Terlalu lama bersama tidak menjamin perasaanmu tampak jelas.
Malah sebaliknya.
"Tuan Kim,"
Jungwoo mengerutkan kening, lalu menoleh ke belakang. Seorang gadis menghampirinya, membuatnya menghela napas.
"Heh, kan aku dah bilang, jangan panggil aku Tuan Kim kalau di sekolah," bisiknya lelah.
Rulnia angkat bahu, tak peduli. Dia malah mengambil piringnya dan mengantri makanan di kantin.
Bel sekolah baru saja berbunyi, mendentangkan waktu makan siang. Siswa-siswi langsung heboh, berlarian dari dalam kelas dan berbondong-bondong menuju ke sana.
"Mana Shichan?" Tanya Jungwoo yang baru saja menerima nampan makanannya kembali dari Bibi kantin.
Sekali lagi, Rulnia angkat bahu.
"Dia masuk kelas kan?" Kata Jungwoo sambil berbisik curiga.
Rulnia mengangguk, lalu gantian mengambil nampan miliknya. "Dia masuk sih, tapi sebelum istirahat ini dia izin lagi entah kemana. Sampai sekarang belum balik lagi," Rulnia mengikuti langkah Jungwoo, mencari meja untuk makan siang mereka.
"Dia selalu bikin masalah," gumam Jungwoo serius.
"Emang," kata Rulnia setuju.
Setelah itu, mereka berdua duduk di salah satu meja, dan menikmati makan siang kali ini hanya berdua.
"Ngomong-ngomong, kamu ingat gak muka cowok yang tadi pagi?" kata Rulnia membuka pembicaraan.
Jungwoo cepat menatapnya curiga. "Kenapa? Kamu naksir?"
"Ih, nggak lah! Seram gitu," Rulnia bergidik.
Ngomong-ngomong, yang mereka bicarakan itu cowok yang tadi pagi di timpuk Shichan karena salah sasaran. Masih ingat kan?
Orang aneh mana yang mau naksir dengan cowok itu? Iya sih dia ganteng, tapi matanya sangat tajam dan mukanya terlalu serius. Seolah-olah ada aura gelap yang mengelilinginya cowok itu. Daripada terlihat ganteng, dia lebih terlihat menyeramkan.
Jungwoo tertawa kecil melihat reaksinya, lalu lanjut makan lagi.
"Kok malah ketawa sih? Jawab dulu dong, ingat gak?"
"Nggak," jawab Jungwoo masih setengah tertawa.
Rulnia menatapnya kesal. Si Jungwoo ini kenapa sih ketawa terus dari tadi?
"Apa sih cemberut gitu, lucu deh," kata Jungwoo sambil mencubit pipi Rulnia dengan gemas.
"Hentikan bodoh," kata Rulnia malas-malas tanpa menepis tangan Jungwoo di pipinya, malah makin membuat Jungwoo tertawa.
Puas begitu, tak lama Jungwoo berhenti sendiri sambil menatap Rulnia dengan senyum lembut.
"Kenapa?" tanya Rulnia menyadari perubahan tatapan Jungwoo padanya.
"Aku hanya baru menyadari sesuatu," jawab Jungwoo.
"Apa?"
Jungwoo mwnghela napas panjang. "Ini pertama kalinya aku mendengarmu bertanya soal laki-laki, walaupun hanya pertanyaan dasar,"
Rulnia makin mengerutkan kening.
"Te .. rus?" tanyanya bingung. Apakah itu sebuah kesalahan?Jungwoo makin tersenyum lembut. "Ternyata, setelah 10 tahun berteman denganmu, aku juga baru sadar bahwa selama ini kamu nggak pernah terlihat dekat dengan laki-laki lain,"
KAMU SEDANG MEMBACA
a Lov/e Letter [✓]
Teen Fiction"surat cinta bagai sebuah mantra. Siapa tau, mantranya bisa membuat sahabat jadi cinta. Ya kan?" Cerita ini dibuat pada tahun 2012 #1 loveletters 140723 #5 loveletters 060219