Esya mendorong pintu ruang rawat, ia melihat Elsy terbaring tak sadarkan diri, disana juga ada Tasya yang duduk disamping tempat tidur Elsy.
"Tasya." Ujar Esya
Tasya menoleh ke sumber suara yang memanggilnya, ternyata Esya. Tasya memutar bola matanya malas. "Lo lagi, lo lagi, ngapain sih disini! Gue gamau ya, Elsy berurusan sama badboy medolan kek lo!"
"Gue disini kaga bermaksud bikin onar atau hal negatif yang lo pikirin tentang gue, gue cuma bantu." Ujar Esya sambil berjalan mendekat.
Tasya bangun dari duduk nya. "Ga usah bantu deh! Gue tau lo cuma carimuka, ga usah sok baik Sya." Imbuh Tasya kesal. Yang ia tau Esya adalah badboy yang tidak punya hati kalo sudah berkelahi.
"Astaga, su'udzon mulu lo sama gue, gini-gini gue badboy baik hati. "
"Cih! Mana ada badboy baik hati, dimana-mana badboy tuh brandalan." Tasya berdecih.
"Serah lo dah, males gue debat sama lo, kaga ada selesai nya, dasar mulut kudanil." Esya memancing kekesalan Tasya, ia ingin tahu seberapa kesel cewe didepannya.
Tasya meraba-raba bibirnya. "Heh! Bibir gue bukan bibir kudanil! Udah deh lo disini kaga ada manfaat nya, mending pulang sono terus minta susu sama mama lo! Cerocos Tasya berapi-api. Ia samapai lupa kalo sedang di rumah sakit.
Perdebatan mereka masih terus berlanjut, Esya yang menanggapinya dengan santai sedangkan Tasya menanggapi dengan kesal bukan kepalang.
Elsy mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya, bau obat-obatan langsung memenuhi indra penciuman nya, dan suara perdebatan orang yang suaranya tak asing bagi Elsy yang membuat indra pendengarannya terlalu berisik.
Elsy langsung bangkit dari tidurnya, namun rasa pusing langsung menyerang kepalanya "akhhhh." Elsy merintih kesakitan.
Esya dan Tasya yang sedang berdebat langsung menoleh dan mendekat ke arah Elsy.
"Elsy lo jangan banyak gerak dulu." Ujar Tasya khawatir
Elsy kembali menitikan air matanya. "Tasya mbok asih gimana?! Kalo gue disini dan lo disini siapa yang ngurus mbok Asih!" Elsy kembali bangun, dengan sigap Esya menahannya.
"Jangan kemana-mana dulu El,kata dokter lo terlalu lama nangis, lo harus diisi tenaga, lo makan ya." Ujar Esya lembut.
Tasya menatap tak percaya, mana mungkin seorang Esya Arsenio Bratadikara berbicara lembut ke perempuan, setaunya Esya dalah cowo badboy yang tak punya belas kasihan.
"Gue mau liat mbok asih! Kenapa sih ga ada yang ngertiin gue!" Elsy berteriak sambil menangis.
Tasya yang melihatnya tak tega. "Ya udah gini aja, biar gue yang ngurus alm. Mbok asih biar bisa dibawa pulang dan dimakamkan, gue hubungi Stela biar bisa nemenin lo disini." Tasya akhirnya mengambil keputusan.
"Kan ada gue Sya, biar gue yang jaga Elsy." Ujar Esya lembut, Tasya lagi-lagi tak habis pikir sama cowo didepannya ini.
"Ya udah serah dah."
"Gamau! Gue gamau disini! Gue mau ikut!" Ujar Elsy ngotot.
"Ga bisa gitu El, kesehatan lu juga penting, lu disini aja bareng gue." Lagi-lagi Esya berkata lembut, berbeda kalo ngmong sama yang lain ia pakai suara datar dan terkesan galak.
Tasya menganggukan kepala mengiyakan.
Elsy pun menurut, tapi ia tak henti-henti nya menangis.
"Udah doang El nangisnya, yang lu harus lakuin sekarang itu ikhlaskan mbok Asih, biar dia tenang disana."
Perkataan Esya barusan membuat Elsy berhenti menangis, lalu tarik napas dan membuang nya lewat mulut, memang benar yang ia harus lakukan sekarang adalah ikhlaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSY
General FictionCinta? Baginya itu adalah hal yang tidak penting dan tidak harus dipikirkan selain nasib hidupnya. Begitulah menurut Elsa Axelia cewe cantik yang duduk dibangku akhir SMA. Hidup nya jauh dari keluarga dan orangtua ia harus bekerja untuk biaya sekol...