Galaxy, benar. Ia menepati janji nya untuk kembali ke jakarta.
Rasanya aku tak sabar lagi, menunggu ujian pengambilan nilai akhir semester 2 selesai lalu bertemu dengan Galaxy setiap hari di sekolah yang sama. Dan rasanya semua ulangan yang berjalan, sama seperti waktu aku kembali mendengar suara Galaxy. Menyenangkan.
Ulangan tinggal 2 hari lagi selesai.
" Aleta.. " bisik pelan Rahma memanggil nama ku.
" Apa ? " saut ku pelan.
Tangan nya membentuk angka 5, itu artinya ia ingin tau apa jawaban ku di nomor 5. Tapi 5 apa?
" 5 Pg? " dia hanya mengangguk. Menunggu ku mengucapkan pilihan a,b,c, d, e dengan bahasa jepang 1,2,3,4,5.
" san. " ku anggap Rahma cukup pintar jika menganggap ucapan ku sebagai huruf C.
" Hajima mashite. " ucap mu kencang, di kelas tidak ada yang secinta itu dengan jepang selain aku dan Rahma.
" Aleta-Rahma sedang apa kalian? Berisik saja daritadi, mau saya keluarkan atau diam. " guru basa Sunda itu mengamati kami berdua, untung saja yang ia pahami hanya 'naon', 'teu'
Kami hanya diam, tidak mau memperpanjang masalah dengan guru itu. Sesekali terlihat bandel di mata guru tidak apa-apa yang penting inget batasan. Begitu kata Galaxy.
Tidak ada hal-hal yang terlalu kecil untuk dapat ku ketahui dari seorang Galaxy. Semua yang ia ceritakan sangat besar untuk hidup ku, seperti jangan membenci orang yang membenci diri kita sendiri semua itu di anggap mudah oleh nya. Dia semacam kompas, ya penunjuk arah yang akurat.
Jam istirahat tiba, hanya berkisar waktu 15 menit karena ini adalah ujian. Rahma segera menarik ku kantin, tadi pagi kata nya dia sudah memesankan ku 2 kotak susu.
Biar enggak ngambek katanya.
Ya, ya, ya, Rahma itu teman yang baik.
" Pak, susu yang tadi saya pesan, sudah di pisah kan? " tanya Rahma dan bapak kantin mengeluarkan 2 buah kotak susu.
" Buat neng Aleta ya? " bapak kantin itu hafal pesanan ku dan Rahma, jadi mustahil kalo Rahma yang minum susu.
Rahma tidak suka minum susu.
Sukanya? Bang Aldo. Hahahahaha....
Kami berdua mencari tempat posisi duduk ternyaman pagi itu. Meja ketiga dari sudut belakang juga bukan hal yang buruk. Kami memilih tempat itu, karena kata Rahma..
" Ini tempat yang strategis, Ta. Buat ngeliatin abang kamu. " lagi-lagi kan.
" Abang aldo udah tau kalo kamu suka sama dia, tapi bukan aku yang kasih tau?! "
Tidak marah, Rahma hanya semakin senang saat bang Aldo tau perasaan nya tanpa harus di kasih tanda.
" Memang nya abang Aldo ganteng? " tanya ku sambil sesekali memperhatikan bang Aldo.
" Banget. " jawab Rahma singkat.
Apa cuma aku yang bilang abang Aldo biasa aja yang bukan nya enggak ganteng. Cuma biasa aja. Bel masuk berbunyi, Rahma masih saja asik memperhatikan bang Aldo.
" Huss.. Ayo ah ke kelas, nanti diabetes kalo liatin Aldo terus.. " sebutan nya abang kemana? Biarin ah, di sekolah ini.
Kami kembali ke kelas, menyelesaikan ujian di hari itu. Ku kira ujian kelas akan sangat berwarna jika di penuhi manusia-manusia seperti Rahma yang senang menyontek menggunakan kode-kode rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaxy
Teen FictionDear galaxy, Aku selalu merindukan mu, rindu bercerita, pergi kemana pun dengan mu atau di lindungi oleh mu. Galaxy, mereka jahat. Aku tak suka mereka, mereka tidak memahami ku seperti kamu memahami ku. Galaxy, kamu dimana?