Kembali Dekat

38 4 0
                                    

Matahari belum menampakkan wajahnya. Langit masih gelap dan bertabur bintang. Namun semua anak sudah berkumpul di aula, dengan yah... masih dengan baju tidur. Masih dengan muka bantal dan rambut yang tidak terlalu rapi. Banyak pula yang kedinginan dan maish mengantuk. Jam 5 pagi, mereka melakukan senam bersama. Dipimpin oleh, Valent. Ya, dia salah satu panitia, bukan? Senam dimulai, senyum dan tawa mulai lepas. Dengan tempo yang semakin cepat, semua langsung terjaga dan bergembira sebelum surya menyapa.

"Angkat kaki kanan! Kaki kiri! Tangan kanan! Tangan kiri! Lalu melompat! Ayo!" teriak Valent, "Yang pake jaket, copot jaketnya! Copot hoodienya! Pikirkan hangat maka tidak akan kedinginan!"

"KANAN! KIRI! KANAN! KIRI! HEI! KANAN! KANAN! KIRI! KIRI! KANAN! KANAN! KIRI! KIRI! HEI!" seru semua peserta retret sambil menggerakkan anggota tubuhnya. Tawa-tawa mengembang ceria, apalagi saat diadukan antara Putra Altar dengan Putri Sakristi. Teriakan bernada rendah membuat tertawa para perempuan.

Tak lupa doa pagi yang juga dipimpin oleh Valent. Ia memimpin doa dengan begitu khsyuk dengan suara yang lembut. Sungguh! Doa dalam bentuk nyanyian yang ia kumandangkan pun begitu syahdu terdengar. Pagi hari itu pun terasa begitu damai.

***

"Kalian sekarang mandi, lalu cepat ke sini. Jam 6 misa sudah dimulai. Sekarang jam 5 lewat 45 menit, kalian punya waktu 15 menit. Silahkan kembali ke kamar masing-masing sekarang," ujar Om Russel. 15 menit. Para peserta pun langsung ribut karena merasa bahwa 15 menit tidaklah cukup untuk mandi dan bersiap-siap bagi 2 orang. Apalagi kamar mandi yang ada tidak cukup untuk dipakai berdua.

"Gila yah, 15 menit doang astaga... Belum nyampe kamar udah mesti ngumpul lagi kali," ujar Natanya. "Ya makanya jangan banyak ngomel. Sekarang langsung lari cepetan elu mandi duluan. Awas lu lama-lama gue jitak!" seru Adhara sambil menarik tangan Natanya berlari menuju kamarnya.

"Cepetan ya!" teriak Adhara kepada teman sekamarnya itu yang baru saja masuk ke kamar mandi. "Gue baru masuk bahkan!" jawab Natanya.

10 menit sudah berlalu. Adhara menunggu sambil cemas. Ia juga mau mandi, namun Natanya belum juga keluar. Tak lama, pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Natanya yang langsung ditoyor Adhara. "Gila ya lu, gue bisa kaga mandi!" seru Adhara. "Masih ada 5 menit. Lu cepet aja sono!" Adhara memang mandi dengan cepat. Hanya 3 menit yang ia butuhkan. Ya, asal sabunan dan bilas saja, yang penting bersih dan tubuh kembali segar.

Tanpa mengeringkan dan mengikat rambut, mereka berud alangsung kembali berlari ke aula dan duduk untuk misa. Tentunya cukup banyak anak yang telat saat masuk aula. Ketika misa sudah dimulai, mereka baru masuk. Waktu yang diberikan memang sengaja mepet, agar para peserta bisa bergerak cepat dan bertanggung jawab atas lamanya waktu yang diberikan. Misa dipimpin oleh Romo Markus, romo pendamping Putra Altar dan Putri Sakristi yang ikut mendampingi retret ini.

Setelah misa, para peserta retret langsung diarahkan ke ruang makan untuk sarapan. Cukup nikmat makanan pagi itu. Ada sup, bakwan, kangkung, dan teh manis hangat.

Adhara memilih untuk duduk di meja yang cukup panjang, dengan harapan akan ada teman yang mau makan bersamanya. Tentunya Adhara pasti ditemani oleh Natanya, Tania dan Evelyn. Tania dan Evelyn cukup dekat dengan Adhara karena mereka sering bertugas bersamanya. Adhara baru saja selesai berdoa sebelum makan. Tiba-tiba kursi di hadapannya diduduki sahabat laki-lakinya itu. Yap, Valent. "Hai, gue makan di sini ya," ujarnya lembut. Adhara hanya bengong melihat kehadiran Valent yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Apalagi ketika valent duduk, Natanya, Tania dan evelyn memilih untuk pindah ke meja lain. "Ga gue ganggu deh kalian berdua," ujar Natanya sambil tersenyum. "Jagain tuh si Adhara. Awas lu bikin nangis!" seru Evelyn, sedangkan Tania meninggalkannya sambil tertawa kecil.

"Boleh kan gue makan di sini?"tanyanya lagi. "Iya boleh kok," jawab Adhara dengan senyuman. Masih terasa canggung, wajar karena mereka sudah terpisah jarak untuk waktu yang cukup lama. "Tumben mau makan di sini. Ga ama panitia yang lain?"tanya Adhara. "Engga ah. Lagipula, gue juga kangen ama lu. 5 hari total ya berarti gue harus hargain waktu lah," ujarnya cuek. Masih seperti Valent yang dulu, nada bicaranya cuek sekali. Inilah yang kadang membuat Adhara kesal. "Gimana Mertoyudan, pak?" tanya Adhara sambil tersenyum. "Yah... jadi gue itu..." Dan berlanjutlah mereka mengobrol bersama sambil terkadang diselingi tawa. Banyak anak yang melihat ke arah mereka berdua, apalagi dengan posisi meja mereka yang berada di tengah ruangan. Rindu yang melanda terpuaskan sudah pagi itu. Kala sepasang sahabat bertemu dengan status pribadi yang berbeda kini. Adhara yang masih seorang siswi kelas 2 SMA sedangkan Valent, seorang seminaris.

***

"Bilangnya ikut retret. Kenyataannya juga dia gak ada," pikir Natanya. Matanya menelusur ke seisi ruang makan, Aldo masih belum terlihat sudah. Natanya menghela napas, lagi-lagi mau saja dibohongi.

Ia pun menaruh piring dan gelas yang sudah ia gunakan lalu berjalan menuju kamarnya sambil bersungut-sungut. Kesal? Marah? Ya tentu saja! Ia paling bersemangat ketika tahu Aldo ikut retret juga. Lalu tiba-tiba ia menghilang saja. Langkah jalannya dipercepat, ia segera masuk ke area kamar tidur. Tanpa sengaja... GUBRAK!

"Aduuuuh woi klo jalan pake mata elah!" teriak Natanya pada orang yang menabraknya itu.

"Eh, iya maaf... kamu ga kenapa-kenapa kan?" ujar orang yang menabraknya tadi sambil mendekati Natanya.

"Iya gue ga kenapa-kenapa kok,"

"Nat?"

"Aldo? Lah lu retret... tapi kemaren kan lu gak ada..."

"Gue nyusul jadi baru sampe hari ini. Nih lu ga liat koper gue?"

"Oooh... Baru gue kira lu bohongin gue."

"Lah?"

"Kan lu bilang lu ikut retret. Terus gue liat lu engga ada. Baru aja mau gue maki-maki lu."

"Yaelah jahat amat, bu. Eh kamar gue di seberang kamar elu loh. Lebih tepatnya seberang kamar Ko Valent. Jadi kamar kita deketan."

"Pantesan tadi malam kosong, gue mikir apa berhantu gitu."

"Jadi gue setannya?"

"Iya."

"Kurang ajar lu yaaaaaaaa" teriak Aldo sambil mengejar Natanya yang sudah tertawa terbahak-bahak.

Mereka berdua sudah tiba di depan kamar Aldo. Pintu dibuka. Terlihatlah kamar yang tidak terlalu luas, dan entah kenapa lampunya sudah menyala. Saat pintu dibuka, udara sejuk pun teras, mungkin karena embun pagi masuk ke dalam ruangan. "Do, kok lampu kamar lu udah nyala sih... kan elu baru dateng," ujar Natanya heran. "Jangan-jangaaaaan...." bisik Aldo, "ada.... SETAAAAAAAN!" "AAAAAAAAAAAAAAAAAH" jerit Natanya. Mukanya langsung memucat dan ia langsung lemas. "HAHAHAHAHA!" tawa Aldo. Ia tertawa sampai wajahnya memerah dan mengeluarkan air mata. "Engga, engga. Tadi gue udah ke sini duluan sebelum ambil koper. Makanya gue tau posisi kamar gue deket ama kamar lu,"ujar aldo sambil tersenyum nakal. "Mati aja lu, jir." Natanya dan Aldo seketika hanya terdiam. Di ambang pintu. Menatap satu sama lain. Begitu dalam. "Aku sayang ama kamu, Nat," ujar Aldo sambil tersenyum. Natanya langsung tersipu malu, wajahnyayang memerah membuat Aldo yang bersandar ke dinding menjadi tertawa. "Udah ah! Cepetan mandi, Do!"

Is It A Sin for Me to Love You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang