Hanya Adhara satu-satunya Putri Sakristi yang berada di dalam aula, sementara sisanya adalah Putra Altar yang jeumpalitan ke sana kemari. Adhara duduk di tengah. Sendirian. Tatapannya kosong. Ia melamun rupanya. Sebuah sentuhan lembut di pundaknya langsung membuatnya tersentak kaget. "Jangan melamun elah!" serunya. "Yawlah ngagetin aja," ujar Adhara. "Ke luar sebentar yuk!" ujar Valent sambil menarik tangan Adhara supaya ia berdiri dan mengikutinya.
"Napa, Val?" tanyanya. "Kamu udah tau kan, aku mau jadi imam. Aku juga seorang seminaris sekarang. Aku tahu ini mungkin tidak baik. Aku sudah berbicara dengan Romo Markus dan Romo Christian juga. Masih inget Romo Christian kan? Sekarang kan dia di sini. Dan mereka berdua mengiyakan keinginanku.... Namun berkata bahwa aku ga boleh goyah dalam panggilanku dan ini berada dalam tanggung jawabku," ujarnya serius. "Lah, emang kamu mau ngapain tah Valent. Ampe ga boleh goyah. Serius amat," ujar Adhara lembut. "Mau ga kamu jadi pacar aku? Aku ga bercanda. Aku tahu ga selamanya kok. Kamu ga akan mengganggu aku. Aku tahu pada akhirnya mungkin kamu akan tersakiti...." ujarnya gugup,"Jika kamu ga mau juga...tidak apa-apa." Valent menatap mata Adhara. Matanya coklat gelap dan berkilauan. "Aku..." ujar Adhara sambil tertunduk. Ia agak ragu dan malah takut. "Ya aku mencintainya... Romo mengiyakan. Adhara, kau tak boleh menariknya keluar," ujar Adhara dalam hati. "Ra?" "Ya aku mau..." Di bawah bintang mereka saling menatap dalam diam namun terhias senyum.
Sebuah tepukan terasa di pundak Adhara. "Romo Christiaaaaaaaaan!!!!!" jeritnya sambil langsung memeluk imam itu. "Sumpah kangen ama romo. Kangen dulu romo yang ngelantik aku jadi pengurus OSIS!" serunya. "Sekarang Adhara kelas berapa? Masih di Santa Ursula?" tanyanya. "Masih dong!" seru Adhara. "Setia sekali kamu sama sekolah Ursulin ya. Heh Valent, jangan kau sakiti perempuan ini loh ya!" ujar Romo Christian sambil tertawa, "jangan jatuh juga kau." Romo Christian lalu berbisik kepada Valent, "Salinglah kalian mendukung. Jangan korbankan panggilanmu. Ia juga akan masuk biara setahuku." "Baik, Romo!" seru Valent dengan mantap. "Ra, kamu foto bareng Romo Christian deh! Cepetan aku fotoin!" seru Valent lagi. 4 gambar terambil sempurna, Adhara dengan Romo Christian, Valent dengan Romo Christian, Adhara bersama Valent dan satu lagi foto mereka bertiga yang diambil oleh Aldo yang kebetulan lewat. Aldo tidak merasa aneh ataupun curiga. Tidak ada orang yang tahu selain mereka sendiri dan Romo Christian.
Sementara Romo Christian berjalan meninggalkan mereka, Valent hanya memandangi Adhara yang menengadahkan kepalanya ke langit. Menatap bintang-bintang yang hampir tak pernah berkelip di langit Jakarta.
***
"Oh my God gue laper banget astaga!" seru Natanya. "Gue juga mo makan gila gue bisa nambah 2 kali kayaknya," ujar Adhara sambil bersandar kepada Natanya. "Nat, minta Aldo suapin tuh!" seru Adhara. "Idih ogah!"
"Lah kok ogah? Pacar sendiri loh."
"Ga mau jir."
"Halah ga mau ae lu. Padahal sebenernya pengen banget. Kan so sweet gitu. Kalo beneran kayaknya lu langsung melayang-layang deh."
"Hehe iyah..."
"Uuu dasar!" seru Adhara sambil mencubit pipi Natanya. "Nat, emangnya kamu mau aku suapin?" tanya aldo. "Iya lah!" seru Natanya keras-keras. Jelas seisi aula langsung terdiam dan menatapnya. Dasar memang anak itu asal ceplos saja, bahkan ia kayaknya tidak sadar kalau Aldo betul-betul berada di hadapannya. Sementara Adhara sudah tertawa sambil memegangi perutnya. "Lah kok lu ketawa, Ra?" tanya sahabat perempuannya itu. "NGAKAK WOI LU DITANYA TADI ELAH 'MAU DISUAPIN?' TRUS LU JAWAB IYA JAHAHAHAHHAHA!!!!!!" serunya sambil tertawa keras. Kini Natanya yang terdiam. "Wat de hell GUE ABIS NGAPAIN YAWLAH..." pikirnya. Ia hanya mengembangkan senyumnya sambil tertawa kecil "Hehehehe...." suasana malah menjadi aneh dan awkward. Sementara Aldo yang berdiri di hadapannya hanya tersenyum menahan tawa. "Natanya.... Natanya..."***
Kali ini hanya makan berdua saja. Natanya hanya mengaduk-ngaduk nasinya. "Nat, lu bilang lu laper banget. Lah kok malah ga makan sama sekali?" tanya Adhara. "Ra, gue takut..."bisiknya. "Hah? Takut? Takut apaan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Is It A Sin for Me to Love You?
Romance"Aku mencintainya, sungguh, namun ia bukan milikku," Bermula sebagai sepasang sahabat, Adhara dan Valent bertumbuh dalam kasih yang amat dalam. Mereka saling mencintai. Namun, mencintai tak harus memiliki bukan? Karena terkadang level tertinggi dari...