Kenangan Lama

72 5 0
                                    

Jam dinding kamarnya sudah menunjukan pukul 12 malam. Natanya memang sudah terbaring di tempat tidurnya, ditemani beberapa boneka yang ia koleksi sejak kecil.

Ping! Handphone Natanya kembali berbunyi. Sebuah notifikasi Line masuk rupanya. Deg! " Aldo..."

Aldo123 : Hi! Sorry ganggu malem2 gini. Cuma mau nyapa aja

Natanya: Oh iya gpp kok. Kok lu blm tidur?

Aldo123: Msh kebut ngerjain tugas nih. Hehe...

Natanya: Oh. Ywd gw tidur dlu.

Aldo123: Oh udh mo tidur ya. Duh map td ganggu. Ywd met mlm Nat.

Natanya: bye

"Astaga gue abis ngapain.... Aldo dapet Line gue dari mana coba.. Jangan-jangan dari si Adhara lagi. Duh, Ra, ngapain ngasih kontak gue ke dia coba. Mana gue ama Aldo udah lama ga ngomong lagi," pikir Natanya. Ia teringat kejadian tiga tahun yang lalu, saat mereka duduk di kelas 8. Kejadian yang membuat dirinya berupaya menjauhi Aldo dan juga kejadian di mana ia menyesal karena tidak mengikuti kata-katanya. Dan perkataan Aldo saat itu memang terbukti, hanya saja bukti tersebut membuat Natanya kembali tersakiti dan ditinggalkan untuk kesekian kalinya.

***

Malam itu Aldo tidak bisa tidur sama sekali. Terus terngiang dalam pikirannya, apa yang baru saja ia lakukan di Katedral sore itu. "Kenapa gue bisa ketemu lagi ya ama dia?" pikirnya.

Di tengah kegelapan kamarnya, ia meraih handphonenya dan membuka aplikasi Instagram. Dicarinya nama akun dengan kata kunci 'Natanya'. "Lah ketemu! Ga diprivate lagi. Yes!" serunya. Tertulis di profile akun itu, ID Line si pemilik akun. Tak tunggu lama, Aldo pun sudah memiliki kontak Line milik Natanya.

"Apa gue chat aja ya? Masih bangun ga tuh anak?" ujarnya dalam hati. "Hi! Sorry ganggu malem2 gini. Cuma mau nyapa aja" ketiknya. Pesan sudah terkirim. "Eh dibales. Cepet juga," ujarnya kembali. Hanya terjadi percakapan yang sangat singkat, namun mampu memuaskan kerinduan Aldo yang sudah begitu lama. Ia teringat kejadian 2 tahun yang lalu, saat mereka kelas 8. Percakapan yang membuat mereka saling diam dan menjauh.

2016. Baru ada mereka berdua di sakristi. Merasa begitu hening, mereka berdua pun duduk di lorong depan sakristi dalam diam. Natanya yang hanya duduk termenung sementara Aldo di sampingnya hanya menatap wajah Natanya yang merah padam. "Lebih baik putus saja, Nat. Dia bahkan udah nyuekin elu hampir sebulan. Nat, percaya gue dia udah ama cewek lain!" seru Aldo yang langsung memecah keheningan. "Lu punya hak apa sih? Do, gue masih sayang banget ama dia. Gue percaya dia ga akan sebegitu teganya ama gue. Gue yakin, Dexter sayang gue kok..." jawab Natanya sambil menahan amarah dan air mata yang hampir tumpah. "Nat, justru gue juga sayang ama lu! Gue udah ngenal elu lebih lama daripada si Dexter itu! Jauh lebih lama! Gue gam au lu disakitin lagi ama cowok brengsek kayak dia!" teriak Aldo tanpa memedulikan di mana ia berada saat itu. Aldo yang sudah berdiri di hadapan Natanya, melihat kerapuhan yang amat dalam. Kekecewaan yang tak lagi dapat dibendung. Air mata Natanya pun tumpah seketika. "Do, gue ga peduli. Dexter itu pacar gue. Gue tau, gue beda 3 tahun ama dia. Mungkin gue terlalu bocah buat dia. Tapi jika dia ampe begitu pun, gue ga bisa dibegoin. Do, mendingan lu aja deh yang pergi... Please, leave me alone.. I don't need you though," ujar Natanya dengan suara bergetar, "udah ya gue mau tugas."

Walaupun memang, akhirnya Natanya ditinggalkan oleh Dexter, buktinya Natanya tak pernah mencari Aldo lagi. Sapaan juga tak pernah lagi terdengar. Jarak mereka semakin jauh dan akhirnya mereka sibuk dengan dunianya masing-masing, sampai akhirnya kembali berbicara karena hal ketidaksengajaan.

Aldo sangat senang karena sore tadi bisa kembali berkomunikasi dengan Natanya, yang sudah ia kenal sejak SD. Pengalaman terdekat mereka adalah saat mereka hendak menerima Komuni Pertama dan sejak saat itu, mereka bagaikan kakak adik yang tak terpisahkan.

"Akhirnya, terima kasih Tuhan. Kau beri aku kesempatan untuk berbicara dengannya lagi."

***

Masih dalam keheningan kamarnya, Natanya terbaring dengan mata yang masih segar. "Bohong ada tugas. Dia bukan tipe yang ngerjain tugas ampe tengah malam begini kok. Dasar!" pikirnya. Natanya perlahan memejamkan matanya, berusaha tertidur agar esok tidak kembali terlambat ke sekolah.

***

Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Natanya segera menemui Adhara yang baru saja keluar dari kelasnya. "Woi! Adhara! Ci!" teriaknya dari ujung lorong sambil melambaikan tangannya. Adhara pun bergegas menghampiri Natanya. "Paan sih? Udah sambil jalan aja ngomongnya. Gue laper, mau ke kantin," kata Adhara sambil membuka dompetnya yang berisi selembar uang berwarna biru.

"Eh, lu kasih Line gue ya ke Aldo? Kok dia bisa ngechat gue tengah malem?" tanya Natanya.

"Paan sih. Eh gue kenal aja kagak ama si Aldo itu. Makanya kan kemaren gue tanya itu siapa. Malah elu kan yang kenal duluan. Dari Instagram kali," ujar Adhara.

"Dia engga DM, langsung Line. Ya, gue accept sih."

"Kan di profile Instagram, lu nulis ID Line lu sendiri. Gimane sih. Akun lu juga ga diprivate kok. Udah sekalian dia follow kali."

"Oh iya yah... Astaga, gue yang nulis gue yang lupa."

"Dasar nenek!" seru Adhara sambil menoyor kepala Natanya

Adhara memperhatikan Natanya yang tertawa saat itu. Ketika mereka sudah menemukan tempat duduk, kembali lagi Adhara bertanya. "Emang kenapa sih si Aldo itu?" tanya Adhara dengan penuh rasa penasaran. "Oh.. dia.."ujar Natanya pelan. "Udah cerita aja sih," seru Adhara lagi. Sambil memakan bekal mereka masing-masing, Natanya bercerita panjang lebar tentang dirinya dan Aldo sejak dulu, dan tak lupa kejadian yang membuat mereka saling diam dan menjauh.

Setelah mendengar cerita dari Natanya, ia pun mengerti. "Pantesan pas kemaren lu kayak awkard gitu ama dia. Yauda, berarti kalian pounya harapan buat baikan dong?" tanya Adhara kembali. "Entahlah.. Kejadian dulu memang pada akhirnya gue yang salah. Kenangan-kenangan dulu emang bikin gue kangen ama Aldo. Tapi gue ga tau gimana cara memulai kembali."

Natanya melihat kalender di handphonenya. Terlihat jadwal di tanggal 25 Juni, tertulis di sana "RETRET PA PS YEEEY". Ia mengingat-ngingat berapa Putri Sakristi yang ikut. Memang tidak banyak, hanya 37 orang saja. "Kira-kira Putra Altar berapa ya? Dexter? Duh jangan inget dia lagi, dia juga pasti dateng. Aldo?"

Is It A Sin for Me to Love You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang