tujuh

81 3 0
                                    

"Jeni hari ini kamu gak ada kegiatan kan?" Tanya nindy sang ibu.

"Gak ada sih mah tapi hari ini jeni mau nemuin ayumi. Kan udah lama juga jeni gak ketemu sama dia" jawab jeni sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Oh, sama siapa kamu mau ke sananya?" Tanya nindy lagi.

"Sama anada, iya kan nan?" Anada hanya mengangguk mengiayakan ucapan jeni.

"Kamu kok gak bilang sama aku sayang kalau kamu mau ke sana??" Tanya yudha.

"Semalem aku mau bilang sama kamu, tapi saat kamu pulang kerja aku nyah udah tidur" jawab ananda.

"Oh ya mah, mama mau ikut gak. Mama gak kangen apa sama ayumi" ajak jeni.

"Mama lagi banyak pekerjaan di kantor. Jadi kamu aja sama nanda kesananya" tolak sang ibu.

"Heh sibuk di kantor, bilang aja kalau mama emang gak mau ketemu sama ayumi. Kenapa sih mama gak pernah bisa sayang sama di?" Teriak yudha dan meninggalkan ruang makan.

*****

Ayumi baru saja selesai dengan acara mandinya. Dia merasa senang karena seharian ini dia libur dari segala hal yang menyibukan dirinya. Hari ini raga juga tak pergi ke menapaun karena hari ini memang hari minggu.

Ayumi keluar dari kamar berniat untuk mengambil makanan dan minuman. Hari ini dia akan menyibukan dirinya dengan acara menonton tv.

Ayumi melewati ruang utama tanpa menyadari kalau di sana bukan hanya ada raga saja melainkan ada arista.

"Kok camilannya abis sih" kesal ayumi dan kembali namun di saat itulah dia baru menyadari kehadiran arista. Ayumi menyembunyikan dirinya di balik tembok.

"Iya kalau kamu ada masalah ngomong aja sama aku. Dengan sebisa ku aku akan bantu kamu" ucap raga lembut. Ayumi tersenyum kecut, raga bahkan tak pernah berbicara selembut itu pada dirinya.

"Tapi ga, sekarang kamu udah punya istri. Aku gak mau jadi orang ketiga" ucap arista.

"Kamu bukan orang ketiga. Kamu itu yang pertama" jawab raga yang membuat ayumi merasa miris. Ternyata hidupnya selalu berputar di poros yang sama. Dia selalu menjadi yang kedua, di mata ibunya dan kini di mata raga juga.

Ayumi memegang dadanya yang terasa teriris dan sakit. Apakah ini takdir yang di berikan tuhan untuk hidupnya.

Ayumi keluar dari balik tembok dapur dan berjalan cepat menuju kamar dan membanting pintu dengan sangat keras yang langsung menarik perhatian raga.

"Aaaahhh" teriak ayumi. Entah apa yang membuatnya marah.

"Ayumi kenapa ga?" Tanya arista mendengar teriakan ayumi.

"Aku gak tau, aku periksa dulu" jawab raga.

"Kayaknya lebih baik aku pulang deh ga, mungkin ini karena aku datang kemari" ucap arista.

"Aku pikir itu gak mungkin, tapi memang lebih baik kamu pulang dulu. Dia itu memiliki emosi yang gak bisa di tebak" sebelum menanyakan keadaan ayumi, raga terlebih dulu mengantar arista ke depan pintu.

Setelah mengantarkan arista, raga langsung pergi menuju kamar.

"Ayumi, ayumi. Kamu baik-baik aja kan?" Tanya raga sambil mengetuk pintu. Namun tak ada sahutan apapun dari ayumi.

"Ayumi buka pintunya" pinta raga mulai tak sabar.

"Ayumi" tekan raga. Raga sudah habis kesabaran, dia mengambil kunci duplikat yang ia simpan di lemari dan langsung membuka pintu.

Raga terkejut saat melihat ayumi yang duduk di lantai dengan kepala yang menyender di ranjang dan penampilannya yang berantakan.

"Ayumi, kamu kenapa?" khawatir raga sambil memegang tangan ayumi.

Ayumi menatap raga dengan mata sayunya.

"Tolong ambilkan obat di dalam lemari itu, di bawah bajuku" pinta ayumi lemah.

Dengan sigap raga bangkit dan membuka lemari mencari obat yang di pinta ayumi. Raga tersenyum saat dia berhasil menemukan obatnya, namun senyuman raga menghilang saat dia melihat nama obat yang tertera di sana.

"Pil tidur" ucap raga pelan dan berbalik melihat ayumi.

"Cepetan ga" pinta ayumi dengan lemas.

"Nggak, kamu gak boleh minum ini, kamu bisa kecanduan" larang raga.

"Gue mohon ga, gue capek. Gue mau tidur" pinta ayumi lagi.

"Gu...gue mohon ga, gue lelah" ucap ayumi lemah tanpa daya membuat raga bingung. Namun dia kasihan melihat wajah ayumi yang sudah pucat.

"Oke cuma kali ini aja yum" pasrah raga dan memberikan satu pil pada ayumi.

"Dua ga" pinta ayumi.
"Tapi..."
"Kalau satu gak bakal cukup" potong ayumi.

Raga membantu ayumi berdiri dan tidur di ranjang setelah ayumi meminum pil tidur dan tak lama ayumi langsung terlelap.

"Aku gak pernah liat dia kaya gini" pikir raga namun pemikiran raga langsung buyar saat mendengar bel berbunyi.

Raga berjalan keluar dan membuka pintu "jeni, ananda. Masuk" ucap raga saat melihat jeni dan ananda.

"Kalian pasti mau bertemu ayumi ya?" Tebak raga dingin.

"Iya, dia ada kan ga?" Tanya jeni.

"Ada tapi dia baru saja tidur" jawab raga santai berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.

"Tidur jam segini, ayumi?. Kayaknya gak mungkin deh" ucap ananda.

"Iya, gak mungkin banget. Raga, apa dia tadi minum obat?" Tanya jeni. Raga tak tau kalau semua keluarga ayumi sudah tau dengan kelemahan ayumi.

"Iya" jawab raga.

"Boleh kita liat dia" pinta jeni.

"Boleh, dia ada di kamar" raga berjalan menuju kamar diikuti jeni dan ananda.

raut wajah jeni dan ananda langsung berubah sedih melihat ayumi yang sedang berbaring di ranjang.

"Bahkan dia tidak bisa tidur tanpa pil. Kapan semua penderitaannya akan berakhir" ucap jeni dengan air matanya.

"dia pasti sedang merasa stres, makannya dia seperti ini. Dia tidak pernah meminum obatnya kalau dia tidak merasa stres" timpal ananda.

my perfect husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang