15

1.8K 313 136
                                    

*Note : lagu jangan diputar dahulu. Putar ketika ada instruksi.

Kyungsoo menjejalkan setiap Beef Wagyu kedalam mulut dan sesekali mengunyahnya. Makanan ini adalah makanan ternikmat yang ada di restoran ini, tapi ia heran karena perutnya terasa seperti jungkir balik ingin memuntahkan makanan itu. Sekujur tubuhnya terasa tegang. Ia tidak sanggup menatap Sehun. Mimik kaget diwajah pria itu hanya memperparah siksaan batinnya.

Tamat, pikir Kyungsoo, yakin Sehun tadinya berharap ia menjalani kehidupan berbeda, kehidupan yang lebih cerdas--di periode kedua kehidupannya, dan Kyungsoo merasa malu dengan pilihan-pilihan yang telah ia ambil, membenci dirinya sendiri karena telah menghabiskan tahun-tahunnya dengan mengejar khayalan besar yang kosong, membohongi dirinya sendiri--dandanan modis, obrolan canggih, pentingnya mengetahui semua tempat yang tepat dan hal-hal yang harus dilakukan. Semuanya dangkal. Tidak bermakna dalam.

Hati Kyungsoo sakit karena ia telah membuang begitu banyak waktu untuk hal-hal yang sama sekali tidak penting. Selama ini ia memendam rasa sakitnya, bertekad menutupnya rapat-rapat. Tapi sekarang lukanya merembes keluar, bercampur dengan kepedihan karena ketahuan mendambakan semua itu oleh laki-laki yang membuat perasaannya tak karuan ini.

Ia mengambil gelas anggur, ingin melarutkan rasa daging yang tertinggal di mulutnya, dan rasa getir kehilangan. Sehun perlahan mengambil garpunya. Kyungsoo melihatnya menghabiskan Beef Wagyu di piringnya dan merasa laki-laki itu memaksakan dirinya makan, menyelesaikan kencan malam ini dengannya, menyembunyikan pikirannya yang sebenarnya di balik sikap sopan, yang merupakan sikap orang-orang berbudaya... meneruskan permainan sampai peluit ditiup dan mereka bisa pulang dengan martabat utuh.

Jiwa Kyungsoo memberontak. Ia muak dengan kepura-puraan kelas atas, muak dengan kebohongan, muak dengan permainan apa pun. Ia menunggu sampai Sehun telah menyantap Beef Wagyu terakhirnya, lalu ia memuntahkan perkataannya.

"Aku seharusnya berterima kasih karena kau telah memulai percakapan dengan Tian tentang diriku itu."

"Berterima kasih kepadaku?" Sehun memandangnya dengan tatapan bingung, tidak mengerti.

"Percakapan itu sebuah alarm memalukan yang membangunkanku dari mimpi yang kujalani, tapi setidaknya aku jadi sadar harus berhenti bermimpi dan mencari hal lain."

Berbagai emosi yang bertentangan berkelebatan di wajah Sehun, rasa bersalah, marah, bangga, malu... semua akhirnya menyatu menjadi bara tuduhan yang menggelegak. "Bagaimana bisa wanita secerdasmu berniat menikahi egomania palsu seperti Hu Yi Tian?"

Tuduhan itu menyengat. Semakin menyengat karena ucapan Sehun menggambarkan Kyungsoo sebagai 'cewek matre' yang hanya peduli pada iming-iming kekayaan, dan ia tak punya pembelaan, selain kebutuhannya sendiri yang mendalam untuk merasa dimanja dan aman, serta kebutuhan yang sama kuatnya untuk memastikan anak-anak yang ingin ia miliki selalu punya penopang yang kokoh.

"Hal itu sudah berakhir," geramnya, malu karena penilaian Sehun, sekaligus tidak suka karena laki-laki itu begitu cepat menghakiminya, tak berhenti sejenak untuk mempertimbangkan keadaan atau perasaannya. "Semua itu sudah berakhir," Kyungsoo meneruskan, terdorong ingin mencoba menyeimbangkan penilaian Sehun. "Aku memutuskan pertunanganku dengan Tian. Aku mengundurkan diri dari pekerjaanku di Salon Jimmy Lin. Aku telah hanyut dalam khayalan bodoh, tapi aku lalu terjaga."

Sehun juga tidak mempertimbangkannya. "Tapi kau tidak melupakannya, Kyung," balasnya. "Kau menyamakanku dengan Tian."

"Bagaimana tidak? Kalian menunjukkan tempatku di dunia istimewa kalian. Di tepi bagian luar," bantah Kyungsoo. "Dan kau... keintimanmu... dengan Kim Hyuna memperkuat kesanku bahwa status sosial adalah rekomendasi paling penting bagimu dibanding karakter lain."

BRIDE FOR MR.OH [HUNSOO GS] [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang