part 24

2.7K 89 12
                                    

"Din, tiga hari lagi abang harus balik ke Jakarta"

Dengan sepontan Dinda langsung menghadap Fajar, membuat Fazar menghentikan kegiatan nya mengeringkan rambut Dinda.

Tanpa di duga-duga bukan nya menjawab ucapan Fazar, Dinda langsung menghambur ke pelukan Fazar. Fazar kaget akan perlakuan Dinda namun setelah beberapa detik kemudian Fazar pun membalas pelukan Dinda ia langsung mengelus-elus punggung Dinda.

Cukup lama Dinda di pelukan Fazar, setelah itu bahu Dinda sedikit bergetar, menandakan bahwa kini Dinda sedang menangis.

Fazar sedikit, mengurai pelukan nya lalu menatap wajah Dinda, Fazar menangkup wajah Dinda yang telah basah oleh air mata.

"Maaf ya abang gak bisa temenin kamu lebih lama lagi di sini, abang banyak tugas kampus yang harus di selesai secara langsung gak bisa dikirim lewat email"

"Ta..tapi Dinda, masi ka..kangen sama abang, a..abang kan belum lama di sini, kita belum jalan-jalan berdua" kata dinda sambil terus sesegukan.

"Abang juga masih kangen sama kamu, maafin abang ya gak bisa jadi abang yang selalu ada buat Dinda"

Dinda menggelengkan kepalanya, lalu menghapus sisa air mata nya dengan tangan.

"Enggak, abang itu, abang terbaik yang ada di dunia ini, maaf ya bang, Dinda sempat egois. Dinda ngerti kok kenapa abang gak bisa di sini lama-lama "

Kini Fazar kembali memeluk Dinda.

"Bang, besok Dinda mau ke kebun binatang"

"Kebun Bintang? "

"Iya, kan abang tiga hari lagi balik ke Jakarta, jadi mulai besok kita harus jalan-jalan berdua, biar nanti kalok abang balik Dinda gak nyesel karna belum sempat jalan-jalan sama abang"

"Tapi kan besok kamu sekolah"

"Besok, Dinda suruh Tika buat surat, izin"

"Yaudah, kalok itu mau adek abang tersayang"

"Yaudah sekarang, kamu tidur ya, besok kan kita mau jalan-jalan"

Fazar pun melepaskan pelukan nya kepada Dinda.

"Yaudah, tapi abang temenin Dinda tidur ya, abang usap-usap kepala Dinda sampai tidur. Kayak dulu"

"Iya, yaudah sini, rebahan" kata Fazar sambil memukul-mukul bantal mengisyaratkan supaya Dinda segera merebahkan kepala nya di sana.

Setelah Dinda merebah kan diri nya, kini Fazar mulai mengusap-usap kepala Dinda dengan lembut. Dinda pun memejam kan mata nya, menikmati usapan lembut di kepala nya.

"Din, mama sama papa sering nanya kabar kamu? "

"Enggak, jarang banget, nanya kabar kalok mereka lagi gak sibuk aja, lebih sering abang yang nelpon Dinda" jawab Dinda,  masi tetap dengan mata terpejam.

"Yaudah kamu sabar aja ya, mungkin emang mereka lagi sibuk di sana"

"Emang lebih penting uang atau anak si, bang? "

"Ya anak lah, mama sama papa kan cari uang karna sayang sama anak"

"Hem... " Dinda hanya menjawab dengan gumaman, di sudah bosan dengan alasan yang selalu sama di berikan orang tua nya dan juga abang nya.

"Oiya, gimana kamu di sekolah udah punya pacar? " kata Fazar mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Emang penting ya punya pacar? Lagian emang abang bolehin Dinda pacaran"

"Di bilang penting ya enggak juga si. enggak, tapi kan mana tau aja, masa si gak ada yang deketin adik, abang yang cantik ini" kata Fazar sambil mencubit gemas pipi Dinda.

my police husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang