"Maaf, Nat..." ujar Adhara sambil mengelus punggung Natanya. Baru saja mereka kembali dari bandara. Natanya yang sudah seenggukan di depan Museum Katedral, menekuk kakinya, menyandarkan wajahnya pada kedua telapak tangannya. "Kenapa dia ga kasih tau gue..." isaknya. "Mungkin dia takut lu jadi sedih," ujar Adhara.
"Tapi kalo begitu kan gue bisa siapin mental. Gue juga lama-lama bisa ngerti kok, Ra..."
"Iya sih..."
"Valent tau dong berarti. Kok dia ga kasih tau gue?"
"Aldo minta ga kasih tau ke elu."
"Lu juga tau, Ra?"
"Gue baru tau pas kita di Starbucks. Gue juga ga bisa terang-terangan. Gue takut lu syok."
"Justru gue lebih syok sekarang... Pantesan..."
"Maafin gue, Nat. Lu jangan marah ya ama Aldo. Dia pengen bisa memiliki elu gitu loh."
"Yaudah gue juga mau kok. Gue ga masalah. Tapi kalo kayak gini, itu kayak mempermainkan gue tau ga. Kalo dia mau jadi romo juga gue dukung kok..."
"Udah-udah..."
"Dexter tau lagi jangan-jangan?"
"Pasti lah..."
Lalu dari arah kanan, terdengar suara langkah kaki. Seorang lelaki tinggi berdiri di hadapan mereka berdua yang duduk bersandar pada dinding. "Udah, Nat. Kamu harus merelakan dia pelan-pelan..." ujarnya. "Ko Dexter?" seru Adhara. Ia pun memilih minggir, membiarkannya menenangkan Natanya yang sudah tidak karuan isi hatinya. Ia mundur dan memperhatikan mereka dari jauh.
"Seharusnya mereka belum ke seminari kan yah," pikir Adhara. Ia mengeluarkan handphonenya lalu mengirimkan pesan Line ke Valent.
Adhara: Val. Blm di seminari kan?
Sementara Valent yang masih berada di bandara, di kota yang berbeda, membalas pesan Adhara.
Valent: blm. Msh nongkrong di bandara. Napa?
Adhara: eh ada Aldo ga?
Valent: lagi ke toilet sih. Napa Ra?
Adhara: sori bgt aku td keceplosan pas kalian udh jln...
Valent: hah? Keceplosan apaan
Adhara: dia udah tau
Valent: Aldo?
Adhara: iyah... gimana nih. Dia syok bgt.
Valent: kalian di mn?
Adhara: udh balik. Lg di katedral.
Valent: dia nangis?
Adhara: ya iyalah jelas. Skrg dia lg di dpn museum. Ama dexter. Lg ditenangin ama dexter sih
Valent: baguslah
Adhara: maaf ya
Valent: jgn minta maaf. Pasti kalo bukan sekarang juga ntar dia tau. Tapi gpp skrg. Daripada makin syok lg.
Adhara: ksh tau Aldo ya ttg ini
Valent: iya
Valent: makasih ya udh dukung aku
Adhara: santuy. Awas ya kalo udh make kasula trs lupa ama aku.
Valent: no i won't la. Jgn2 kamu lg yang bakalan lupa
Adhara: doain engga
Adhara menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. Valent bisa saja membuatnya tertawa. Ia kembali memandang Natanya yang sudah tenang dalam pelukan Dexter.

KAMU SEDANG MEMBACA
Is It A Sin for Me to Love You?
Romance"Aku mencintainya, sungguh, namun ia bukan milikku," Bermula sebagai sepasang sahabat, Adhara dan Valent bertumbuh dalam kasih yang amat dalam. Mereka saling mencintai. Namun, mencintai tak harus memiliki bukan? Karena terkadang level tertinggi dari...