BAB 7

5.2K 190 2
                                    

Memasak memang sudah kebiasaanku, ibu selalu bilang biar suami trus rindu rumah maka yang harus di lakukan istri mengikat perutnya. Agar dia tak lagi makan diluar namun makan istrinya lah yang slalu buat rindu tuk pulang.

Mengingat nasehat dari ibu membuatnya begitu semangat.
Tuk melayani suaminya sebaik-baik mungkin.

Ia tengah membuat sup buntut di temani bi minah.

Awalnya bi minah bilang kalau ia saja yang masak sedangkan haba di suruh berdiam diri. Jelas haba menolak, haba yang sifatnya tak bisa diamlah yang menjadi alasannya tuk menolak.
"Bi segala yang berhubungan dengan suami saya biar saya saja... di luar itu bibi lah yang ambil andil dan tentunya saya yang akan bantu bibi".
" tapi non, saya disini berkerja non"
Tolak bi minah.
"Itu lah pekerjaan bibi membantu saya bukan mengerjakan seluruhnya satu lagi bi.. inilah resiko saya sudah menikah prioritas hanya suami dan anak nantinya... jadi bibi ngga perlu khawatir" terangku.

Cukup waktu kurang dari satu jam sup buntut kini telah siap di santap.
Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Berarti sebentar lagi akan adzan. Dan biasanya kak arzan akan samapai rumah.

Haba sudah menelpon arzan sedari tadi tapi sayangnya tak dijawab oleh laki-laki itu. Dan akhirnya ia mengirim pesan pada arzan.

Dari : haba

Assalamualaikum kak, ini nomor haba.
Kak pulang jam berapa?
Haba tunggu kak arzan dirumah,
Haba udah masak sup buntut kesukaan kakak..

Jam menunjukkan pukul 9 malam arzan tak kunjung pulang kerumah. Sedari tapi bi minah berbalik bertanya padanya dan menyuruhnya tuk istirahat di kamar namun haba tetap kekeh dengan pendiriannya dia ingin menunggu arzan pulang kantor.
Sesekali haba menguap matanya terasa perih sudah waktunya untuk tidur namun ia tak boleh tidur sebab bagaimana pun dia harus menunggu arzan pulang, begitu banyak luka perih membuatnya ia tak ingin sia-sia.

Arzan

Gila....dasar pegawai tak berguna dia mengambil uang perusahaan enak jidatnya. Padahal aku sudah mati-matian menyelesaikan proyek ini. Namun pegawainya mengambil dana untuk proyek dengan mudahnya.

Aku yang mendengar hal itu, dari mulut troy sekretarisku. Ia memberi laporan bawah ada salah satu pegawai melakukan pengelapan dana dengan nilai fantastic.
Dan alhasil proyek itu terputus sebab suntikan dana sudah di telah.
Aku tau walaupun itu tak akan membuat perusahaan akan bangkrut tapi kepercayaan papa akan roboh hingga dia tak akan lagi jadi CEO.

Emosiku sudah di ubun-ubun. Ku hempas semua yang ada...hancur tak tersisa...akhhhh apa ini?
Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu ternyata stafku mengatakan bahwa ia telah kabur beserta anak-anak. Aku rasa tak ada umpat yang ingin di makan ikan. Aku tonjok staf ku itu. Ia terkeletak di lantai. Saat aku ingin menginjak dadanya. Pria itu bersuara.
"Maaf pak..., kami akan menemukannya dan meminta taggung jawab darinya tapi perlu dana tuk menca-" ucap pria itu lirih langsung terpotong.
"Apa??? Kau tau sama saja kau dengan pria korup itu cepat cari dia atau kau yang akan mati ditanganku... cepat" teriakku mengelegar di seluruh ruang.
Pria itu langsung pergi menjalankan tugasnya. Aku tergelentang di lantai rasa beban berat berada di pundakku tanggung jawab harus ku pikul apa yang harus aku katakan pada papa..
Aku panggil troy masuk ke ruangku
Dia datang tepat waktu.
"Kau urus semua kekacauan yang ada dan pastikan uangku kembali seluruhnya dalam kurung waktu 24 jam" tegasku.
"Baik tuan". Ucapnya hormat.
"Ingat kalau saja kau tak berhasil siap-siap dirimu yang akan jadi korban" ancamku padanya.
"Baik tuan saya akan menjalankan pekerjaan saya dengan baik" ucapnya mantap.

Ku parkirkan mobil di bagasi rumah. Aku masuk kedalam rumah tak ada seorangpun didalam ku naik ke atas masuk ke kamar kulihat tak ada gadis kecil itu. Aku lihat lagi ke kamar mandi dia juga tidak ada..kemana dia haa...
"Heee ninja kemana kamu... sudah jam berapa ini haa kau belum juga pulang dasar wanita tak tau di untung dimana kamu" teriakku mengelegar di rumah.
Aku turun ke bawah lalu tak kenapa aku arahkan badanku ke ruang makan samar-samar ku lihat sesorang tengah tertidur di kursi di hadapannya ada makanan, pasti sudah dingin.
Ia sedang terlelap di kursi. Aku langkah kaki ku kesana lalu ku goyang badannya hingga dia terbangun..dia terkesiap melihatku sudah datang awalnya dia senang namun melihatku dia mulai takut melihat ekspresinya seakan-akan ngeri denganku ku dorong keras badannya jatuh ke lantai ku dengar suara meringisnya.
"Apa yang kau kerjakan disini haaa" teriakku padanya.
"Aku menunggu mu kak" matanya mulai memanas hingga buliran air mata segar itu jatuh membasahi wajahnya.
"Lalu kenapa kau tak menyambutku saat aku datang haa" teriakku mengurat.
"A..ku...maaf aku tertidur" ucap sesekali isakkan itu lolos dari mulutnya.
"Apa...kau bilang tertidur?!" Bentahku sembari membanting kursi. Terdengar suara teriaknya begitu nyaring dengan menutup telinganya. Ia tambah menangis dengan sikapku.
"Kau dengar baik-baiknya aku menikahimu bukan tuk bersenang-senang tak lebih menjadi babu" bentakku lagi selagi menarik jilbabnya hingga wajahnya mendongak ke atas lalu ku hempas ke lantai.
Dia berteriak sejadi-jadinya dengan air mata tak berhenti-hentinya jatuh ke pipinya.
aku tak peduli yang penting ia tersiksa.

haruskah dia  jodohku? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang