MY 134340 /PLUTO/ | LEE MINHOO [END]

18. MASA KECIL 🗓️

2005

Kamu sedang berjalan dengan ayahmu, ayah seungri di musim panas ini. Patbingsu sangat cocok untuk cuaca ini. Raut wajah bahagia terpancar jelas, kala itu.

"yah, mau ke taman bermain" rengekmu.

"okey sayang, tapi kita makan dulu ya?"

"siap kapten!"

Ayah mencium jidatmu dan menggandengmu berjalan ke arah kedai mie dingin daerah myeongdong.

"yah, kemarin kak hwall beli mainan baru"

"aaaaa" ayah nyuapin kamu mie.

"tamagotchi yah, keren" tanganmu mengacungkan jempol.

"kimi mau?" iya, kimi adalah nama kecilmu.

"ayah beliin kimi ya?"

"asalkan kimi sudah bisa baca tulis ayah pasti belikan" ayah mengusap kepalamu.

"yes!"

Selesai makan tibalah kamu dan ayah di taman bermain kota. Kamu asik lari-larian, main ayunan, perosotan dan banyak lagi. Namun, saat kamu asik bermain ternyata ayah bertemu dengan sahabatnya.

"Lee seung gi?"

"seungri—ya, kabarmu baik kan?" lelaki tinggi yang gagah itu memeluk ayah.

"baik, mana lee junior?"

"hmmm gak usah ditanya tuh lagi main"

.
.
.

Gadis kecil berusia 4 tahun itu sedang duduk di ayunan. Iya itu kamu. Kakimu tak sampai tanah, jadi kamu hanya bisa duduk di ayunan tak sampai mengayunnya. Namun seorang lelaki kecil itu tiba-tiba tersenyum padamu. Senyumnya merekah seperti bunga lily putih.

"hai adek kecil" sapanya.

"hai kakak"

"itu ayahku" ucapnya sembari menunjuk seseorang yang duduk disamping ayahmu.

Kamu tersenyum.

"mau main? Aku dorong ya"

Kamu mengangguk.

"Waaaaaaaaaaa lagi kak" teriakmu ketika ayunan mulai tinggi.

"pegangan yaaa!" serunya.

"Wooooaaaaaaaa" ayunan semakin tinggi.

"AAAAAAAAAAAAAA!"

BRUKKKKK!

Kamu jatuh tersungkur ditanah.

"sakit huwaaaaaa ayah!" kamu menangis sejadi-jadinya.

"maaf ya dek, haaaaaaa—"

"sakit kak huaaaaaaa"

"AYAH! AYAHHHHHH CEPAT KESINI!" teriak anak laki-laki itu kerika melihat darah yang mengalir dijidatmu. Kepalamu bocor.

Ayahmu dengan cepat menggendongmu dan diantar oleh sahabatnya ke rumah sakit terdekat. Sampai akhirnya kamu cepat mendapat penanganan. Namun lain halnya anak laki-laki itu. Ia terus menangis dan merasa bersalah padamu. Bahkan ia tak berani menemuimu.

"yuk min, anak ayah harus gentle" ayah anak laki-laki itu meraih tangan anaknya.

"a—aku ta—kut yah"

"gakpapa ada ayah"

Akhirnya mereka menemuimu. Kamu mulai membuka mata dan memeluk ayahmu.

"kimi? Ada yang mau ketemu nih sayang" ucap ayah.