[ 🎭 ] Kenapa?

195 22 5
                                    

T w i n s

-

Lukisan Tuhan itu memang sangat menarik. Walaupun, semua yang diciptakan-Nya di dunia ini pasti tidak ada yang tidak menarik. Semuanya memiliki pesona tersendiri.

Aca sedari tadi hanya menatap kosong langit yang sedang memaparkan keindahan-Nya.

Pelangi. Hal yang sangat Aca tunggu-tunggu.

Bermula dari luka berwarna merah menyala, hingga lembab menjadi berwarna jingga. Dan suatu saat, luka itu mengeluarkan sebuah cairan kekuningan, lalu bersemu menjadi kehijau-hijauan. Dan fase terakhir, luka itu akan menjadi luka lebam berwarna biru laut, dan lebam itu kemudian kembali mengering meninggalkan warna nila, berbekas, meninggalkan sebuah luka yang sangat amat ketara. Ungu.

Purple.

Warna yang sangat Aca sukai.

"Lagi ngapain, Ca?" Aca terdiam, enggan menjawab pertanyaan yang menurutnya sangat tidak bermutu itu.

Kini, tempat di samping Aca duduk, sudah diisi oleh seorang gadis berambut sebahu serta topi di atas kepalanya. Ia ikut mengarahkan kedua netranya ke arah netra Aca yang sedang menjelajah ke atas sana juga.

Cantik.

Satu kata yang ada dibenaknya.

Aca memiringkan kepalanya sesaat, bermaksud untuk melihat sekilas wajah sahabatnya, lalu kemudian berbalik lagi.

"Kenapa?" Aca menggeleng, ia merasakan sebuah elusan lembut di area bahunya.

Setidaknya, elusan itu menambah ketenangannya untuk kali ini.

"Aksa nggak kesini dulu, jadi gue yang jagain lo sampai besok. Nggak papa 'kan?" Aca berdeham pelan, kedatangan Fasha sedikit membuat relung hatinya menghangat.

Aca menyenderkan kepalanya di bahu Fasha, dengan masih menatap lurus langit di atas sana. Dan dengan senang hati Fasha membiarkannya.

"Kenapa lo nggak jadi cowok aja, Sha?" Gumam Aca, Fasha mulai mengelus surai lembut milik gadis itu.

"Kalo gue jadi cowok, nanti lo tergila-gila lagi."

"Lo jadi cewek aja gue udah tergila-gila."

"Bacot, ah." Aca terkekeh, hanya dengan Fasha ia bisa mengeluarkan segala keluh kesahnya. Dan hanya dengan dia, ia bisa mengeluarkan segala tawa tanpa adanya kata untuk menahan.

Menahan, segala sifat aslinya.

"Lo benci Aksa?" Aca membeku, kenapa harus Aksa?

Entahlah, Aca sedang tidak mood dengan segala yang menyangkut tentang kembarannya. Atau, setiap saat seperti itu?

Maybe.

"Bukannya itu sama aja gue benci diri gue sendiri?" Fasha mengangguk, kemudian menghela napas berat.

"Gue juga terkadang ngerasa benci banget sama Fazha, pengin banget ngebunuh dia juga nge-musnahin dia dari dunia ini. Tapi, apa daya. Mana mungkin, dia adek gue. Gue harus jaga dia, semampu yang gue bisa."

"Lo pernah, ngerasa iri sama Fazha?" Pertanyaan itu terlontar bebas dari bibir Aca.

Dan membuat Fasha terdiam, dengan Aca yang bereaksi sama dengannya.

Tak lama kemudian, sebuah senyum miris terpampang sedikit samar di wajah imut Aca.

Hei, saudara kembar itu tidak selamanya sama bukan? Dan kini, ia merasakannya.

-

Hening.

Itulah yang sekarang menyelimuti ruang rawat Aca. Hanya ia seorang yang ada di sana, Fasha tadi pergi untuk mengambil baju ganti serta seragam miliknya untuk esok hari.

Iya, mereka akan menginap bersama untuk malam ini, dan besok sore baru Aca diperbolehkan untuk pulang. Sudah biasa bagi mereka, jadi tidak perlu dikhawatirkan lagi.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, waktunya menyantap makan malam.

Makanan khas rumah sakit pun sudah tergeletak dengan manisnya di nakas sebelah brankar Aca. Namun, anak itu justru masih asik tenggelam di dalam dunianya sendiri. Melupakan kewajiban yang harus ia lakukan.

Tiba tiba, sebuah notifikasi pesan masuk. Aca dengan segera membukanya.

Today 19.07pm

RaSaraaa_h
Malem, orang penyakitan. Wkwk.

Oh, ternyata dari Sarah. Kalian ingat Sarah kan?

Orang yang telah membuat Aca mencengkeram ponselnya kuat-kuat, dan meninggalkan sebuah emosi yang membuatnya ingin menjadi psikopat dadakan.

Kenapa? Kenapa harus ada 'jalang' murahan seperti Sarah di dunia ini? Membuat Aca semakin ingin cepat-cepat pergi saja.

Oke, sepertinya ia harus merelakan waktunya sedikit demi meladeni manusia seperti Sarah.

Welcome back, Sarah.

-

SyaRayhani
To the point aja, bitch.

RaSaraaa_h
Bitch, teriak bitch? Lucu banget si lo

SyaRayhani
Punya bukti kalo gue jalang?

RaSaraaa_h
Ga perlu bukti, diliat dari covernya aja udah ketara banget jalangnya.
Ups!

SyaRayhani
Setidaknya, gue nggak semurah cewek yang mau badannya dibuat jajanan sama cowok.

RaSaraaa_h
Diem lo penyakitan

SyaRayhani
Yang dengan senang hati nemplokin susu sendiri di dada cowok.

RaSaraaa_h
Diem lo bangsat, gausah sok urusin hidup gue

SyaRayhani
Ngerasa? Sorry, gue nggak maksud nyindir.
Tapi emang kenyataannya begitu kan?


RaSaraaa_h
Gue tunggu lo besok, nggak dateng? Aksa, Fasha, Fazha taruhannya.
Gudang sekolah, bye bitch.

RaSaraaa_h has blocked you

Aca menatap ponselnya nyalang. Setelah membuatnya pingsan hingga dirawat di rumah sakit selama dua hari, Sarah masih kekeuh untuk membuat hidupnya tidak tenang.

Bisakah dirinya ke sekolah besok? Mengingat ada sebuah selang infus tertancap dengan manis di tangan kanannya.

Ia tak mau mereka yang disebutkan oleh Sarah celaka.

Cukup dirinya saja.

Entah, kenapa?

(+)

Maaf.....

Is he, My Twin Brother? {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang