17. War

3.6K 343 27
                                    

Badan ku masih sangat bergetar. Dan dada ku masih terasa sesak. Namun aku memilih pergi meninggal kan jennie di sungai han. Tempat yg kembali menjadi sejarah bagi kami berdua.

Aku tak mau jatuh pingsan di hadapan nya. Selain karena merepotkan akan sangat memalukan ketika itu terjadi.

Sesampai nya di dalam mobil tangis ku pecah. Aku memeluk stir mobil ku erat. Tubuh ku semakun bergetar. Aku menjerit sekeras nya di dalam mobil ku.

Lima belas menit sudah aku menangis akhir nya aku sedikit lebih tenang. Ku raih ponsel ku dan menelpon seseorang.

"Annyeonghaseyo?"
"Oppa kau di mana?"

"Mwo? Aku? Ah aku di rumah jisoo-ya? Wae?"
"Baik lah aku akan kesana oppa. Gumawo."

Lalu aku langsung menginjak pedal gas ku menuju rumah GD oppa. Ya. Aku menelpon nya dan aku benar2 membutuhkan bantuan nya.

Sesampai nya di rumah ku tekan bel rumah nya. Tak lama kemudian dia membuka nya.

"Hei. Masuk lah."
"Gumawo oppa."

"Kau mau minum apa?"
"Terserah oppa. Lagian aku tidak haus." Ucap ku lantas dia berlalu ke dapur.

Tak lama kemudian dia hanya membawa minuman kaleng yg dingin.

"Mengapa dadakan sekali kau kerumah ku? Bahkan aku tak sempat mandi jisoo-ya."

"Hahah kau tetap tampan oppa meskipun belum mandi."
"Ck kau ini. Sangat pintar akting."

"Jisoo-ya apa kau baru menangis?"

Aku mengangguk lemah.

"Wae? Karna berita itu lagi?"
"Nth lah oppa. Aku kecewa padanya. Dia seakan2 ingin berperang dengan kami."

"Aku pun sebenarnya kecewa. Namun dia tetap harus meraih impian nya. Kita tak boleh egois."

"Kami hampir meraih nya oppa. Tapi dia menghancur kan nya sendiri."

"Itu sudah berlalu soo-ya. Kita tak bisa mengulang waktu."

Hfft.

"Sekarang yg bisa kita lakukan ialah fokus pada karir kita sendiri. Tanpa dia kalian bisa lebih hebat. Aku percaya itu."

"Itu lah sebab nya aku kesini oppa. Ajari aku menciptakan lagu?"

"Mwo? Jinjja?"

"Ya. Producer di YG blom ada yg menganggur oppa. Tapi aku ingin kami melakukan comeback secepat nya."

"Ahh baik lah. Tunggu sebentar. Aku akan mengambil gitar dulu."

Tak lama kemudian dia kembali dengan gitar dan secarik kertas.

"Kau tau jisoo-ya pada saat jennie membuat keputusan besar dalam hidup nya dia sangat rapuh."
"Heol. Dari mana kau tau oppa?"

"Apa kau lupa aku yg mengantar nya pulang. Di perjalanan aku seperti mengantar mayat hidup. Dia selalu menangis dengan tatapan yg kosong. Dia menyesal jisoo. Dia terjebak oleh emosi nya sendiri."
"Tapi mengapa dia tak mengatakan apa2 pada ku?"

"Dia takut menyakiti mu terlalu dalam soo_ya"
"Tapi itu membuat ku terlihat seperti sampah oppa. Dia tak menganggap ku."

"Tolong beri dia kesempatan memperbaiki semua yg sudah di rusak nya."
"Teroambat oppa. Tadi pagi aku bahkan sudah mengucap kan salam perpisahan pada nya."

Hffft. Ku dengar GD oppa menarik napas panjang sebelum akhir nya mengangguk pelan lantas menyesap sedikit minuman kaleng nya.

"Baik lah soo-ya. Memang ketika kita merasakan emosi kekecawaan yang sangat dalam  pada diri kita ialah waktu yg sangat tepat untuk menciptakan lagu."

Aku hanya mengangguk membenarkan perkataan nya.

"Sekarang tutup matamu. Bayang kan jennie di hadapan mu. Dan tulis semua yg ada di pikiran mu tentang nya."

Aku menuruti instruksi nya. Lalu mulai menulis di kertas. Mencurahkan segala kekesalan dan kecewa ku pada nya.

Jennie tetang perkataan ku yg merelakan mu bahagia dengan nya sungguh aku tak ikhlas. Aku sangat tak merelakan kau pergi meninggal kan aku jennie-ya.

Biarlah kali ini aku egois. Tapi aku sungguh tak sanggup.

Jisoo pov end

***

Jennie pov on

Ku lihat punggung nya yg semakin jauh meninggal kan ku. Aku ingin berlari mengejar nya dan berteriak bahwa aku memang pengkhianat dan pengecut tapi aku benar2 sangat menyayangi nya.

Jisoo sudah berubah. Dia perlahan pergi meninggal kan ku. Ucapan nya yg dulu sangat lembut kini sudah sangat dingin. Tatapan nya yg dulu memuja ku kini menatap ku sangat tajam. Tubuh nya yg dulu hangat mendekap ku kini sangat jijik menyentuh ku.

Aku duduk di bangku pinggir sungai han lalu menangis. Memeluk erat lutut ku. Serta menggigit kuat bibir. Aku tak memperdulikan darah segar yg mengalir dari bibir ku akibat ulah ku. Meskipun sangat perih tapi aku masih menggigit bibir ku kuat.

"Eonni tak bisa kah kau memaaf kan ku? Apa tak ada lagi kesempatan bagi ku untuk memperbaiki semua nya?"

"Jin oppa kau bohong. Kau bilang belum terlambat untuk memperbaiki semua nya. Tapi nyatanya kau salah. Mereka benar2 membenci ku."

"Mengapa hal ini sangat menyakit kan Tuhan? Tak bisa kah Kau mengurangi sedikit masalah hidup ku?"

"Eomma bagaimana ini? Putri kecil mu ini sangat takut sekarang. Aku benar2 sendiri eomma. Dunia ini tak mau berteman dengan pecundang seperti ku. Aku benci diri ku. Aku benci keputusan bodoh ku. Eomma dunia ini sangat kejam mempermain kan aku."

Tangis ku pecah ketika aku kembali mengingat kesepakatan ku dengan SM Ent.

Flashback

"Kau pasti sudah tau tujuan ku memanggil mu kesini bukan jen?"

"Ne sajangnim."
"Jadi bagaimana?"

"A-aku belum tau."
"Hei sayang percaya lah pada kami. Biarkan kami membantu mu mewujudkan impian mu."
Ucap kai

"Tapi aku takut."
"Apa kau tak mau balas dendam pada mereka?"

BRAAKK!!!

"Maaf sajangnim jika tujuan mu hanya untuk balas dendam aku tak akan pernah mau."

"Tenang lah sayang. Maksud sajangnim kau harus membuat mereka menyesal telah mencampakkan mu."

"Mereka tidak mencampakkan ku kai. Aku yg memilih keluar."

"Ahh baik lah jennie-ssi kita ambil jalan tengah. Kau tak perlu menandatangani kontrak dengan kami tapi kau bekerja untuk kami. Jadi artis kami. Bagaimana?"

Aku masuh diam mencerna segala ucapan atasan SM Itu.

"Anggap saja kau mengulang kembali karir mu. Buktikan pada mereka kau berkualitas. Dan raih kembali mimpi mu jennie-ssi. Jika kau sudah merasa nyaman kau bisa menandatangani kontrak dengan SM. Aku tak akan mengekang mu."

"Apa anda serius dengan ucapan anda?"

"Aku sangat serius jennie-ssi. Bahkan aku tak pernah merasa seserius ini dalam hidup ku."

"Benar sayang. Kita akan sama2 mewujud kan mimpi mu."

"Gumawo kai." Ucap ku lantas memeluk dia.

"Ahh sebagai awal bsok aku akan mengangkat berita mu jennie-ssi. Selamat datang di dunia baru mu."

Flashback off

Aku merutuki kebodohan ku menerima tawaran nya. Tuhan ku titip eonni kesayangan ku padamu. Cukup ini yg terakhir kali nya dia menangis karna ku. Aku akan mewujudkan mimpi ku eonni. Seperti yg kau inginkan.

~if you want to war. I'll give you a war eonni. Like what you say.~ Kim jennie.

***

Real (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang