"Bisa ikut gue sebentar gak?" tanya Asep
"Hah? Ke mana?" tanya Sandra
"Sebentar aja, gue nggak akan apa-apain lo kok. Cuma bantuin gue aja," ujarnya meyakinkan Sandra
"Enggak mau gue. Gue mau pulang udah sore," tolak Sandra. Sandra langsung pergi meninggalkan Asep di tempat.
Asep mengejarnya. "Sebentar aja."
Sandra menatap sinis."Gue enggak mau. Lo gak denger?" tanyanya dengan nada ketus
Sandra meninggalkan Asep kembali. Tetapi, buru-buru tangan Sandra sudah dicekal Asep dengan cepat. Sandra tertarik mendekat ke Asep. Sandra berusaha melepas cekalan yang berada si tangannya. Tetapk tetap saja, kian lama semakin mengencang.
"Lepasin gue," ujar Sandra yang berusaha melepas tangannya
"Lo harus ikut gue dulu sebentar."
"Gak mau."
"Harus pake kasar dulu?"
"Lo apaan sih? Gue gak ngerti."
"Makanya lo ikut gue dulu. Nanti lo pasti ngerti."
"Gak mau."
"Ayo ikut gue."
Asep menarik tangan Sandra. Sandra memberontak atas perilaku Asep. Tapi alhasil nihil tenaga yang ia keluarkan tidak berpengaruh kepadanya. Jalanan kali ini juga terbilang sepi. Dan bila Sandra berteriak minta tolong, pasti tidak ada yag mendengar.
"LEPASIN!!" ujar Sandra berteriak
"DIEM BISA GAK?!" Asep membalas ujaran Sandra dengan nada yang meninggu
"LEPASIN GUE!! GUE TERIAK NIH!"
"BISA DIEM GAK LO? KALO ENGGAK LO HABIS!" Asep memperingati Sandra agar ikug saja padanya.
Nyali Sandra menciut karena ujaran Asep. Sandra bingung harus bertindak apa, karena tangannya masih ditarik oleh Asep. Ia tak tahu bagaimana nasibnya setelah ini. Pikirannya buntu tak menemukan jalan keluar. Jalanan juga sepi dan tidak ada kendaraan yang melintas satu pun.
Asep menyeret Sandra sampai di depan sebuah mobil berwarna hitam. Mobil itu di buka dan tanpa aba-aba Asep mendorong Sandra ke dalam mobil. Sandra sedikit terkejut dan terjatuh. Untung Sandra jatuhnya tidak parah.
"Cepet masuk!" katanya sambil melotot
Sandra menuruti ucapan Asep. Ia terdiam tidak tahu harus bersikap bagaimana. Di tempat pengemudi sudah ada orang yang menunggu sehak tadi.
"Kerja lo bagus," ujar cowok ity
"Siapa dulu? Asep," jawab Asep dengan bangga
Sandra bingung harus bertindak bagaimana dengan keadaan sdperti ini. "Kalian mau bawa gue ke mana?" tanya Sandra
Orang yang duduk di pengemudi itu menoleh ke arah Sandra. Lalu ia buka suara, "Hai," sapanya
"Kalian mau apa, hah?!" ujar Sandra dengan nada meninggi
"Wait, nggak perlu marah-marah. Gue nggak akan sakitin elo. Lo tinggal duduk manis aja untuk bantuin gue, okay?" ujarnya sambil tersenyum
*****
Gali menyisir jalanan kota dengan kebut-kebutan. Ia beberapa kali mengklakson kendaraan berada di depannya yang dirasa menghalangi jalan.
Kini ia telah sampai di depan rumah dengan halaman yang luas dan menghentikan motornya.
"WOI!! KELUAR KALIAN" ujarnya pada sang pemilik rumah
"BANCI LO PADA. HARUS PAKE TAMENG SEGALA! SINI KALO BERANI KELUAR. KITA SELESAIKAN DENGAN
CARA LELAKI. DASAR BANCI."Teriaknya semakin keras. Teriakan Gali yang terbilang keras dapat memancing sang pemilik rumah keluar dari rumahnya. Lana keluar dengan Asep yang menyeret paksa Sandra. Sandra hanya menunduk, gemetar tidak tahu musti bagaimana.
Lana menepuk tangan beberapa kali dan tersenyum miring ke arah Gali dengan rasa penuh kemenangan.
"Wow, ternyata lo dateng juga. Gue kira, lo lupa di mana rumah gue? Dan ternyata lo berani juga dateng ke sini, punya nyali lo?" ujar Lana mengejek Gali yang tengah emosi
"Gue nggak punya nyali? Bukannya elo yang enggam punya? Nyatanya lo harus pake orang dulu buat mancing gue. Seharusnya, lo tantangin gue satu lawan satu enggak kaya gini. Banci lo!" Gali mengejek Lana dengan telak. Kini Lana terpancing emosinya.
"APA LO BILANG!?" ujar Lana dengan nada meninggi. Ia menatap Gali dengan penuh emosi dan siap untuk melayangkan pukulannya.
"Lo gak denger? Banci," ujar Gali mengulang kalimatnya
Gali sengaja memancing emosi Lana. Dan itu berhasil Lana sudah terpancing emosinya. Rahangnya mengeras dan sorot matanya telah menunjukan tanda peperangan.
"Kenapa lo? Marah? Gimana gue gak ngomong lo banci. Cara lo emang banci tolol," ujar Gali
Sekarang emosi Lana benar-benar sudah terpancing sekali oleh Gali. Dan sudah di ujung tanduk. Dia tidak bisa menahannya.
BUGH!! BUGH!!
Tanpa aba-aba dua pukulan sekaligus yang amat keras mendarat di pipi kanan dan kiri Gali. Gali hampir saja tersungkur ke belakang jika saja keseimbangan tubuhnya tidak baik.
Gali membalas pukulan ke Lana dengan bertubi-tubi kearah pipi Lana. Asep hanya bengong melihat Lana yang sudah ditonjok habis-habisan oleh Gali.
"LO NGAPAIN CUMA LIHAT GUE?! BANTUIN GUE CEPET!!" ucap Lana sambil menonjok ulu hati Gali. Gali menggerang kesakitan saat tonjokan itu sampai di ulu hatinya. Rasanya menusuk dan Gali menahan napasnya.
Sandra melihat kebrutalan keduanya. Ia tidak tahan dengan itu. Lalu, ia menuju ke arah keduanya dan melerai. "Cukup, cukup," ujarnya dengan gemetar
Keduanya berhenti dengan napas memburu. Masih ada sorot marah antar keduanya. Gali bangkit dari duduknya—menarik tangan Sandra dan pergi meinggalkan rumah tersebut tanpa sepatah kata.
***
Jangan lupa vote dan komennya...
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL'S √
Teen FictionFollow sebelum membaca 🌼REVISI BERTAHAP🌼 🌼NEW VERSION🌼 "Gue tau, walaupun gue itu nakal, tapi kalo tentang seseorang yang gue sayang. Gue akan jaga dengan baik," ucapnya sambil membelai pipi sang gadisnya [18 Januari 2019] [4 Maret 2020]