delapan belas

96 2 1
                                    

Ayumi duduk di halte bis dengan air mata yang masih mengalir di pipinya. Kesabaran dalam dirinya sudah benar-benar habis dengan semua perlakuan ibunya. Selama ini ayumi selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk sang ibu hanya demi mendapatkan kasih sayangnya. Sampai-sampai ayumi harus menderita insomnia karena harus selalu belajar sepanjang malam.

Dulu ayumi bukanlah gadis yang cerdas. Dia hanya gadis biasa. Tapi saat dia melihat ibunya sangat senang saat kakak nya mendapat nilai yang bagus, dari sanalah dia mulai belajar setiap malam agar dia bisa mendapat nilai yang baik. Namun itu malah berakhir buruk karena akhirnya ayumi harus mengalami kesulitan untuk tidur atau biasa di sebut insomnia, ya meski dia jadi murid paling pintar.

Ayumi mengusap tangannya yang terasa sangat dingin. Apalagi sekarang hujan lebat mengguyur jakarta. Hingga akhirnya ayumi merasakan kehangatan saat jaket seseorang menyelimuti tubuhnya.

"Kamu pasti kedinginan, gimana kalau kita pulang sekarang?" Ajak raga. Ya raga lah orang itu.

"Entahlah, tak ada rumah bagi ku untuk tinggal. Semuanya terlihat sangat semu" ayumi menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Rasanya tak ada lagi orang yang bisa ia jadikan tempat untuk singgah.

"Apa aku bukan orang yang baik untuk kamu jadikan sandaran. Apa aku tak pantas?" Ayumi mengangkat kepalanya dan menatap wajah raga.

"Bukan begitu, aku hanya terlalu takut. Aku takut kalau semuanya akan berakhir sama dan kembali merasakan rasa sakit. Aku terlalu takut kalau aku tak sanggup menghadapinya lagi. Dan lebih menakutkan lagi karena aku tak pernah mengingat kesalahan yang aku lakukan hingga aku tak bisa memperbaikinya" raga menghela napasnya berat. Dia menarik ayumi ke dalam pelukannya. Raga memang tak tahu banyak tentang masalah ayumi, tapi dia mengerti dengan rasa takut yang ayumi rasakan.

"Tapi setidaknya kamu harus mau mencoba. Mencoba itu bukan pilihan yang buruk" raga melepaskan pelukannya dan mengusap air mata ayumi.

"Kamu mau kan mencobanya, aku akan membantu mu?" Tanya raga meyakinkan ayumi. Ayumi menganggukan kepalanya.

"Ya sudah, ayo kita pulang, aku merasa sangat lelah dan aku juga yakin kalau kamu juga lelah" ajak raga dan menggenggam tangan ayumi.

"Tapi mobil kamu di mana?" Tanya ayumi karena dia tak melihat mobil raga.

"Aku denger kalau kamu suka hujan-hujanan. Jadi kita pulang jalan kaki sambil ujan-ujanan" jawab raga.

"Pasti ananda deh yang ngasih tau kamu" tebak ayumi.

"Iya, kayaknya dia tau banyak banget tentang kamu" ucap raga.

"Dia emang yang paling tau semuanya" senang ayumi.

"Yuk" raga menarik tangan ayumi tapi ayumi langsung menahannya.

"Kenapa?" Tanya raga.

"Kita pake jaket ini berdua ya, kamu bisa masuk angin kalau langsung di guyur hujan. Apalagi ini udah malem" khawatir ayumi.

"Bilang aja kalau kamu mau romantis-romantisan sama aku" goda raga.

"Apaan sih ga" kesal ayumi.

Mereka berjalan di bawah hujan yang gerimis dengan jaket yang menutupi kepala mereka berdua hingga mereka sampai di apartement.

"Ah akhirnya sampai juga. Ayo kita masuk" ajak raga tanpa melepaska genggamannya.

Raga dan ayumi masuk ke dalam apartement "aku mandi duluan ya ga" pinta ayumi.

"Kenapa gak bareng aja" goda raga membuat ayumi memelototkan matanya.

"Mesum banget sih ga, ketularan sama siapa?" Kesal ayumi dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Imutnya" ucap raga melihat wajah malu-malu ayumi yang sangat jarang.

****

Ayumi berdiri di depan jendela kamar melihat langit malam yang begitu indah yang di hiasi bintang-bintang.

"Apa langit lebih indah dari pada aku?" Ucap raga setelah selesai berpakaian dan memeluk ayumi dari belakang.

"Tentu saja, setidaknya keindahan langit tak pernah menipu" ucap ayumi.

"Jadi maksud mu keindahan ku menipu hmm?" Ayumi tersenyum mendengar pertanyaan raga.

"Tentu saja, kamu itu jika di lihat dari jauh terlihat sempurna, tapi saat dari dekat banyak sekali yang perlu di tawar. Apalagi sikap dingin mu itu yang membuat siapapun akan sebal melihatnya" ucap ayumi sambip terkekeh.

"Begitu ya" ucap raga dan menggelitik pinggang ayumi hingga ayumi tak dapat diam karena merasa kegeliaan.

"Ga hentikan geli, hahaha ga udah" ayumi menepuk tangan raga dan berlari.

"Mau kemana kamu hah?" Raga bersiap menangkap ayumi dan berjalan menedekatinya. Namun sialnya raga malah tersandung karpet lantai dan jatuh menimpa ayumi. Untungnya mereka jatuh tepat di ranjang.

"Aduh ga, badan kamu berat banget sih" kesal ayumi sambil berusaha mendorong tubuh rag, tapi raga sama sekali tak beranjak.

Raga mendekatkan wajah nya ke wajah ayumi. Ayumi menutup matanya saat wajah raga sudah benar-benar dekat dengan wajahnya. Hingga ayumi dapat merasakan bibir basah raga menempel di bibirnya.

Raga tersenyum karena ayumi sama sekali tak menolak perlakuannya. Tangan raga mulai bergerak membuka kancing ayumi dan mungkin di sinilah kisah mereka baru di mulai.

my perfect husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang