sesal tiada akhir

16 4 0
                                    

Aku terbangun,pukul 02:00 dini hari,astaga apa sesakit ini sampai aku tak menyadari bahwa aku tertidur di lantai rumah dingin ini sedingin hati pemilik nya.
Aku bangkit,ku raih handphone yang tadi nya telah dibanting berkali kali oleh mas Hendra.
Masih aktif,ku buka galeri ku tampilan foto Nathan dan arunya saat pertama kali ada di bumi di sempat kan oleh mas Hendra untuk berselfi. Rinduku kian membuncah pada mereka kini rasa cintaku pada mas Hendra di pengaruhi oleh rasa benci penuh kebencian,maksudku kenapa ia tega dua tahun bersama ku fikir walau tak sepenuhnya cinta ada sedikit celah untukku dihatinya nyatanya aku salah. Lengkap sudah kehidupan mereka aku yang hancur.
Ku ciumi foto mereka
"Mama rindu nak"
Tapi apa mereka membalas? Tidak apa aku baru saja berharap mereka menjawab? Haha aku memang sudah gila.

Masih terngiang dikepalaku pertengkaran ku dengan mas Hendra kemarin baru kali itu ia benar benar marah,ia sampai menghancurkan rumah seperti ini jari nya berdarah ku urungkan niat untuk mengobati karna aku juga takut
"Kamu fikir kamu saja yang menderita ha? Aku sama, jangan kamu fikir aku sengaja pingin pisah! Sudah ku bilang jangan menagis! Apa kamu tuli? Ha?"
"Renata!"
Pranggggggggggg!!!!

Aku semakin menangis sejadi jadinya nya saat ia melempar kan vas bunga tepat disampingku,katanya jangan menangis lantas apa yang harus ku lakukan? Tertawa? Atau party saja? Hahaha ayolah aku masih 21 tahun di usia muda yang labil2 nya.

"Renat" katanya dengan suara lirih mendekati ku,saat amarahnya sudah redup
"Aku benci kamu Nat" ucapnya sekali lagi
"Kalau mas benci aku lalu aku harus bagaimana ke mas? Tetap cinta saat aku dicampakkan?!" Ucapku lantang saat itu juga ia mencoba memelukku tapi itu kuhindari
"Nat,mas sayang kamu mas percaya kamu tapi orang tua mas tidak bisa mas lawan seperti kamu tidak bisa melawan bapak. Lagipula bukti yang ditunjukkan mami sudah kuat untuk menggugatmu, maaf kan mas nat"
Aku kembali meneteskan air mata namun kali ini tanpa suara
ku tatap ia dengan tatapan sengit "bilang aja mas kamu nikahin aku karna kamu pingin punya anak! Iya kan,haha karna istrimu yang mandul itu kamu harus menggunakan cara rendah ini mas" kujawab dengan nada tenang sekuat tenaga
"Kalian tidak bisa mas memisahkan ibu dari anak nya! Kalian liat saja mas siapa yang menang orang biasa ini atau orang berada tak berotak macam kalian!"





Apakabar?(IloveyouOPPA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang