04.

12 3 0
                                    

Sebuah bus baru saja berhenti di halte sekolah. Ada banyak siswa-siswi dengan berbagai seragam turun dari bus dengan teratur. Salah satu di antara mereka tentu saja ..

Shichan.

Gadis itu menggigit ikat rambut, sedangkan kedua tangannya susah payah mengikat rambutnya ke belakang. Tentu saja dia melakukannya asal-asalan, membuat rambutnya malah semakin berantakan, tapi .. dia mana peduli? Pada akhirnya, dia mampu mengikat rambutnya jadi dua dengan seadanya. Toh nanti di kelas atau di jalan, Jungwoo atau Rulnia akan membantunya mengikat rambut, begitu pikirnya.

Shichan lalu berjalan lambat-lambat, sambil menatap jam tangannya dan tersenyum.

Biasanya, pada jam segini, dia bisa berlari selama beberapa menit dan menemukan Rulnia di dekat jalan panjang sebelum gerbang sekolah. Sama seperti  biasanya. Dia tidak telat bahkan semenitpun. Sempurna. Sepertinya ini akan jadi awal yang baik untuk hari Shi-chan.

Dengan begitu, dia kembali berlari membelah kerumunan. Kebetulan kerumunan di sini nggak sepadat di sana, jadi dia belum menubruk satu orangpun. Harusnya dia bisa berlari dengan baik gara-gara itu tapi .. malah ..

Kaki Shichan menginjak sesuatu membuat tubuhnya oleng kebelakang. Matanya langsung melebar dimana dia masih berusaha menjaga keseimbangannya yang mendadak hilang kendali.

"U-UWAAAHHHHH !!"

BDUK !!

Tapi usahanya gagal, dan Shi-chan jatuh di tempat dengan bokong yang mendarat lebih dulu di tanah.

Serentak, para siswa-siswi berseragam yang berada disekitarnya berhenti melangkah, semua pandangan tertuju pada Shi-chan yang langsung meringis malu sambil mengusap bokongnya yang terasa panas dan nyeri, merasakan langsung aspal jalanan.

"Aduh aduh duh," jerit Shi-chan tertahan malah menunduk malu untuk menyembunyikan wajah merahnya.

Rasa malu mengalahkan rasa sakit.

Sekarang, dia harus apa?

"Hei, celana dalammu kelihatan," bisik seorang gadis lain yang berdiri tak jauh darinya.

Shi-chan mengangkat wajah, memperlihatkan wajahnya yang kian merona merah daripada sebelumnya.

Dia segera memperhatikan roknya.

Benar saja, ada sedikit bagian roknya terselip naik, memamerkan celana dalam motif beruang miliknya. Shi-chan menggigit bibir, rasa kesal dan malu bercampur menjadi satu.

Segera, Shi-chan menatap sinis siswa-siswi dengan berbagai seragam yang sedang menatapnya takjub tanpa bergerak, bahkan juga tanpa berkedip.

"Gggggrrrrhhh, apa lihat-lihat, hah? Sana pergi! Bubar bubar bubar!!!" jerit Shi-chan sambil mengibas-ngibaskan tangannya dengan kasar ke sembarang arah, membuat para siswa yang terpaku itu mendadak sadar dari lamunan mereka dan buru-buru pergi melewati Shi-chan. Sesekali mereka tertawa cekikikan.

Shi-chan segera bangkit berdiri, membersihkan kembali roknya sambil bergumam kesal dengan wajah semerah tomat. Matanya melirik pada apa yang telah menghilangkan keseimbangannya tadi.

Sebuah bola tennis.

Shi-chan mengambilnya, lalu meremas bola tennis itu dengan kesal. "Bola sialaaaaaan!!! Punya siapa ini, hah??" jerit Shi-chan keras, membuat siswa di sekitarnya tersentak sebentar dan melangkah lebih cepat dari sebelumnya untuk mengabaikan gadis itu.

Melihat tak ada yang memberikan perhatian padanya, Shi-chan memutar bolamatanya. Tentu saja, mana ada sih  orang yang mau mengaku?

Shi-chan meringis kesal sambil menatap bola itu sekali lagi, dia lalu memasukkannya ke dalam tas dengan kasar. "Lihat saja, setelah ini akan ku cari pemilik bola ini terus ku jitak kepalanya sampai lebam lebam!" umpat Shi-chan sambil melangkah lebar-lebar meneruskan perjalanannya.

a Lov/e Letter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang