Sesuatu yang bisa menepis jarak
tanpa adanya orang ketiga adalah ..Musim panas di awali dengan hujan yang lebat. Aneh sekali. Bahkan suara gemuruh yang terdengar samar-samar. Suasana yang lembab dan gelap ini, nggak sesuai dengan keadaan kelas Rulnia yang tetap ramai dan berisik. Kebetulan juga, sekarang ini adalah jam kosong karena guru-guru sedang rapat.
Nggak seperti siswa lain yang sibuk bermain-main, Rulnia memilih tetap duduk di kursi sambil menopang dagu. Melamun. Menatap rintik-rintik hujan yang turun dari jendela. Dulu, saat dia masih kecil, dia sangat menyukai hujan. Soalnya dia dan kedua teman lucunya akan bernyanyi keras-keras dan berlomba suara siapa yang paling bisa menandingi suara hujan. Bodoh sih, tapi itu adalah kenangan yang lucu untuk di ingat.
Berkat ingatan itu, Rulnia menjadi tersenyum, sedikit. Dia lalu menoleh ke belakang, pada kursi Shichan. Gadis itu menumpuk beberapa komik di atas meja, sedang membaca dengan serius. Biar begitu, wajahnya di tekuk seperti sedang kesal. Mungkin itu karena dia gagal bolos akibat hujan lebat. Atau karena masalahnya yang tadi pagi. Ntahlah yang mana satu.
"Shichan,"
"Hm?" gumam Shi-chan tanpa menoleh, dia malah membalik lembar komik berikutnya.
Rulnia menghela napas. "Aku mau bahas sesuatu deh,"
"Soal Tuan Kim kan?"
Rulnia mengangguk, lalu memutar kursinya sendiri ke arah Shichan. "Aku sedih deh, soalnya kita nggak komplit musim panas ini,"
"Aku lebih dari pada itu," jawab Shichan cepat.
"Maksudmu?"
Shi-chan melirik Rulnia, lalu mendesah panjang. "Aku ini lagi pusing, rencanaku berantakan. Semuanya. Padahal aku udah menyusunnya dengan sempurna. Tapi semuanya sia-sia karena Tuan Kim pergi. Hhhhh, kayaknya hari ini benar-benar hari sialku," kata Shi-chan serius.
Rulnia menatapnya bingung. Jadi itu alasan Shichan keliatan kesal sejak tadi? "Ngomong-ngomong, apa maksudmu dengan 'rencana'?"
Shi-chan menutup komiknya, dia melipat tangannya di atas meja dan menatap Rulnia lurus-lurus. "Kamu ingat kan, tentang janjiku untuk membuat kalian berdua lebih dekat?"
Rulnia mengerutkan kening, lalu mengangguk.
"Nah, itulah rencanaku!" kata Shichan serius. "Aku udah menyusun skenario dengan rapi, membuat 1001 alasan yang bisa ku gunakan dan menjadi support yang baik sehingga kalian bisa menikmati liburan musim panas berdua saja tanpa aku. Aku bahkan udah survei beberapa tempat yang sekiranya bisa membantu menciptakan kemistri yang apik antara kalian berdua. Yah, mana tau dengan begitu kalian jadi punya waktu untuk menyadari perasaan masing-masing. Atau, membuatmu melihat seperti apa reaksi Jungwoo saat di keadaan romantis yang ku buat nanti. Kalau reaksinya bagus, artinya bagus. Aku bahkan mengam——"
"Tunggu," Rulnia memotong penjelasan Shichan yang menggebu-gebu, membuat gadis itu spontan berhenti bicara dengan mulut terbuka. "Maksudmu, kamu membuat plot agar liburan ini kami menghabiskan waktu ber .. dua?" kata Rulnia patah-patah, berusaha menyampaikan.
"Iya lah, memangnya gimana lagi?"
Rulnia mengerjapkan matanya. Dia nggak pernah tau kalau Shichan serinci itu untuk menyiapkan segalanya. Tapi itu membuat Rulnia kaget dan juga bingung. "Bukankah itu sama saja dengan .. kita nggak bisa liburan secara komplit? Bertiga?"
Shi-chan tertawa kecil. "Ayolah Nona Kim, mana mungkin ada orang ketiga dalam cinta. Kalau aku ada di antara kalian, kemistrinya nggak bakalan muncul dong?" jawab Shi-chan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Lov/e Letter [✓]
Teen Fiction"surat cinta bagai sebuah mantra. Siapa tau, mantranya bisa membuat sahabat jadi cinta. Ya kan?" Cerita ini dibuat pada tahun 2012 #1 loveletters 140723 #5 loveletters 060219