10.

10 2 0
                                    

Rulnia berjalan lambat-lambat menyusuri jalanan yang ramai. Tak seperti kemarin, dia bangun agak pagi hari ini. Semua ini demi meletakkan sebuah amplop lucu ke dalam kotak surat, yang ada di pusat perbelanjaan, tak jauh dari rumahnya.

Sekali lagi, dia menatap surat di tangan, membuat langkah kakinya semakin berat. Beberapa perasaan berkecamuk dalam pikirannya, perasaan enggan yang kuat.

"Ayolah Rulnia, untuk apa ini di buat semalaman kalau nggak mau di kirim?" Rulnia mencoba menguatkan dirinya.

Dia berhenti melangkah, menyandarkan dirinya pada sebuah dinding terdekat dan menarik napas beberapa kali. Yah, ini hanya suatu cara agar tekadnya kembali bulat. Hanya butuh beberapa langkah lagi menuju kotak surat.

Baiklah, mari kita baca isi suratnya sekali lagi, demi memastikan bahwa isinya tidak aneh dan ambigu.

Dear Tuan Kim, di sini Nona Kim.

Apa kabar?

Libur musim panas baru saja di mulai, tapi aku mulai bosan. Belum ada hal menarik terjadi padaku, mungkin karena aku belum mengisi liburan dengan sempurna.

Tapi, hari ini Nona Chan mengajakku menonton anime. Kuakui, anime yang kami tonton itu cukup menarik. Jadinya kami menghabiskan waktu selama 6 jam untuk menamatkannya hahaha.

Oh iya, apakah kamu kebingungan dengan datangnya surat ini? Kamu boleh tertawa, tapi aku mengirimkannya karena aku merasa kesepian.

Aku gak tau kemana aku akan pergi untuk mengisi liburanku besok, tapi aku dan Nona Chan berencana akan memasak kue bersama. Iya, aku yang memaksa dia supaya mau menyentuh dapur. Bayangin deh, Nona Chan yang akhirnya mau memasak, hahaha. Pasti lucu.

Bagaimana dengan musim panas di tempatmu? Apakah cuacanya cerah? Apakah kamu menikmati harimu?

Kayaknya itu aja deh yang mau ku sampaikan, apakah aku boleh mengirimkan surat untukmu lagi nanti?

Soalnya ..

Aku ingin lebih, lebih dekat denganmu. Boleh kan?

Salam,
Nona Kim.

Rulnia menghela napas. Yah, harusnya ini sudah cukup menjadi surat awal yang sempurna. Dia hanya kurang percaya diri pada semua kertas-kertas coretan yang dia korbankan demi membuat satu surat ini. Pundak Rulnia jadi agak lemas sedikit.

Tapi yasudahlah. Sekarang atau tidak sama sekali.

Rulnia mengangguk yakin, membunuh langkah yang tersisa dan memasukkan amplop surat ke dalam kotak dengan cepat.

Oke.

Selesai.

Ya ampun, padahal hanya memasukkan surat saja tapi energi Rulnia seperti hilang di bawa angin. Sekarang gadis itu mendekap tangannya di dada, berusaha meredakan kembali detak jantungnya yang sedari tadi memburu.

Yah, ini akan menjadi perjalanan cinta yang panjang.






~loveletter~





"Masukkan coklat yang sudah di cairkan ke dalam adonan. Sedikit demi sedikit," ucap Shichan yang sedang membaca buku paduan. "Lalu setelah itu—"

"Shichan, bukan gitu cara mengaduk adonannya," Rulnia datang menghampirinya, mengambil alih mangkuk adonan miliknya yang dari tadi cuma di putar-putar. "Seperti ini, lihat .."

Shi-chan cemberut, mau nggak mau mengikuti arahan Rulnia dan melanjutkan adonannya.

Hari ini, setelah beberapa hari libur, akhirnya mereka merealisasikan rencana masak bersama di rumah Rulnia. Lebih tepatnya sih, membuat cookies.

a Lov/e Letter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang