3.

9.3K 331 3
                                    

Gali membawa pergi Sandra dari rumah Lana. Ia mempercepat laju motornya untuk segera menjauh dari rumah Lana. Ia tak mau jika ternyata Lana malah mengejarnya. Itu malah menjadi masalah lagi.

Sandra mencengkram jaket yang dikenakan Gali. Ia sudah sangat shock dengan kejadian hari ini ditambah Gali yang melajukan motornya dengan kecepatan tinggi itu.

Gali menghentikan motornya di supermarket pinggi jalan. Ia memebelikan air mineral pada Sandra yang terlihat membutuhkan air minum.

"Diminum dulu. Gali menyodorkan air mineral  yang sudah ia buka kepada Sandra. Sandra menerimannya lalu meminum aor mineral itu.

"Maafin temen gue yang udah libatkan elo. Kalau lo lihat dia lagi dan gangguin elo, bilang aja ke gue. Ini nomer whatsapp gue." Gali memberikan secarik kertas pada Sandra yang berisi nomor telponnya dan lengkap dengan nama.

***


Bel sekolah berbunyi dengan nyaringnya. Itu pertanda istirahat. Semua siswa rata-rata berhamburan keluar kelas untuk menuju ke kantin untuk mengisi perut kosongnya. Mungkin menurut anak SMA kantin adalah tempat melepas penat setelah pusing dengan tumpukan-tumpukan buku tebal yang ada di meja mereka. Fisika? Sejarah? Atau lainnya? Itu adalah momok besar bagi mereka yang tidak menyukai pelajaran tersebut.

Sandra dengan Ara berbincang ringan sambil mengunyah makanan mereka masing-masing. Entah topik apa yang mereka perbincangkan, entah itu teman sekelas yang suka menguntit bolpoin jatuh, Lena yang punya cowok baru, atau Ardi yang suka minum air minum bawaan teman sekelasnya diam-diam. Mereka tidak pernah kehabisan topik pembicaraan.

“Tuh, liat deh kesana!” Ara sambil menunjuk salah satu meja di kantin. Sandra mengkuti arah tangan Ara.

"Dia jadi temen kelas gue. Gali Ravino, siapa yang nggak kenal dia? Argh! Gue nggak nyangka dia bakalan jadi temen sekelas gue, kenapa harus diacak sih? Males tau! Dia tuh, terbilang nyebelin banget waktu di kelas. Nggak tau gue harus nanggepin dia gimana, pengen banget gue tinju tuh orang. Tapi, mana berani. Nanti yang ada gue yang babak belur," cerocor Ara

Sandra memperhatikan Gali yang tengah menyantap makannya itu. Siapa, sih yang nggak kenal dia? Dia adalah orang yang terkenal berbuat onar dan berani dengan kakak kelas sekali pun.

"Lo lihatin siapa? Gali?" tanya Ara

"Enggak," jawab Sandra cepat. Ia tak mau kalau Ara tahu bahwa dirinya baru saja memperhatikan Gali.

“Ganteng ya? Ganteng sih, tapi buat onar mulu. Nggak suka gue sana dia. Kalau lo mau, ambil ajalah. Atau mau gue kenalin?"

"Apaan sih? Siapa juga yang lihatin dia? Geer banget sih, lo? Ah males gue sama lo." Sandra merajuk. Ara malah terkekeh.

"Kenapa lo? Kesambet?"

"Gue nggak mau munafik, sih, San. Gali emang ganteng diantara temen-temennya. Kalau aja dia berprilaku normal selayaknya siswa SMA biasa, gue mau sama dia. Tapi, karena dia suka berbuat onar, gue nggak mau."

Benar juga. Kalau saja Gali tidak suka berbuag onar, berkelahi, dan nakal, pasti dia akan sempurna. Ya, tidak sempurna-sempurna amat sih. Seperti selataknya siswa SMA biasalah.

****

Hai guys kembali lagi.
Oh iya, btw cerita ini aku revisi perlahan. Juga akan aku ganti dikit jalan ceritanya biar pas, enjoy.
Happy reading.
MayaPuspita

BERANDAL'S √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang