tambah lagi malam yang begitu gelap dengan minimnya sinaran lampu.
"Dasar...kenapa aku tak berpikir sejauh itu?" Gumanku.Karna terlalu lama memikir aku teringat gadis malang tadi. Aku menghampiri gadis itu yang terjatuh sebab di dorong pria biadab itu.
Aku sulit tuk memastikan wajah gadis itu karna tertutup untaian rambut panjang sebahunya.Saatku pinggirkan rambutnya ternyata itu adik iparku siapa lagi kalau bukan syasa.
"Syasa..." ujarku lirih.
Dia mendongak kepalanya padaku, lalu dengan sigap ia memhambur kepelukanku.
Lalu syasa menangis sejadi-jadinya di dekapanku.
"Kak.....kak" tangisnya pecah membuatku turut menangis juga.
"Kok bisa kamu ada di sini..sya ini udah malam" tegurku....
"Maaf kak, syasa yang...sa..lah" tangisnya tersedu-sedu.
"Tapi ia mau apain kamu?" Tanyaku lagi.
"Ia .... mau mem...perko..sa sya kak"ia semakin menunduk.
"Apa?!!"
"Kakak...jangan marah...kakak...sya..syasa tau...sya salah kak" tangisnya menjadi.
"Kamu ngapain disini sya?" Tanyaku sedikit membentak.
"Tadi syasa pergi ke club kak bareng dia trus dia maksa syasa lakuin itu kak".
Aku semakin emosi ku ubah posisiku yang sedari tadi memeluknya lalu ku cengkram bahunya lumayan erat. Melihatku bersikap demikian ia makin menagis.
"Siapa dia sya?!!" Tegasku.
"Dia..dia pacar syasa kak" jawabnya sambil menunduk.
"Apa? ...udah sekarang kita pulang!" Perintahku menarik tangannya agar berdiri.
Namun ia menarik tanganku lalu mengeleng tak mau.
"Ayo sya kita pulang ke rumah sekarang!" Sergahku masih menunjukan sisi lembutku.
Dia mengeleng sejadi-jadinya menolak ajakanku tuk pulang.
"Kenapa haah?"
"Syasa takut mama marah kak" dia makin menunduk lebih dari sebelumnya.
"Trus mau kemana?!"
"Kita kerumah kakak aja" cicitnya.
"Ya udah kakak telpon pak yanto dulu".Sebelum aku menemukan syasa yang tersiksa aku sudah lebih dulu menelpon pak yanto untuk menjemput karna hari semakin malam tepatnya jam delapan.
Butuh waktu 10 menit menunggu pak yanto akhirnya datang pak yanto langsung memberhentikan mobil.
"Pak kok lama banget pak saya udah munggu dari tadi pak ini udah jam 9 malam pak satu jam saya nunggu pak" tegurku tetap mode tenang.
"Saya betul minta maaf non tapi ban mobil bocor non jadi saya tambal dulu trus mau ngabarin non baterai hp saya habis non baru disana saya numpang isi baterai hp non" belanya.
"Ya udah cepetan pak sampe kerumah kasihan adik saya kedinginan" titahku.
"Eh iya non... maaf sebelumnya non perasaan non teh anak bontot non" tanyanya.
"Ini adiknya kak arzan pak" jawabku.
"Ohh begitu non".
Mobil melaju membelah jalanan raya aku masih saja memeluk syasa yang kurasa badannya begitu bergetar.Sampai di rumah ku panggil bi minah tuk buatkan teh hangat lalu aku bawa syasa ke kamar tamu di lantai bawah.
Suara ketukan pintu menyadarkanku bi minah mengantarkan secangkir teh hangat.
" ini non"ujar bi minah memberikan padaku.
"Siapa ini non kok baru lihat saya" tanyanya.
"Adiknya kak arzan bi" jawabku.
"Lah dalah adik pak arzan toh yang bentak-bentak enon waktu di mall" kagetnya mengetahui kalau itu syasa aku hanya membalas lewat senyum kecutku.
"Lah trus..kok kenapa adik pak arzan pucat gitu non?" Tanyanya lagi.
"Ngga papa kok bi kecapean aja kok... ya udah bibi ke belakang aja ya biar adik saya.. saya yang ngurus"
"Ya non..bibi permisi"
"Makasih bi".
"Sama-sama non"
KAMU SEDANG MEMBACA
haruskah dia jodohku? (END)
Romance"sepertinya dia bagus, tuk jadi penganti wanita jalangku yang telah kubuang" senyum yang begitu menakutkan saat ia melihat wanita berniqab duduk di restorannya... ARZAN ALVARO "siapa yang akan mengira, jikalau aku akan dinikahkan dengan orang yang t...