(4) Berduka

471 28 1
                                    

Elsy menunduk memikirkan bagaimana ia menyampaikan ke Esya, disisi lain ia butuh bantuan nya dan disisi lain ia baru mengenal Esya, bagaimana kalo Esya orang jahat? Dan tidak mau membantunya?
Pikiran elsy terus berputar memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan uang yang jumlahnya tidak sedikit.

Elsy mengangkat kepalanya, untuk melihat wajah Esya yang sedang tersenyum "Emm... Esya kenapa lo peduli banget sama gue terus kenapa lo selalu ngikutin gue?"

Pertanyaan beruntun dari Elsy membuat Esya semakin mengembangkan senyumnya.

"Karna lo milik gue."

Elsy spontan memandang ke arah Esya.

Karna lo milik gue

Kata-kata itu terus berputar diotak Elsy.

"Haha Esya lo lucu banget sih,kita ini baru kenal dan lo udah bilang kalo gue milik lo?" Elsy tersenyum meremehkan. "Konyol." Lanjut Elsy.

Esya merasa tersentil hatinya oleh ucapan Elsy. "Elsy....Elsy....disaat semua cewe berlomba-lomba pengen deket sama gue sang most wanted sekolah, lo malah sebaliknya." Esya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum percaya diri.

"Karna gue bukan mereka!" Ketus Elsy.

"Karna itu gue suka!" Sahut Esya yang tak kalah oleh nada ucapan Elsy.

"Tapi gue risi sama lo!" Lagi-lagi Elsy mengeluarkan kata-kata pedas.

"Tapi gue sayang sama lo." Esya kembali menyahut dengan nada santai.

Elsy melebarkan matanya "Sinting! Rese! Nyebelin! Semuanya itu lo!" Kekesalan Elsy sudah tak bisa ditahaditahan lagi.

"Gapapa yang penting ganteng." Ujar Esya sambil menyisir rambutnya menggunakan tangannya.

"PEDE NYA SELANGIT!"

"Gantengnya juga selangit."

Perdebatan itu masih terus berlangsung, mereka menjadi pusat perhatian orang yang sedang berlalu-lalang disekitar taman rumah sakit.

Tiba-tiba Tasya datang dengan wajah panik menghampiri Elsy dan Esya.

"Elsy." Ujar Tasya.

Baik Esya maupun Elsy tak ada yang menyadarinya mereka sedang mengibarkan bendera perang. Tasya memutar bola matanya malas, lalu ia menarik tangan Elsy.

"Ihhh apaansi Tasya! Ga liat apa gue lagi kesel sama ni cebong buduk?!" Elsy menepis tangan Tasya yang menggenggam tangannya dengan kasar.

"Mbok Asih El.." Ujar Tasya dengan wajah panik.

Elsy menepuk jidatnya "astagfirullah gue lupa!" Elsy memandang Esya yang sedari tadi diam saja dengan tatapan sangar. "Ini semua gara-gara lo!"

"Lah ko gua? Lo yang duluan." Ujar Esya tak mau kalah.

"Yaiyalah lo! Kalo lo ga nyebelin juga gue ga bakal ladenin lo."

"Gue ga nyuruh lo ladenin gua, lo nya aja yang pengen ladenin orang ganteng kek gua." Esya kembali membuat Elsy kesal.

Tasya memijat pangkal hidungnya. "Elsy kalo lo masih mau debat, biar gue yang urus mbok Asih, dan lo jangan pernah mikirin mbok Asih lagi." Ujar Tasya lantang.

Elsy menengok kebelakang dan langsung menarik tangan Tasya "kita masuk sekarang." Ucapan Tasya ternyata mempan untuk memberhentikan perdebatan unfaedah temannya itu.

Esya melihat kepergian Elsy perasaannya menjadi penasaran, "sebenarnya apa yang terjadi sama mbok asih." Esya mengikuti Elsy masuk ke dalam rumah sakit.

ELSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang