G7

77 8 0
                                    

  Pagi ini Caca menunggu di depan gerbang sekolah, menghalau laju Galaxy dan Aleta yang menatap nya dingin. Galaxy tak peduli, dan Aleta juga hanya bisa diam tak berkutik sedikit pun.

" Woyyyyy, lo mau mejeng di depan gerbang ?!!!! " teriak salah satu murid dari belakang, Galaxy menoleh mengangkat dagu nya menunjuk ke arah Caca.

Caca pun menepi, usaha nya lagi-lagi gagal.

Galaxy menarik tangan Aleta, langkah kaki Caca masih terus mengikuti, teriakan nya semakin kencang.

Galaxy menoleh, " Berisik. "

" Tapi gua mau minta maaf, Ga. " ucap Caca lirih.

" Basi. " kata Galaxy penuh emosi.

Aleta tidak mau angkat bicara, itu urusan Galaxy dengan Caca.

" Maafin gua, ga. " kali ini Caca benar-benar menangis.

" SEORANG PEMBUNUH ITU TETAP PEMBUNUH, MAU DIA ADIK ATAU KAKA NYA. ITU TETAP PEMBUNUH !! "

Hati Aleta bergetar, baru kali ini ia melihat sosok Galaxy marah di hadapan nya. Kaget? Tentu. Satu-satu nya pria selain Ayah yang enggak pernah bentak Aleta itu ya, Galaxy.

Nafas Galaxy semakin menggebu-gebu, tangan kiri nya meremas dada bagian kiri nya. Nafas nya terasa sesak. Aleta segera membawa Galaxy ke ruang uks, memohon pada Caca untuk berhenti mengikuti nya. Lalu kemudian Caca berhenti, pergi dan meninggalkan Galaxy dan Aleta berdua menuju ruang uks.

" Coba hirup dulu nih.. " kata Aleta sambil memberikan tabung oksigen.

Galaxy melepaskan tabung oksigen tersebut, menyandarkan tubuh nya secara kasar, " Kenapa sih dia masih aja gangguin hidup gua? "

" Jangan marah- marah dulu. "

" Tapi taaa..... " Aleta menggeleng-gelengkan kepala nya, tidak mengizinkan Galaxy melampaui batas emosi nya. Kalo di langgar bisa-bisa asma Galaxy makin parah.

Aleta membetulkan bantal yang ada di bawah kepala Galaxy, membiarkan Galaxy beristirahat dulu. Sedangkan diri nya menunggu di samping Galaxy.

Tok tok tok.....

Aleta menyingkap hordeng uks, melihat wajah Caca yang menunggu pintu uks di buka. Aleta buru-buru keluar, tidak ingin membangunkan Galaxy jika terbangun hanya karna kedatangan Caca.

" Aleta, lo pasti udah tau semua cerita nya dari Galaxy kan? " ucapnya lemah.

" Ya. "

" Tolong maafin gua, ta, bilang ke Galaxy itu bukan salah gua. Itu semua salah ka Adel karna ajak dia ketemuan malem-malem. Tapi kenapa Galaxy jadi benci sama gua? " cerca Caca sambil menghapus tangisan nya.

Aleta meletakkan tangan nya di pundak Caca, mengelus pelan sambil mencoba memberikan ketenangan. " Semua luka butuh proses buat sembuh, Ca. Luka itu terlalu dalam buat Galaxy. Galaxy belum bisa maafin diri nya sendiri. Aku janji suatu saat nanti dia bakal terima perminta maafan kamu kok. "

Caca tersenyum getir, setidak nya Aleta masih baik mau mendengarkan isi hati nya. Caca memutuskan pergi dari depan ruangan itu.

" Galaxy beruntung ya, punya pacar kayak Aleta. " gumam Caca bahagia melihat betapa tulus nya Aleta menyayangi Galaxy, wanita sebaik apa lagi yang mau bantuin Caca buat nebus kesalahan nya sama Galaxy. Hanya Aleta saja.

  Aleta terus menunggu, sibuk menunggu Galaxy di ruang uks. Berulang kali juga ia harus menghela nafas, sampai kapan hati Galaxy terbuka untuk mendengar permintaan maaf dari Caca.

" Aletaa... " panggil pelan Galaxy dari dalam.

Aleta kembali melepas sepatu nya, memasuki ruangan itu. " Kenapa, ga? Udah mendingan? " Galaxy mengangguk, ia mengambil segelas air lalu menyeruput nya cepat.

" Balik ke kelas yuk. " Aleta menahan tangan nya, diam sambil memikirkan beberapa kata yang akan dia ucapkan.

" Janji jangan emosi atau tiba-tiba unmood karena liat caca ya, Ga? " pinta Aleta.

Galaxy mengerti, ia menganggukkan kepala nya. Kedua nya mengunci ruang uks, mengembalikan kunci pada petugas uks tadi.

" Makasih ya ka, " ucap Aleta sambil menyerahkan kunci.

" Sama-sama. "

Kedua nya kembali berjalan, melangkah ke dalam kelas dan mengintip ada guru apa yang sedang mengisi pelajaran nya di kelas.

" Ya Tuhan, ga, itu pak Budi. " Aleta menepuk jidad nya kasar.

Pak budi guru matematika ter killer yang pernah ada, enggak ada sama sekali toleransi di mata nya buat kata telat, entah itu tugas atau masuk ke jam pelajaran nya. Mau telat karena habis ke toilet atau pun uks. Hmm..

" Emang nya kenapa? " tanya Galaxy masih tak mengerti.

Galaxy melangkah berani, tidak mendengarkan kata-kata Aleta yang masih berada di depan pintu. Semua yang berada di dalam kelas menaruh tatap pada Galaxy, menyaksikan tiap-tiap menit kemurkaan pak Budi di kelas mereka.

" Pakk.. " sapa Galaxy tersenyum tipis sambil menganggukkan kepala.

Pak budi diam, masih menatap Galaxy.

" Saya Galaxy pa, murid baru di Sma ini. Tadi saya habis ambil tabung oksigen sama Aleta, jadi pas tadi saya asma, Aleta yang obatin. " jelas Galaxy panjang lebar dan Pak budi masih menyimak nya dengan baik.

" Ya sudah suruh Aleta nya masuk. " jelas pak Budi cepat.

Semua anak melongo tak percaya, gimana caranya bisa bikin pak Budi luluh?

" Ta, sini... " tangan Galaxy menuntun Aleta untuk memasuki kelas.

" Pak.. " Aleta tersenyum kikuk.

Aleta menatap Galaxy bingung, sihir apa yang digunakan dia. Benar-benar gila.

Dahi Galaxy berkerut, kembali menatap Aleta aneh," Kenapa  ta? "
Aleta masih diam, tidak mendengar pertanyaan Galaxy.

" Eh,enggak kok. "

  Aleta hanya tersenyum kecil, tak mengerti beberapa cara ajaib yang Galaxy gunakan di hidup nya. Semua tangis yang ia sulap menjadi bahagia, rindu yang selalu ia bayar dengan kasih sayang, amarah yang ia luluhkan dengan mudah. Semoga untuk selama nya.

Aleta hanya beruntung memiliki Galaxy, tidak peduli seberapa banyak nya rintangan yang menunggu. Aleta yang begitu menyayangi Galaxy, dan Galaxy yang sangat mencintai Aleta. Semoga semesta cukup berbaik hati untuk menyatukan dan tetap menjaga agar tetap satu.

" Makasih ya, ga. " ucap pelan Aleta sambil mencatat materi baru.

" Makasih untuk? "

" Tetap menjadi Galaxy yang selalu siap melindungi Aleta di dalam nya. "

  Galaxy tersenyum tipis, hanya menganggukkan kepala nya mengiyakan semua kata-kata Aleta dan membiarkan nya kembali berfokus pada pelajaran.

GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang