• C h a p t e r 19

130 11 2
                                    

Aroma mie tercium memenuhi seluruh rumah. Siapa lagi selain Zizi yang suka dengan mie instan. Ia menghentak-hentakkan perbaot masak ketika mendengar lagu kesukaannya diputar.

"BERISIK" Teriak Radit keluar kamarnya.

"Ini baru jam 6 pagi lho" Sahut Zizi.

"Ya tapi kakak nggak bisa tidur".

"Siapa suruh tadi malam begadang".

"Kamu makan mie instan?" Tanya Radit.

"Iya, kenapa?".

"Mending sarapan roti atau nasi aja sekalian, ntar lemes".

"Kan ada kantin".

Kini mie instannya sudah siap dimakan. Zizi membawanya makan di depan tv. Terdengar suara pintu di ketuk. Zizi ingin membuka namun Radit sudah lebih dulu menuju pintu.

"Hai Sayang" Ucap Nara di depan pintu.

"Iya Hai.. pagi banget".

"Katanya mau ambil undangan, gimana sih" Ucap Nara membuat Radit memijat pelipisnya.

"Yaudah Zizi berangkat" Sahut Zizi  menahan tawanya.

"Dianter?" Tanya Radit.

"Gak deh, naik bus aja lagian kalian mau ambil undangan pernikahan kalian kan".

"Assalamualaikum" Pamit Zizi dan salim kepada mereka berdua.

"Waalaikumsalam".

---

Zizi duduk di bus sambil mendengarkan musik dengan earphone Kelvin. Pandangannya keluar jendela yang menampilkan pemandangan jalanan di pagi hari.  Kalian bertanya mengapa earphone ini ada pada Zizi? Itu karena saat Kelvin kerumah Zizi, ia menyita barang Kelvin karena kelvin terlalu sibuk dengan benda itu.

"Aku duduk disini boleh?" Zizi tak menoleh, ia hanya mengangguk dan masih menatap keluar jendela.

"Hai Zi" Sapa orang disampingnya.

"Eh?" Tanya Zizi heran, kini ia menoleh dan jantungnya berdebar kencang.

"Dimas?".

"Hai Zi apa kabar" Ucap Dimas sambil tersenyum menampilkan gigi putihnya.

"Baik, Lo sendiri?" Tanya Zizi ragu.

"Alhamdulillah, dan alhamdulillah juga kita bertemu lagi".

"Iya" Ucap Zizi cuek dan menatap luar jendela lagi.

"SMA Garuda?".

"Bisa gak sih lo loncat keluar bus dan biarin gue lanjutin semangat pagi gue lagi" Gerutu Zizi dalam hati.

"Maaf sebelumnya, karena kesalahan itu kamu harus pindah sekolah..."  Ucapnya.

Zizi melepas earphonenya dan beranjak berdiri. Ia keluar dari bus dan menuju gerbang.

"Gue emang pantes dapet ini, mungkin" Gumam Dimas.

"Demi apa tadi gue ketemu Dimas, Hish nyebelin" Gerutu Zizi.

"Kasian tanahnya di injek gitu" Sahut Nico.

"Eh? Nico" Tanyanya sambil melirik samping Nico.

Pangeran Salju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang