G8

91 7 0
                                    

Hari ini Galaxy mengajakku
menjelajah kota jakarta. Kata nya bosan di california lihat jalanan lancar mulu, sekali-kali dia pengen rasain macet nya jakarta lagi. Dasar Galaxy yang aneh.

" Kamu udah pernah ke kedai kopi belum? " mata ku beralih pada bacaan poster bernamakan kedai itu.

Kepala ku menggeleng pelan, ku anggap Galaxy cukup mengetahui apa maksudku. Lalu tangannya menuntun ku untuk memasuki kedai itu, dari kasir seorang pelayan tersenyum hangat pada kami.

" Kopi hitam dua, satu pakai gula yang satu tidak. " pelayan itu mencatat dengan cepat apa yang Galaxy ucapkan dan segera memberikan pada teman nya apa yang menjadi pesanan kami.

" Duduk disini.. " Galaxy menunjuk dua bangku yang saling berhadapan, aku mengangguk kecil.

" Duduk yang manis, Aleta. " kata nya lagi.

" Aku yang manis atau cara duduk ku yang manis? " tanya ku berusaha memastikan.

" Emmm.. Apa yaa?? " Galaxy pura-pura berfikir, lalu menunjuk anak kecil yang berada di luar kedai sambil di tuntun oleh ibu nya.

" Manisan ituu!!! "
" Kok dia manis, aku enggak? " ucapku merajuk.
" Soalnya sebelum jadi manis kaya sekarang, semua orang manis dulu di masa kecil nya, Ta. "
" Hm. " ucap ku singkat.
" Marah? " tanya Galaxy pelan.
" Mana pernah bisa marah. " Galaxy tertawa kecil, menertawakan kelemahan ku yang selalu tidak bisa marah pada dirinya.

Pesanan kopi sudah sampai, Galaxy bercerita tentang hari-hari nya lagi di California. Semenjak waktu dia pulang, ternyata masih banyak cerita yang belum usai dia ucapkan.

" Kalo di sana, enggak ada yang mirip sama kamu, Ta. "

" Loh, emang nya kenapa? " tanya ku heran.

" Soalnya kamu doang yang kuat di tinggal lama, " Galaxy meraih tangan mungil Aleta, " Kalo orang barat di tinggal sama kekasih nya bakal cari pacar lagi, Ta. "

" Kan aku orang Indonesia, bukan Barat. "

" Makanya kamu beda, orang Indonesia selain sering patah hati, merindu tanpa di balas. Banyak juga yang punya hati setia. Cuma sering di tinggal aja. Kayak kamu dulu contoh nya. " Aku mengerucutkan bibir, sama sekali tidak menyukai ucapan di kalimat terakhir yang Galaxy bilang.

Untung aku sayang kamu.

" Mass.. " Galaxy melambaikan tangan nya ke arah pelayan, mengeluarkan selembaran uang biru dan mengajakku keluar dari kedai itu.

" Mau kemana? " mata ku memicing, " Memang nya kamu masih belum cape? Dari pagi sampai siang-siang begini keliling Jakarta? " kata ku berusaha meyakinkan tawaran gila Galaxy.

" Kan naik mobil aleta, tidak cape. "

" Tapi kan kamu nyetir, emang nya enggak pegal? " keluh Aleta semakin panik.

" Selama di samping penyetir itu ada Aleta, semua orang tidak akan pernah lelah untuk menjelajah dunia, Aleta. " Aleta tersenyum simpul. Mungkin Galaxy bukan pria yang pintar gombal, tapi Galaxy adalah orang yang pandai membuat Aleta dan penulis cerita senang memikirkan nya.

Tidak tau apa yang ada didalam fikiran Galaxy, dan tidak ada yang tau seberapa bahagia nya Aleta itu. Sepanjang perjalanan bersama Galaxy, senyum terus mengembang.

Galaxy adalah orang ketiga setelah ibu dan ayah, yang membuat dirinya merasa penting.

" Ayok? " Galaxy mengulurkan tangan nya, dengan cepat Aleta bangkit dan mengikuti jalan Galaxy.

" Ini kita ke toko buku ngapain? " sebenarnya tangan Aleta sudah tidak sabar untuk mengambil beberapa buku, tapi ia harus menahan nya.

" Mau beli buku. " kata Galaxy cepat.
Aleta terkekeh pelan, " Beli buku buat siapa? "
Galaxy menghela nafas, " Buat pacar ku. "
" Memang nya pacar mu mau di beliin buku? " goda Aleta membuat Galaxy malah tertawa.
" Tidak perlu ditanya, pacar ku kan kamu. Kamu mau? " tanya Galaxy serius.

GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang