9.

5.5K 189 0
                                    

Gali sekarang tengah marah dan emosinya sedang memuncak. Bagaimana tidak? Gali yang tengah diam-diam saja mendadak di mata-matai oleh Hendra kemudian juga di foto diam-diam.

Gali langsung menghampiri Hendra dan menanyakan ada apa sampai-sampai mengambil fotonya diam-diam itu.

"Kenapa lo diam-diam ambil foto gue?" ujarnya nyolot kepada Hendra

Hendra yang ketahuan itu membeku dan langsung menutup ponselnya. Ia diam dan tertunduk.

"Gue tanya. Lo nggak mau jawab? Apa karena lo nggak ada mulut buat jawab?" Gali bertanya kembali. Ia bertanya dengan merendahkan nadanya dari sebelumnya.

Hendra masih terdiam.

"Anjing. Jawab, bangke!"

Hendra menyeringai. Menatap sinis wajah Gali.

"Gampang banget ya, bikin lo emosi." Hendra berucap.

"Maksud lo?" Gali tidak tahu apa maksud Hendra.

"Bener ya, kata Lana. Lo gampang banget dibuat emosi," ujarnya

Gali menatap wajah Hendra dengan tatapan menyelidik. Sepertinya ia tahu apa maksud dari Hendra. Gali menyeringai dengan tatapan mengejek.

"Jadi, lo anak buah Lana?" tanya Gali dengan menatap Hendra lebih tajam.

Gali lalu mendekat lebih dekat ke arah Hendra. Kemudian ia memegang kerah seragam Hendra.

"Dibayar berapa sama Lana sampe lo mau jadi suruhannya?" ucap Gali membisikannya di telinga Hendra.

Dehendra melepaskan cengkramannya dari kerah seragam hendra. Mundur beberapa langkah. Tersenyum miring mengejek Hendra.

"Lo kira, gue takut sama lo?" ujar Hendra membuka suara

"Oh, jadi lo berani sama gue?"

"Gue nggak pernah takut sama elo!" Hendra meninggikan suaranya

"Elo berani sama gue, hah?" tanya Gali kembali

Tanpa aba-aba, dua pukulan Gali layangkan kepada Hendra. Hendra yang tidak tahu akan diserang tiba-tiba, tersungkur jatuh. 

Hendra meringis. Memegangi bagian ulu hatinya yang tadi terpukul. Rasanya nyeri dan Hendra menahan napas untuk meredakan nyeri. Kemudian bangit menatap kedua mata Gali.

"Masih berani lo sama gue? Gimana, mau tambah lagi? Baru dua pukulan aja udah tumbang." 

Hendra menatap lebih tajam.

"Apa? Lo mau berantem sama gue?"

Tanpa aba-aba, Hendra menyerang Gali habis-habisan. Ia sudah sangat emosi dengan Gali yang memukulnya seenaknya. Sekarang gilirannya. tak mau tahu, harus habis-habisan.

Gali sebisa mungkin menangkis pukulan yang dilayangkan Hendra.

Hendra yang mulai kehabisan tenaga. Tetapi, Hendra masih saja menyerang Gali tanpa ampun. Gali harus menjauhkan diri dari jarak sasaran Hendra agar serangannya tidak mengenainya. Gali mendorong tubuh Hendra dengan kakinya. Gali mendorong Hendra tepat di bagian dadanya. Hendra mundur beberapa langkah menjauhi Gali.

Keduanya saling mengatur napas. 

Suasana juga sudah tidak sedang kondusif. Banyak siswa yang melihat keduanya berkelahi. Tetapi tidak ada satu pun, yang bisa melerainya. Mereka terlalu menakutkan.

Gali melihat ke arah sekitarnya.

"Apa-apaan, kalian? Ngapain lihat-lihat, hah?! Mau gue pukul juga? Pergi sana!" usirnya pada sekitarnya yang tengah memperhatikan dirinya.

Siswa yang tadi menontonya itu mendadak langsung pergi meninggalkan Gali dan Hendra yang masih di tempat. Mereka memilih mencari aman. Ketimbang harus terlibat antara keduanya.

"Urusan kita belum selesai," ujar Gali sambil mengatur napasnya

Gali lalu membalikan tubuhnya untuk meninggalkan Hendra.

Belum juga hendak melangkah, Ia sudah dihadang oleh guru BK sambil berecak pinggang. Bu Rena, guru paruh baya itu menatap keduanya dengan galak. 

"Kalian berdua. Ikut saya ke ruangan saya. Sekarang," ujar beliau dengan tegas

Gali dan Hendra terlihat pasrah. Mau tak mau, keduanya harus menurut kalau mau hukumannya lebih ringan. 

Keduanya beriringan berjalan di belakang Bu Rena.

Sampai di ruangan BK, Gali dan Hendra duduk berdampingan dan sekaligus berhadapan dengan Bu Rena. Bu Rena menatap keduanya tak bersahabat.

"Kalian mau sampai kapan kerjaanya masuk BK terus?" tanya Bu Rena

"Dia duluan yang mulai, bu." Gali menjawab.

Hendra langsung menoleh. Kenapa malah dia yang disalahkan? Bukannya Gali yang tiba-tiba menyerang ia duluan?

"Apa-apaan, lo. Lo yang mukul gue duluan." Hendra tak terima dituduh oleh Gali.

"Makanya, lo nggak usah cari gara-gara sama gue," balas Gali dengan nyolot

"Siapa suruh, kalian buat bicara? Saya nggak mau tahu ya, untuk kedepannya kalian nggak boleh untuk berkelahi seperti tadi. Dan, saya nggak mau tahu bahwa kamar mandi sekolah hari ini harus bersih," ujar Bu Rena dengan tegas

****

BERANDAL'S √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang