Bel pulang sekolah berbunyi. Kali ini, terdengar lebih panjang daripada biasanya. Selain untuk menunjukkan rutinitas sekolah sudah berakhir, bel itu juga sebagai tanda di mulainya libur panjang musim panas. Dengan begitu, suasana langsung riuh rendah. Para siswa memenuhi koridor dengan sukacita, ada yang sambil melompat-lompat, ada yang sambil bernyanyi, ada yang sambil berlari.
"Walaupun liburan, kalian masih punya PR musim panas loh. Jangan lupa di kerjakan di rumah!" kata guru yang belum beranjak dari kelas Shi-chan.
Anak-anak mengangguk patuh, membuat sang guru menghela napas karena maklum. Tentu saja, mereka mengangguk seadanya agar pembicaraan ini cepat selesai. Nggak ada lagi yang fokus dengan perkataai, semua mata udah melihat keluar jendela fengan gelisah.
"Baiklah, kita akhiri perjumpaan hari ini. Sampai jumpa lagi anak-anak," kata guru itu sambil tersenyum dan bangkit dari kursi.
"Baik, Bu!" jawab anak-anak kompak.
Perlahan, guru itu melangkah keluar pintu, membuat kelas Shi-chan bergemuruh seketika.
"Kita pulang, kita pulaaaang ~ oh, kita pulaaaaang! Libur panjang musim panaaaas ~ oh aku cinta musim panas .." Shi-chan bernyanyi keras sambil merentangkan tangannya ke udara.
Rulnia menoleh, membalikkan badannya demi menatap Shi-chan yang masih bersenandung riang. "Kayaknya kamu hepi banget. Kamu gak sedih karena liburan kali ini tanpa Jungwoo?" tanya Rulnia penasaran.
"Agak kesepian sih, tapi ya apa boleh buat," kata Shichan sambil angkat bahu. "Lagipula, sayang banget kalau musim panas di isi dengan kesedihan,"
Rulnia tertawa kecil. Agak maklum dengan jiwa bebas Shichan yang riang dan ringan. Dia selalu bisa menikmati kehidupan ini dengan cara apapun.
"Jadi, kita harus apa musim panas ini? Kamu dan aku,"
"Ntahlah, aku belum punya rencana. Tapi, akan ku pikirkan pelan-pelan. Kamu juga harus bantu pikirin," kata Shichan enteng sambil memakai tas nya di punggung. "Yuk?"
Rulnia mengangguk maklum lalu ikut mengemasi barang-barangnya. Nggak ada lagi yang bisa dia lakukan di sekolah sekarang, jadi lebih baik sisanya dia pikirkan di rumah.
"Ngomong-ngomong, ayo ikut aku besok," kata Shichan tiba-tiba. Sekarang mereka sedang jalan bersama keluar dari sekolah.
"Kemana?"
"Ke ruang baca. Rental komik. Ayo bikin target untuk menamatkan satu judul komik di musim panas ini,"
Rulnia menatapnya dengan mata menyipit. Sepertinya itu bukan target yang bisa di apresiasi. "Nggak usah becanda deh. Emangnya kamu punya rencana nginap di sana?" tanya Rulnia skeptis.
Tapi Shichan malah mengangguk cepat.
"Nggak, terimakasih,"
Muka ceria Shichan langsung cemberut. "Kenapaaaa, kita kan bisa nginap bareng?"
Rulnia menghela napas. "Aku kan nggak cocok dengan dunia malam seperti itu," kata Rulnia. "Lagipula, kalau harus nginap bareng, kamu kan bisa ke rumahku. Kita bisa main berdua,"
Gantian, Shichan menghela napas. Dia menatap Rulnia dengan pandangan maklum sambil berkacak pinggang. "Ini adalah salah satu caraku agar kamu bisa memperluas wawasanmu, ngerti gak sih? Sekali-kali kita harus bermain dengan hal lain," kata Shichan santai.
Rulnia mengerutkan kening, nggak begitu mengerti apa maksud Shichan barusan. "Sudahlah, lagipula, aku udah punya rencana sendiri besok,"
"Hm? Kamu mau kemana?"
"Aku harus beli beberapa amplop lucu untuk berkirim surat,"
Shichan menganga, lalu memukul Rulnia sekali dengan wajah mengejek. "Aaaaah, kamu akan melakukannya, kamu akan mengirim surat cintaaaaa. Astaga, tentu saja harus dengan kertas surat lucu yang bermotif merah hati," kata Shichan gemas sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Lov/e Letter [✓]
Dla nastolatków"surat cinta bagai sebuah mantra. Siapa tau, mantranya bisa membuat sahabat jadi cinta. Ya kan?" Cerita ini dibuat pada tahun 2012 #1 loveletters 140723 #5 loveletters 060219