G2

203 10 0
                                    

Aku kembali merindukan mu Galaxy, pagi ini hujan dan embun-embun menempel pada dedaunan di tanaman rumah ku. Ibu suka menanam tumbuh-tumbuhan, apalagi bunga. Kamu tau itu kan? Hampir seluruh pekarangan rumah ku terisi bunga-bunga yang merekah indah. Sangat indah bila tiba-tiba terlintas bayangan mu.

Ibu mengetuk pintu kamar, mungkin juga bukan ibu. Tapi Aldo, abang ku.

" Deee... Ini abang? " teriak nya.

" Oh iya bang, bentar tunggu aku di depan ya, aku udah siap kok. " aku bangkit dari tempat tidur, menyimpan bingkai foto yang terdapat foto aku dan kamu disana.

" Aku berangkat dulu ya, Ga. " ucap ku pelan.

Tidak, itu tidak gila, itu adalah kebiasaan ku.

" Bu, aku berangkat dulu ya. "

" Hati-hati, bilang Aldo jangan ngebut.. "

  Aku hanya tersenyum tipis, percuma bang Aldo di bilangin. Toh, nanti nya dia akan membuat adik perempuannya ini terbang sampai ke langit ke tujuh. Dan bener aja, bukan bang Aldo kalo enggak bikin aku jantungan.

" Siap-siap ya de.. " ucap abang semangat.

" Mulai lagi bang? "

" Iya. "

" Ya sudah.. " aku mengeratkan pegangan, tawa abang meledak, rasanya sama seperti dulu abang ngebut naik sepeda di gang komplek rumah lama. Tapi beda nya ini pakai motor.

  Abang menambah kan kecepatan, beruntung nya abang memiliki skill dalam urusan salip-menyalip kendaraan lain. Lebih anugerah nya lagi, kamu berdua selalu selamat.

Anugerah.

" Enggak takut kan de? "

" Tidak, terusin bang. Aleta seneng. "

" Kamu jangan sedih terus, Galaxy pasti bakal cepat hubungin kamu kok. Galaxy pasti sayang sama kamu, Ta. Percayakan sama abang? " aku mengangguk.

Tapi lebih tepat nya aku lebih percaya pada waktu semesta yang iya atau tidak akan mempertemukan aku dengan diri mu.

Nyali Abang mengantarkan kami tepat waktu di sekolah, malah dalam kurun waktu 10 menit. Masih banyak waktu yang dapat di habiskan sebelum bel berbunyi. Kebetulan sekolah abang Aldo dan aku sama. Kami juga satu jurusan. Abang Aldo kelas 12 IPA 1, aku kelas 10 IPA 2. Mungkin aku pintar soal pelajaran, tapi bodoh jika di perhadapkan dengan persoalan merindukan Galaxy.

" Eh, taaa.. Bengong aja. " ucap Rahma membuyarkan lamunan ku.

" Eh-- Rahma, enggak kok. Cuma sedang berfikir saja. "

" Memikirkan apa? Galaxy? Masih saja di fikirkan. "

" Memang nya kenapa? Tidak boleh? " ucap ku sedikit kesal.

" Bukan nya begitu. Tapi dia tidak ada kabar, tidak mengirim pesan untuk mu juga kan? "

Aku hanya mengangguk, Rahma benar.

" Tapi mengapa tidak di coba untuk mengabari duluan, siapa tau di balas? " mata ku membulat, kenapa tidak pernah kefikiran buat hubungin duluan ya?

" Betul juga.. " segera aku meraih ponsel, mengetikkan beberapa huruf yang menjadi sebuah nama nya.

Aku mencoba menelfon nya, lewat ponsel yang dulu sering ku pakai untuk menghubungi nya. Berdering, tapi aku tidak yakin kamu akan mengangkat nya.

Tersambung, lalu terdengar suara mu, " Hallo, Aleta? "

Kaki ku terhentak-hentak, sangat senang. Benar-benar senang karena kamu masih mengingat ku. Kali ini bukan Anugerah kan?

" Aleta? " masih terdengar suara mu.

GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang