6.

6.7K 231 1
                                    

Siswa kelas XI IPA 4 sudah selesai dengan pendinginan yang dipimpin oleh Cato. Pelajaran kali ini adalah olahraga dengan materi Voli. Sandra dan Elisha berjalan menuju tempat duduk dekat pohon. Mereka memang sengaja duduk di sana unruk beristirahat dan teduh.

"Habis ini mau kemana? Kantin atau ganti baju dulu?" tanya Elisha

"Kantin dulu deh. Gue mau makan dulu. Ganti bajunya agak nantian aja biar keringetnya ilang dulu. Percuma udah ganti baju nanti keringetan. Biar bajunya enggak bau," jawab Sandra

"Oke. Yaudah."

***

Kantin sekolah. Cukup ramai untuk jam istirahat. Karena kebanyakan jika istirahat, tempat tujuannya akan ke kantin. Tetapi, ada juga yang lebih memilih di kelas.

Gali tengah duduk bersama kedua temannya yaitu Bobi dan Adit. Gali duduk sendiri. Sedangkan kedua temannya duduk berdampingan di hadapannya.

"Awas aja tuh anak, kalau nyamperin gue lagi," ujar Gali kepada Adit dan Bobi

"Emang siapa?" tanya Bobi

"Alah, biasa. Sasha. Baru aja diomongin, tuh anak lagi mau ke sini." Adit memberi tahu bahwa Sasha sedang berjalan menuju ke arah mereka. Seketika Gali menjadi tidak mood.

"Anjing, kenapa suka banget gangu gue, sih?" celetuk Gali

Sasha berjalan dengan girang menuju Gali. "Hai Gali. Lagi makan apa?" ujarnya dengan ceria

Sudah menjadi rahasia umum jika Sasha menyukai Gali sejak kelas sepuluh. Ia sudah berulang kali mengajak Gali untuk berpacaran. Gali sudah menolak mentah-mentah. Tetapi, Sasha masih tetap mengejar Gali.

"Apaan sih lo? Ngapain lo di sini?" tanya Gali

"Gue cuma mau sama elo aja," jawab Sasha

Gali mendengkus kesal sambil tersenyum miring. Ia sudah muak dengan Sasha yang sok cantik dan mengejar dirinya terus menerus.

"Bisa pergi, nggak?!" Gali berseru. Suara Gali nyaring. Sehingga, banyak pasang mata menoleh ke arahnya untuk melihat apa yang terjadi.

Sudah menjadi hal maklum jika Gali suka berbuat onar. Bukan rahasia umum juga jika Gali suka berkelahi, bertengkar, dan berdebat dengan beberapa orang yang menganggunya.

"Kok lo malah ngusir gue?"

"Gue muak banget lihat lo. Bisa nggak sih, enggak ganggu gue sehari aja?"

"Lo kenapa, sih?!"

"Elo yang kenapa. Jadi cewek nggak ada harga dirinya. Gue udah muak banget dari dulu sama kelakuan lo. Kalau gue bilang enggak, ya enggak. Nggak usah dipaksa." Gali beranjak dari duduknya. Kemudian ia berjalan dan menubruk bahu Sasha dengan sengaja.

Sasha masih pucat pasi dengan pernyataan dari Gali. Ia mengehela napas kesal. Lalu tersenyum miring. Kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan kantin dan menyusul Gali.

Bobi dan Adit masih tidak menyangkan dengan ucapan Gali yang terbilang savage. Keduanya juga sudah risih dengan kelakuan Sasha yang terbilang terlalu memaksa dan mengejar.

"Gile banget tuh anak bilang begitu," ujar Bobi

***

Gali membalikan tubuhnya. Ia melihat Sasha yang membututinya sejak tadi. Gali kembali mendengkus kesal. Pasalnya ucapannya tadi tidak berpengaruh sedikit pun padanya.

"Lo masih ikutin gue?" tanya Gali

"Kenapa, sih? Lo selalu nolak gue?" Sasha berbalik bertanya. Matanya berkaca-berkaca menatap Gali.

"Gue cuma mau bilang." Gali menghembuskan napasnya kembali. Kini ia menahan emosinya.

"Udah gue tegasin beberapa kali ke elo. Kalau gue nggak ada rasa sama lo."

"Ya, kenapa? Kenapa lo nggak coba?"

"Walaupun gue coba, gue tetap nggak bisa. Karena lo cuma gue anggap sebagai teman aja."

"Kenapa selama ini lo perhatian sama gue?"

Gali mendengkus sinis. "Perhatian? Hah? Darimana? Lo nya aja yang salah mengartikan kata 'perhatian' itu. Nih, ya. Gue kasih tahu. Gue nggak pantes buat elo, ada orang yang lebih baik dari pada gue. Lo kurang aja membuka mata."

"Gue maunya elo."

"Sha. Buka mata lo. Lo nggak bisa nyuruh orang untuk suka sama elo. Jadi, gue mohon elo nggak usah ngemis-ngemis rasa suka itu ke gue. Nanti akan ada orang yang bener-bener memperjuangkan elo. Buka mata lo, dan lihat sekitar lo. Mana yang lebih memperjuangkan elo."

BERANDAL'S √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang