Gali berada di lapangan voli bersama Adit dan Bobi. Mereka jika ada jam kosong atau istirahat, lebih memilih untuk menghabiskan waktu di sana. Ditambah lapangan voli berada di dekat kantin. Jadi, otomatis yang habis dari kantin akan melewati lapangan voli.
Baju seragam sekolah sengaja di keluarkan. Gali membuka kancing seragamnya. Memeperlihatkan kaus putih yang dikenakan.
Seperti biasa. Bobi tidak pernah melewatkan kesempatan untuk tebar pesona kepada siswi yang melintasi ketiganya. Entah menyapa, membenarkan rambutnya dengan cara disisir menggunakan tangan. Adit sangat muak sekali jika Bobi sudah melakukannya.
"Sumpah gue eneg banget kalo lo sok-sok an tebar pesona sama cewek. Emang ada cewek yang mau sama lo? Nggak ada, kan," ujar Adit
"Lo aja yang nggak tahu," balas Bobi
"Emang siapa? Coba bilanh ke gue. Nggak ada, kan?"
"Biarin aja dia. Nanti kalau Ara tahu, pasti dia bakalan diamuk," balas Gali
"Hah?! Emang Bobi sama Ara?" Adit terkejut.
"Baru tahu lo?" tanya Gali
"Sumpah?! Sejak kapan?! Anjir lo pada." Adit tambah terkejut
"Belum pacaran. Lagi pedekate." Bobi menjawab santai
"Anjir lo, Bob. Nggak bilang-bilang ke gue." Adit mendengkus kesal.
"Kenapa gue musti bilang ke elo. Nggak butuh, kan? Emang lo siapa?" Bobi tersenyum miring.
"Anjir, awas aja lo. Nggak akan gue kasih tahu lagi kalau gue ada rahasia." Ancam Adit.
"Udah anjrit. Nggak perlu diperpanjang. Kalian mau ke kantin, nggak? Gue haus." Gali mengajak Adit dan Bobi.
Perdebatan antara keduanya selesai. Adit dan Bobi menyetujui ajakan Gali untuk menuju ke kantin.
Kantin nampak lenggang. Tak banyak siswa yang masih di sana. Karena sebentar lagi bel masuk kelas akan berbunyi. Gali tetap masuk ke kantin. Tidak peduli jika bel masuk akan berbunyi. Toh, dia bisa telat sebentar. Sudah hal lumrah juga jika Gali dan kedua temannya kerap telat masuk kelas.
Sudah sering diperingati untuk tidak telat masuk ke kelas. Tetapi mereka tetap telat masuk ke kelas. Malah disengaja untuk memotong jam pelajaran. Malas. Rasanya suntuk jika harus mendengarkan pelajaran yang berlangsung. Kalau di luar kelas rasanya berbeda. Tidak membosankan.
Adit dan Bobi menarik kursi yang kosong. Keduanya duduk di sana. Sedangkan Gali masih berdiri.
"Elo, nggak duduk?" Adit bertanya
"Gue mau beli minuman bentar. Kalian mau titip?" tawar Gali
"Enggak. Nanti gue bisa sendiri," jawab Bobi
Gali menuju tempat langganannya. Warung Bi Sam. Tempat favoritnya.
"Bi, es tehnya satu. Kayak biasa. Nggak perlu terlalu manis." Pesan Gali
Bi Sam dengan cekatan membuatkan es teh untuk Gali.
Suasana hati Gali sedang baik. Tidak seperyi biasa yang kadang suka emosian. Rasanya lagi malas untuk menanggapinya.
"Enggak beli yang lain?" Bi Sam sambil memberikan gelas yang berisi es teh kepada Gali.
"Enggak deh. Beli es teh aja. Cuman haus aja." Gali memberikan uang untuk membayar es tehnya.
Gali berbalik. Tak sengaja ia menubruk bahu seseorang. Cup minuman yang dibawanya tumpah mengenai seragam Gali. Gali meringis. Bukan panas. Tapi dingin terciprat es matcha. Seragam Gali basah terkena cipratan itu. Nodanya warna hijau.
"Aduh, sorry-sorry gue nggak sengaja," ujarnya sambil mengeluarkan tisu di saku rok dan mengelap seragam Gali
"Aduh, sorry gue nggak sengaja numpahinnya. Sorry, ya," ujarnya kembali
Gali diam. Tidak berkomentar. Ia memiringkan wajahnya untuk melihat siapa yang menubruknya tadi. Sandra?
Sandra masih saja mengelap seragam Gali yang basah.
"Aduh, sorry banget jadi ada noda di seragam lo."
"Iya, nggak pa-pa. Lucu juga, ya, kalau lo lagi panik." Gali tersenyum miring.
Sandra mendongak. Ia tadi tidak sempat untuk melihat siapa yang ditubruknya tadi. Sandra sedikit terkejut.
"Nggak pa-pa. Lain kali, kalau jalan hati-hati," ujar Gali lalu meninggalkan Sandra yang masih di tempat.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL'S √
Teen FictionFollow sebelum membaca 🌼REVISI BERTAHAP🌼 🌼NEW VERSION🌼 "Gue tau, walaupun gue itu nakal, tapi kalo tentang seseorang yang gue sayang. Gue akan jaga dengan baik," ucapnya sambil membelai pipi sang gadisnya [18 Januari 2019] [4 Maret 2020]