sepuluh

92 1 0
                                    

Ayumi menatap ruangan sekelilingnya yang masih sangat terasa asing.

ayumi meyakinkan dirinya sendiri kalau dirinya pasti bisa menjadi seorang sekretaris untuk raga.

"Bu ayumi, anda di panggil ke ruangannya pak raga" ucap rina pada ayumi.

"Aduh mbak jangan panggil saya bu dong, saya kan lebih muda dari mbak. Panggil ayumi saja ya" ucap ayumi karena dia jadi merasa canggung jika di panggil ibu.

"Tapi ibu kan istrinya pak raga. Gak sopan rasanya kalau saya panggil nama aja" kekeh rina.

"Gak papa, lagian raga juga gak akan masalah dengan hal itu. Ayumi ya inget" ayumi tersenyum dan langsung bergegas menuju ruangan raga.

"Kenapa ga, ada perlu apa?" Tanya ayumi.

"Aku hanya mau memberi semua jadwal aku aja. Sekaligus jadwal kamu sendiri" raga menyerahkan sebuah amplop.

"Sisanya udah aku kirim via email" timpal raga.

"Oke".

"Oh ya yum, kamu kuliah di jurusan hukum kan?" Tanya raga.

"Dan kamu juga dapet beasiswa kan?" Timpalnya lagi.

"Kenapa emangnya?" Tanya balik ayumi heran.

"Gak papa, aku cuma mau kamu bantu bidang kehukuman di perusahaan ini jika suatu saat perusahaan ini mengalami masalah" jawab raga.

"Tapi raga, gue ini masih kuliah. Masih semester satu lagi, gue belum sehebat itu untuk jadi seorang yang bergelut di bidang hukum" tegas ayumi.

"Aku tau, tapi aku yakin kamu punya kemampuan di sana. Kamu gak akan dapet beasiswa kalau kamu gak hebat" ayumi mati kata.

"Ya udahlah terserah" pasrah ayumi.

Setelah ayumi keluar, raga mengambil sebuah dokumen yang ia dapatkan dari tempat ayumi kuliah.

Raga baru percaya kalau ayumi memang mendapat beasiswa setelah membaca semua dokumen itu. Dokumen itu berisikan semua tentang nilai-nilai yang di dapatkan ayumi dan raga jadi kagum saat dia tau kalau ayumi sudah menjabat sebagai asiten dosen di tempat kuliahnya padahal dia baru semester satu.

****

"Lo kenapa soh do, kok murung gitu" tanya ravan pada aldo yang sedang duduk melamun di teras rumah ravan.

"Ayumi keluar dari kafe gur" jawab aldo murung.

"Gue kan udah bilang do, harusnya dari dulu lo tuh ungkapin perasaan lo sama dia, sekarangkan semuanya udah jadi terlambat" kesal ravan karena selama ini aldo tak pernah mau mendengarkan ucapannya.

"Waktu itu gue takut kalau dia akan nolak gue" sesal ravan.

"iya tapi seenggaknya lo gak akan nyesel kaya gini kan. Seenggaknya lo udah berusaha, kalau sekarang lo berusaha juga kan udah percuma" aldo menyenderkan tubuhnya di kursi.

****

"Ga di luar ada arista tuh" raga menghentikan kegiatannya yang sedang menadatangi dokumen mendengar ucapan ayumi.

"Ngapain dia kesini?" tanya raga.

"Mana gue tau lah ga, gue juga gak nanya dia mau apa kesini" jawab ayumi asal dan keluar dari ruangan karena dia tak mau ikut campur urusan raga dengan arista.

Raga keluar dari ruangannya dan langsung keluar untuk menemui arista.

Raga menghela napasnya saat dia melihat arista yang duduk di dekat ruang kesekretariatan.

Ayumi memanyun-manyunkan bibirnya saat melihat raga melewat di hadapannya.

"Kenapa kamu kesini?" Tanya raga dingin. Dan jangan tanya suasana di sana karena sekarang raga dan arista jadi pusat perhatian seluruh karyawan yang ada di sekitar.

"Aku cuma mau minta maaf sama kamu ga, aku mohoh maafin aku" arista menggenggam pergelangan tangan raga.

"Aku udah maafin kamu kok tapi seperti yang aku bilang kalau semuanya akan berubah termasuk status hubungan kita dan aku juga udah berpikir kalau aku akan mulai menerima ayumi sebagai istri aku" ayumi yang sedang meminum jusnya langsung tersedak mendengar ucapan raga.

"Tapi ga, kamu tuh cintanya sama aku" PD arista.

"Iya memang kemarin dan hari ini aku cinta sama kamu tapi esok, gak ada yang tau" ucap raga tajam.

"Aku gak percaya sama kamu ga, kamu bilang sampai kapanpun kamu gak akan bisa mencintai wanita lain selain aku" kekeh arista.

"Itu kemarin tapi hari ini pendirian aku mulai goyah dan kamu yang merubah segalanya" perkataan raga merubah segalanya. Sekarang para karyawan mulai berbisik-bisik gosip.

"wah aku baru tau kalau arista itu orang yang seperti itu" bisik para karyawan.

Ayumi yang mendengar itu langsung menghampiri raga dan arista.

"Udah ya lanjut nanti pertengkarannya. Sekarang mending kita makan dulu" lerai ayumi dengan candaanya yang pantas di pakai di saat seperti ini.

"Lo, lo cewek yang udah ngerusak segelanya. Lo yang udah rebut raga dari gue" teriak arista memperlihatkan sisi buruknya.

"Kenapa lo jadi nyalahin gue. Raga ninggalin lo karena kesalahan lo sendiri" kesal ayumi yang memang mudah tersulut emosi.

"Iya tapi kalau lo gak hadir di kehidupan kita berdua semuanya gak akan jadi kaya gini" kesal arista.

"Dih nyalahin lagi" polos ayumi dengan wajahnya yang menyebalkan.

"Ga kamu pilih aku kan, kamu gak mungkin pilih dia kan?" Tanya arsita.

"Maaf ris" ucap ya.

"Gak ga, aku gak percaya" teriak arista.

"Kalau gitu aku akan buktiin sama kamu" raga menarik tangan ayumi dan langsung mencium bibirnya, seketika mata ayumi membukat sempurna dan semua karyawan langsung terbawa suasana dan kembali berbisik-bisik.

Raga melepaskan ciumannya dan menatap ayumi dalam.

"Hari ini aku memang belum mencintai kamu, mungkin juga esok aku belum mencintai kamu. Tapi aku akan berusaha mencintai dan menjadi yang terbaik untuk kamu" jantung ayumi berdetak kencang mendengar ucapan raga yang menusuk hatinya.

"Itu yang mau aku denger dari kamu ga" ucap arista.

"Ini udah saatnya kamu terlepas dari aku. Sejak dulu sampai sekarang kita memang gak akan pernah bisa bersatu dan ayumi itu lebih baik untuk kamu" semua orang melongo mendengar ucapan arista.

"Maksud kamu?" Tanya raga tak mengerti.

"Aku mau liat kamu bersama wanita lain karena sekarang aku akan menjadi istri dewa, musuh kamu" jawab arista.

"Yumi aku titip raga ya, maaf udah bikin kamu emosi. Dan raga, makasih atas semuanya, aku selalu sayang sama kamu. Selamat tinggal" setelah mengatakan semua itu arista langsung pergi.

my perfect husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang